2. SilverQueen
Siapa sih yang nggak tahu dengan brand coklat ternama ini? Pasti banyak di antara Growthmates, yang kerap menjadikan coklat SilverQueen sebagai kudapan camilan atau bahkan dijadikan sebagai hadiah untuk orang-orang terdekat.
Sering disangka brand asing, SilverQueen ternyata dibuat langsung di Garut, Jawa Barat. Bersama Chunky Bar dan Ceres, SilverQueen merupakan produk yang diproduksi oleh PT Petra Foods yang berada di Garut pada 1950-an.
SilverQueen pertama kali dibuat oleh seorang pebisnis keturunan Tionghoa yang tinggal di Bandung, Ming Chee Chuang. Berkat tangan ajaib Ming Chee Chuang, SilverQueen berkembang pesat dan semakin dikenal luas. Singkat cerita, akhirnya perusahaan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya mengingat Ming Chee Chuang semakin bertambah usia.
Ekspansi bisnis coklat dengan cita rasa manis yang dipadukan dengan kacang mede di dalamnya ini semakin berkembang dan sudah terjual di lebih dari 10 negara, termasuk di Singapura, Thailand, Brunei, Malaysia, Filipina, India, Vietnam, hingga Korea Selatan.
3. CFC
Dari namanya saja, CFC atau California Fried Chicken ini, juga sering disangka milik asing. Menukil dari laman resminya, CFC di bawah naungan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. sudah berdiri sejak 1983 di Jakarta.
Memang, dulu perusahaan ini memegang waralaba California Pioneer Chicken dari Pioneer Take out, Amerika Serikat. Namun, perusahaan melepaskan diri dari waralaba pada 1989 dan memproduksi CFC.
Awalnya restoran cepat saji ini bernama California Pioneer Chicken, dan merubah nama pada 1988. Kini, gerai ayam tepung goreng ini sudah tersebar luas di hampir seluruh penjuru Indonesia.
Baca Juga: Menilik Perjalanan Sukses Restoran Solaria, Bermula dari Kedai Sederhana
4. Solaria
Selanjutnya adalah Solaria. Bermula dari kedai sederhana, restoran milik Aliuyanto ini juga menjadi salah satu brand lokal yang disangka milik asing. Meskipun menu yang disajikan mengusung konsep Jepang, Solaria lokal punya.
Ada banyak kemungkinan mengapa Solaria disangka restoran asing. Dari segi nama “Solaria” terdengar seperti nama internasional dan tidak mengandung unsur bahasa Indonesia. Selain itu, desain interior dan restoran Solaria terlihat begitu modern sehingga banyak yang beranggapan Soloria merupakan restoran asing.
Ketekunan Aliuyanto merintis kedai Solaria saat berbuah manis. Kedai solaria pun mulai dikenal masyarakat pada 1995. Sejak saat itu, bisnis Solaria semakin membaik dari waktu ke waktu dan beralih menjadi sebuah restoran.
Bahkan, hanya butuh kurun waktu tiga tahun, Solaria sukses memperluas jaringan outlet-nya. Pada 1998, restoran Solaria berhasil memiliki 10 cabang sejak mulai dikenal oleh banyak orang.
Setelah krisis 1998 berakhir, Solaria semakin berkembang pesat. Bahkan, 10 tahun setelah insiden kebakaran, restoran ini berkembang signifikan menjadi 130 gerai yang tersebar di 25 kota yang ada di Indonesia. Dalam artian, Soloria membuka sedikitnya 10 gerai setiap tahunnya.