Growthmates, tak dipungkiri ada banyak merek makanan Indonesia yang begitu mendunia. Saking mendunianya, mungkin banyak di antara kamu yang sampai saat ini masih keliru dan menyangka beberapa merek makanan tersebut adalah milik brand asing. Padahal, asli lokal punya!
Ada banyak kemungkinan merek-merek makanan lokal tersebut dikira milik asing. Di antaranya adalah karena nama dari merek makanan tersebut yang menggunakan istilah asing, sehingga banyak masyarakat Tanah Air yang tidak mengetahui jika itu adalah produk asli Indonesia. Atau mungkin, kualitas bahan yang digunakan setara dengan produk makanan luar (?)
Berikut ini Olenka rangkum dari sejumlah sumber, Senin (12/8/2024), lima daftar merek makanan lokal yang sering disangka milik brand asing.
1. J.Co Donuts & Coffee
J.Co Donuts & Coffee menjadi salah satu brand lokal yang seringkali dikira milik asing. Padahal, pemiliknya adalah Johnny Andrean, si pemilik salon kecantikan ternama yang sering ditemui di banyak pusat perbelanjaan di Jakarta.
Berbekal ilmu waralaba BreadTalk, membuat Johnny tertarik untuk mengembangkan bisnis kuliner rintisannya sendiri. Hingga akhirnya, J.Co Donuts & Coffee pun mulai dirintis oleh pada 2005 silam.
Ide bisnis donat ini terlahir saat Johnny berkunjung ke Amerika Serikat. Menukil dari laman CNBC, Muhammad Maruf dalam buku 50 Great Business Ideas from Indonesia (2010) mengungkap, Johnny memanfaatkan waktunya untuk belajar membuat donat hingga proses penjualan selama berada di luar negeri.
Baca Juga: Mengintip Kisah Sukses Perjalanan J.Co Donuts & Coffee: Brand Lokal Punya, Cabang Mendunia
Johnny pertama kali membuka gerai J.Co Donuts & Coffee di pusat perbelanjaan dekat Universitas Pelita Harapan, Supermall Karawaci. Dua tahun setelahnya, Johnny pun mulai menjajal membuka cabang bisnis donatnya itu di beberapa negara tetangga. Sejak saat itu, Johnny membuka banyak gerai J.Co Donuts & Coffe di berbagai negara.
Tercatat dalam laman resminya, J.Co kini memiliki ratusan gerai di beberapa negara. 275 gerai di Indonesia, 44 gerai di Filipina, 17 gerai di Malaysia, lima gerai di Arab Saudi, serta tiga gerai di Singapura dan Hongkong.
2. SilverQueen
Siapa sih yang nggak tahu dengan brand coklat ternama ini? Pasti banyak di antara Growthmates, yang kerap menjadikan coklat SilverQueen sebagai kudapan camilan atau bahkan dijadikan sebagai hadiah untuk orang-orang terdekat.
Sering disangka brand asing, SilverQueen ternyata dibuat langsung di Garut, Jawa Barat. Bersama Chunky Bar dan Ceres, SilverQueen merupakan produk yang diproduksi oleh PT Petra Foods yang berada di Garut pada 1950-an.
SilverQueen pertama kali dibuat oleh seorang pebisnis keturunan Tionghoa yang tinggal di Bandung, Ming Chee Chuang. Berkat tangan ajaib Ming Chee Chuang, SilverQueen berkembang pesat dan semakin dikenal luas. Singkat cerita, akhirnya perusahaan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya mengingat Ming Chee Chuang semakin bertambah usia.
Ekspansi bisnis coklat dengan cita rasa manis yang dipadukan dengan kacang mede di dalamnya ini semakin berkembang dan sudah terjual di lebih dari 10 negara, termasuk di Singapura, Thailand, Brunei, Malaysia, Filipina, India, Vietnam, hingga Korea Selatan.
3. CFC
Dari namanya saja, CFC atau California Fried Chicken ini, juga sering disangka milik asing. Menukil dari laman resminya, CFC di bawah naungan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. sudah berdiri sejak 1983 di Jakarta.
Memang, dulu perusahaan ini memegang waralaba California Pioneer Chicken dari Pioneer Take out, Amerika Serikat. Namun, perusahaan melepaskan diri dari waralaba pada 1989 dan memproduksi CFC.
Awalnya restoran cepat saji ini bernama California Pioneer Chicken, dan merubah nama pada 1988. Kini, gerai ayam tepung goreng ini sudah tersebar luas di hampir seluruh penjuru Indonesia.
Baca Juga: Menilik Perjalanan Sukses Restoran Solaria, Bermula dari Kedai Sederhana
4. Solaria
Selanjutnya adalah Solaria. Bermula dari kedai sederhana, restoran milik Aliuyanto ini juga menjadi salah satu brand lokal yang disangka milik asing. Meskipun menu yang disajikan mengusung konsep Jepang, Solaria lokal punya.
Ada banyak kemungkinan mengapa Solaria disangka restoran asing. Dari segi nama “Solaria” terdengar seperti nama internasional dan tidak mengandung unsur bahasa Indonesia. Selain itu, desain interior dan restoran Solaria terlihat begitu modern sehingga banyak yang beranggapan Soloria merupakan restoran asing.
Ketekunan Aliuyanto merintis kedai Solaria saat berbuah manis. Kedai solaria pun mulai dikenal masyarakat pada 1995. Sejak saat itu, bisnis Solaria semakin membaik dari waktu ke waktu dan beralih menjadi sebuah restoran.
Bahkan, hanya butuh kurun waktu tiga tahun, Solaria sukses memperluas jaringan outlet-nya. Pada 1998, restoran Solaria berhasil memiliki 10 cabang sejak mulai dikenal oleh banyak orang.
Setelah krisis 1998 berakhir, Solaria semakin berkembang pesat. Bahkan, 10 tahun setelah insiden kebakaran, restoran ini berkembang signifikan menjadi 130 gerai yang tersebar di 25 kota yang ada di Indonesia. Dalam artian, Soloria membuka sedikitnya 10 gerai setiap tahunnya.
5. Holland Bakery
Banyak orang yang menyangka toko roti yang biasa ditemukan di persimpangan jalan ini adalah milik asing. Desain toko dengan kincir angin di atasnya membuat Holland Bakery, sering disangka berasal dari Belanda. Padahal, asli lokal punya!
Holland Bakery dikelola oleh PT Mustika Cita Rasa yang berdiri sejak 1978. Bahkan, ini menjadi pelopor bisnis roti pertama yang ada dan beroperasi di Tanah Air. Saat ini, Holland Bakery memiliki lebih dari 200 gerai di Indonesia yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Lampung, Batam, Pekanbaru, Makassar, Bali, Balikpapan, Samarinda hingga Manado.
Selain kelima merek makanan di atas, masih ada banyak produk makanan lokal yang kerap disangka milik asing. Di antaranya adalah La Fonte, Hoka Hoka Bento, hingga Bradlife.