Growthmates, menjelang tahun 2026, banyak CEO dan pemimpin puncak mulai membicarakan target bisnis, strategi pertumbuhan, dan posisi pasar. Faktor-faktor makro ini memang penting. Namun, dalam praktik kepemimpinan, hal-hal besar hampir selalu dipengaruhi oleh sesuatu yang jauh lebih kecil dan personal.

Sebelum strategi gagal, sebelum organisasi melambat, dan sebelum krisis muncul ke permukaan, biasanya ada sesuatu yang lebih dulu runtuh, yakni dunia internal sang pemimpin.

Keputusan besar, ketahanan di bawah tekanan, dan kemampuan memikul tanggung jawab tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan atau pengalaman, tetapi oleh kesehatan dan cadangan internal yang dimiliki pemimpin itu sendiri.

Ketika fondasi ini melemah, bahkan rencana terbaik pun mulai bocor. Kinerja menurun, kejernihan berpikir berkurang, dan kelelahan emosional menjadi sinyal awal yang sering diabaikan.

Karena itu, persiapan menghadapi tahun baru bukan hanya soal organisasi dan strategi. Ini juga latihan personal. Mengaudit kondisi internal sama pentingnya dengan memetakan tujuan eksternal. Pemimpin yang melewatkan pekerjaan ini sering kali justru menjadi hambatan tanpa mereka sadari.

Dan dikutip dari Forbes, Sabtu (27/12/2025), 4 pertanyaan berikut dapat menjadi titik awal praktis untuk mengatur ulang cara Anda memimpin dan meningkatkan kinerja di tahun 2026.

1. Apakah Cadangan Energi Saya Cukup?

Kepemimpinan bekerja dengan cara serupa. Setiap pemimpin memiliki batas cadangan energi, seperti fisik, kapasitas kognitif, pengaturan emosi, dan toleransi stres. Cadangan inilah yang menentukan seberapa banyak kompleksitas dan tekanan yang dapat ditanggung sebelum kinerja mulai menurun.

Ambisi, adrenalin, dan kemauan keras bisa menutupi kekurangan energi untuk sementara waktu. Namun, itu bukan solusi jangka panjang. Ketika cadangan terus terkuras, kualitas keputusan menurun, waktu pemulihan melambat, dan tugas yang dulu terasa ringan menjadi terasa sangat berat.

Pemimpin tidak gagal karena perannya penuh tekanan, itu sudah menjadi bagian dari ‘kontrak tak tertulis’ kepemimpinan. Mereka gagal ketika tuntutan peran terus melampaui cadangan internal tanpa upaya membangunnya kembali.

Pertanyaannya bukan bagaimana menghindari stres, tetapi apakah Anda secara sadar membangun energi yang sepadan dengan skala misi Anda.

Baca Juga: Sederet Kutipan Bill Gates tentang Kepemimpinan yang Relevan untuk Anak

2. Seberapa Kuat Infrastruktur Pendukung Saya?

Tidak ada pemimpin hebat yang bekerja sendirian. Baik seorang gubernur yang mengesahkan anggaran besar maupun quarterback yang memimpin serangan, kesuksesan selalu ditopang oleh sistem dan orang-orang di belakang layar.

Dalam kepemimpinan, infrastruktur bukan hanya soal struktur organisasi atau sistem operasional. Ia mencakup lingkaran kepercayaan, tim inti, mentor, hingga dukungan personal yang membantu pemimpin tetap jernih di bawah tekanan berkelanjutan.

Ketika infrastruktur ini rapuh atau diam-diam terkuras, maka pemimpinlah yang pertama kali merasakannya. Namun, dampaknya tidak berhenti di sana. Seluruh organisasi akan ikut menanggung konsekuensinya.

Masalahnya bukan apakah Anda mampu menanggung lebih banyak beban, melainkan apakah infrastruktur Anda cukup kuat untuk menopang level kepemimpinan yang akan dituntut pada fase berikutnya.

3. Apakah Saya Mengukur Kemajuan dengan Cara yang Tepat?

Saat seseorang ingin hidup lebih sehat, banyak yang hanya berfokus pada angka di timbangan. Padahal, indikator seperti massa tubuh tanpa lemak sering kali memberi gambaran yang jauh lebih akurat tentang kesehatan jangka panjang.

Hal yang sama terjadi dalam kepemimpinan. Banyak pemimpin rajin mengukur kemajuan, tetapi tidak semuanya mengukur hal yang benar. Aktivitas disamakan dengan kemajuan. Angka terus bertambah. Agenda semakin padat. Namun, kejernihan, keterlibatan tim, dan dampak nyata justru stagnan.

Baca Juga: Tantangan Terbesar Suksesi Kepemimpinan di Bisnis Keluarga

Pengukuran yang efektif bukan tentang lebih banyak data, melainkan sinyal yang lebih baik. Indikator yang tepat mampu menangkap ketegangan sejak dini, seperti penurunan kualitas keputusan, pemulihan yang melambat, tim yang mulai tidak terlibat, atau upaya besar yang tidak lagi menghasilkan dampak sepadan.

Ketika pemimpin terlalu lama mengukur hal yang keliru, kemajuan menjadi ilusi dan arah semakin kabur.

4. Apakah Saya Mengikuti Kompas atau Kalender?

Tanpa disadari, kalender sering mengambil alih kendali hidup pemimpin. Rapat demi rapat menumpuk, kewajiban bertambah, dan apa yang dijadwalkan otomatis dianggap penting.

CEO Southwest Airlines, Bob Jordan, pernah membagikan bahwa ia sengaja memblokir sebagian besar waktu sorenya tanpa rapat. Ia menyadari bahwa selalu tersedia justru bisa menggeser fokus dari pekerjaan yang benar-benar mendorong organisasi maju.

Kalender mengatur, tetapi kompas mengarahkan. Ketika hari-hari sepenuhnya dikendalikan oleh tuntutan eksternal, pemimpin bisa tetap sibuk namun semakin jauh dari hal yang esensial.

Kompas pun memaksa kita bertanya, apakah waktu, energi, dan keputusan kita masih selaras dengan nilai, tujuan jangka panjang, dan tipe pemimpin yang ingin kita wujudkan, bukan sekadar peran yang sedang kita jalani?

Nah Growthmates, pemimpin yang memasuki tahun 2026 dengan pengaruh dan momentum bukanlah mereka yang menambahkan lebih banyak alat, urgensi, atau input baru. Mereka adalah pemimpin yang berhenti sejenak untuk mengatur ulang cara mereka beroperasi secara internal maupun struktural sebelum tekanan semakin meningkat.

Pekerjaan ini tidak glamor. Tidak selalu terlihat. Namun, justru inilah fondasi yang menentukan ketahanan, kejernihan, dan kualitas kepemimpinan di masa depan.

Baca Juga: Para CEO Wajib Tahu, Ini 5 Tension Point yang Membentuk Pemimpin Bisnis Transformasional