2. Urgensi Tanpa Kekacauan

Berbeda dengan rasa panik yang berujung pada kekacauan, paranoia sehat justru melahirkan dorongan bergerak cepat tanpa kehilangan kendali. Srinivas menyebut, ritme kerja di Perplexity sebagai “maraton dengan kecepatan sangat tinggi”, atau sebuah perpaduan antara ketahanan dan ketegasan.

Paranoia sehat mempercepat waktu dari ide ke implementasi. Ia mendorong organisasi untuk tidak menunggu krisis sebelum bertindak, melainkan proaktif mengidentifikasi risiko dan bertindak cepat sebelum peluang menguap.

3. Penangkal Rasa Puas Diri

Srinivas mengakui bahwa ia senang membaca komentar negatif tentang perusahaannya.

“Komentar itu mengingatkan kita bahwa tidak seorang pun berhak untuk bertahan hidup,” ujarnya,

Bagi pemimpin seperti dia, kepuasan adalah musuh, dan paranoia adalah pengingat konstan untuk terus memperkuat keunggulan bahkan saat sedang berada di puncak.

4. Menuntut Ketahanan Total

Paranoia sehat bukan hanya soal mentalitas. Ia menuntut ketahanan fisik, emosional, dan kognitif. Di Perplexity, Srinivas masih terlibat langsung dalam operasional sehari-hari, sebuah pendekatan yang mengharuskan daya tahan tingkat tinggi.

Dalam ekosistem bisnis yang kompetitif dan penuh tekanan, stamina adalah syarat mutlak. Ketahanan bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar. Tanpa fondasi yang kuat, paranoia justru bisa mengikis performa pemimpin, bukan memperkuatnya.

Baca Juga: 3 Pilar Kepemimpinan Sehat ala CEO Amazon Andy Jassy