Dalam era bisnis yang ditandai dengan disrupsi cepat dan persaingan ketat, para pemimpin dituntut untuk lebih dari sekadar tangguh, mereka harus adaptif, gesit, dan tahan banting.

Di tengah narasi populer tentang kesejahteraan dan ketenangan dalam kepemimpinan, satu aspek penting justru sering terabaikan, yakni ketakutan.

Ketakutan biasanya diposisikan sebagai musuh yang harus dilawan atau dihindari. Namun, bagi Aravind Srinivas, Co-Founder dan CEO Perplexity, ketakutan adalah bahan bakar.

Dalam sebuah acara di Startup School milik Y Combinator, Srinivas menyampaikan pandangan yang berani.

“Ada manfaat nyata dari merangkul ketakutan itu, tidur dengan ketakutan itu, dan bangun setiap hari dengan perasaan bersemangat tentang apa yang akan Anda bangun, karena itulah satu-satunya hal yang akan membuat Anda terus maju,” tuturnya, sebagaimana dikutip dari Forbes, Minggu (3/8/2025).

Dan, berikut 4 strategi kepemimpinan dari Srinivas tentang bagaimana menjadikan ketakutan sebagai senjata sukses dan menjadikannya kewaspadaan yang terus-menerus,

1. Paranoia Sehat Mempertajam Fokus dan Keputusan

Dalam kondisi ancaman, baik itu nyata maupun potensial, pikiran manusia secara naluriah menyaring gangguan dan mempersempit fokus ke hal-hal esensial.

Paranoia sehat menyalurkan mekanisme ini secara strategis, memperjelas pertanyaan penting seperti, “Apa yang kita abaikan?” atau “Di mana titik lemah kita yang tak terlihat?”

Srinivas menyebut, satu hal krusial dalam bisnis berbasis teknologi.

“Anda harus berasumsi bahwa OpenAI, Anthropic, dan Google juga akan membangunnya. Satu-satunya keunggulan adalah kecepatan. Dalam ekosistem di mana ide bisa ditiru dalam semalam, keunggulan tidak lagi ditentukan oleh orisinalitas semata, tetapi oleh kecepatan eksekusi dan ketajaman strategi,” bebernya.

Baca Juga: 5 Kiat Sukses ala CEO Google untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kepemimpinan