Dalam hal menjaga berat badan yang sehat dan tetap bugar, orang Jepang tampaknya telah memecahkan kode tersebut. Budaya mereka kaya dengan kebiasaan yang mendukung gaya hidup seimbang, dan mereka tampak menua dengan anggun tanpa kekhawatiran akan obesitas yang dihadapi banyak orang saat ini.
Rahasianya? Bukan hanya apa yang mereka makan, tetapi juga cara mereka hidup.
Dikutip dari Times of India, Rabu (12/2/2025), berikut adalah 7 kebiasaan dari budaya Jepang yang dapat membantu siapa pun menjalani hidup yang lebih sehat dan gak mudah gemuk. Yuk, simak!
1. Makan perlahan: Nikmati setiap gigitan
Salah satu kebiasaan paling berdampak yang dapat ditiru dari orang Jepang adalah pendekatan mereka yang lambat dalam makan. Di Jepang, makanan biasanya dinikmati dengan perlahan, dengan orang-orang berhenti sejenak di antara gigitan untuk menikmati rasanya. Hal ini meningkatkan pencernaan yang lebih baik dan memberi waktu bagi tubuh untuk memberi sinyal saat sudah kenyang.
Makan perlahan memberi waktu bagi perut Anda untuk mengejar otak Anda, sehingga mengurangi makan berlebihan.
2. Kontrol porsi makan
Mengontorol porsi makan adalah area lain yang menjadi keunggulan orang Jepang. Makanan disajikan dalam porsi yang lebih kecil, yang mendorong orang untuk menikmati berbagai makanan yang berbeda tanpa makan berlebihan. Kuncinya adalah keseimbangan—memiliki sedikit dari semuanya daripada banyak dari satu hal.
Menurut penelitian, orang cenderung makan lebih sedikit ketika mereka disajikan porsi yang lebih kecil, dan diet yang bervariasi mendukung nutrisi yang lebih baik tanpa kalori berlebih.
3. Aktivitas fisik harian
Aktivitas fisik tertanam dalam budaya Jepang, dan tidak selalu tentang pergi ke pusat kebugaran. Banyak orang Jepang memasukkan gerakan ke dalam rutinitas harian mereka, baik itu berjalan kaki, bersepeda, atau sekadar beraktivitas sepanjang hari.
Praktik berjalan kaki ke mana-mana sangat umum, terutama di kota-kota seperti Tokyo, di mana transportasi umum dan berjalan kaki adalah norma sehari-hari.
Aktivitas rutin dengan intensitas rendah, seperti berjalan kaki, meningkatkan metabolisme dan menjaga tubuh tetap aktif tanpa perlu olahraga berat, membantu menjaga berat badan yang sehat.
Baca Juga: Belajar dari Jepang dan Korea untuk Keluar dari Budaya Kemiskinan
4. Seni 'Hara Hachi Bu'
Di Jepang, ada prinsip berusia berabad-abad yang disebut Hara Hachi Bu, yang berarti "makan sampai Anda 80% kenyang." Praktik ini mendorong orang untuk berhenti makan sebelum mereka merasa benar-benar kenyang, kebiasaan yang membantu menghindari makan berlebihan dan meningkatkan manajemen berat badan.
Makan hingga 80% kenyang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan dan manfaat kesehatan, karena membantu mencegah tubuh menyimpan kalori berlebih sebagai lemak.
5. Kurangi gula, perbanyak teh hijau
Tidak seperti kebanyakan diet Barat, orang Jepang mengonsumsi sangat sedikit gula. Sebaliknya, mereka menikmati teh hijau, yang kaya akan antioksidan dan meningkatkan metabolisme.
Teh hijau telah menjadi bagian dari budaya Jepang selama berabad-abad, dan dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan, termasuk pencernaan yang lebih baik dan pembakaran lemak.
Teh hijau mengandung katekin, yang telah terbukti membantu membakar lemak dan mendukung metabolisme. Teh hijau juga rendah kalori, menjadikannya minuman yang ideal untuk manajemen berat badan.
6. Terapkan konsep makan musiman
Di Jepang, ada hubungan yang erat dengan makan makanan musiman. Hal ini tidak hanya memastikan diet yang segar dan padat nutrisi, tetapi juga meningkatkan variasi.
Dengan makan apa yang sedang musim, orang secara alami mengonsumsi makanan yang berbeda sepanjang tahun, menjaga diet mereka tetap menarik dan penuh dengan nutrisi yang menyehatkan. Makan sesuai musim secara alami mendorong orang untuk makan makanan yang lebih segar dan lebih bergizi serta membantu mencegah kebosanan karena makan makanan tidak sehat yang sama sepanjang tahun.
7. Berbagi makanan
Orang Jepang mempraktikkan makan sosial, yang melibatkan berbagi makanan dengan teman dan keluarga.
Makan sering kali dianggap sebagai waktu untuk terhubung, yang mendorong orang untuk makan lebih lambat dan secukupnya. Berbagi juga berarti porsi yang lebih kecil untuk semua orang, yang mencegah orang makan berlebihan.