Siapa yang bisa menolak semangkuk bakso panas berkuah gurih di tengah hari yang sibuk atau sore yang mendung? Hidangan sederhana berbahan dasar daging giling ini telah menjadi ikon kuliner rakyat yang menyatukan lidah dari Sabang hingga Merauke.

Dari gerobak pinggir jalan hingga restoran berpendingin udara, bakso hadir dalam berbagai versi, masing-masing menawarkan keunikan rasa, bentuk, dan cerita.

Di balik kepopulerannya, sejumlah tempat makan bakso di Indonesia telah menjelma menjadi legenda. Beberapa telah eksis sejak puluhan tahun lalu dan tetap bertahan di tengah tren kuliner modern.

Nama-nama seperti Bakso President di Malang, Bakso Solo Samrat di Jakarta, hingga Bakso Samanhudi yang menyasar generasi muda, tak hanya menawarkan rasa, tapi juga pengalaman dan sejarah.

Dalam artikel ini, Olenka akan mengajak Anda menyusuri deretan tempat makan bakso paling terkenal di Indonesia yang tak hanya ramai pengunjung, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam bagi para pencinta kuliner sejati.

1. Bakso Solo Samrat

Bakso Solo Samrat lahir pada awal 2000-an sebagai sebuah kedai sederhana di Jl. Sam Ratulangi, Manado, yang didirikan oleh Edwin Tongahan bersama istrinya yang berasal dari Solo.

Nama ‘Solo’ dipilih sebagai penghormatan terhadap kampung halaman sang istri, sementara “Samrat” jelas merujuk pada lokasi awal di Jl. Sam Ratulangi.

Sejak itu, brand ini kian berkembang melalui format franchise yang matang, dengan cabang-cabang menyebar di Jabodetabek, Surabaya, Depok, hingga Tangerang, dan tercatat sudah mencapai sekitar 10–13 outlet per Mei 2025.

Meskipun relatif muda, Bakso Solo Samrat sudah meraih reputasi kuat berkat kualitasnya yang premium, seperti kuah kaldu sapi pekat, bakso besar berisi daging dan iga, serta ragam pilihan menu seperti bakso tenis rusuk dan bakso urat granat dengan harga Rp 50–100 ribu.

Sering disebut sebagai salah satu “bakso sultan” di Jakarta, restoran ini memenangkan tempat di hati para pecinta kuliner premium dan beberapa penghargaan lokal atas cita rasanya yang istimewa.

2. Bakso Rusuk Samanhudi

Bakso Rusuk Samanhudi mulai beroperasi sejak 2015, dengan outlet pertamanya berada di Jl. Samanhudi, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Kedai ini dimiliki oleh Dion Widjaja, yang awalnya mengembangkan konsep bakso rusuk, semangkuk bakso dilengkapi potongan iga sapi tebal dan lembut.

Berkat kualitas dan konsistensi kuah kaldu serta bahan segar, kedai ini menghadirkan omzet jutaan rupiah dan ludes terjual hingga ratusan mangkok per hari.

Seiring pertumbuhannya, Bakso Rusuk Samanhudi telah membuka minimal empat cabang di Jakarta, yaitu di Pasar Baru, Tanjung Duren, KH Mas Mansyur, serta KH Syafii Hadzami, dan juga melebarkan sayap ke Bandung.

3. Bakso Titoti

Bakso Titoti memulai jejaknya sejak era 1970–an, ketika Slamet Riyanto, perantau asal Wonogiri, mulai berjualan bakso keliling menggunakan gerobak pikul, lalu gerobak dorong di Jakarta.

Nama Titoti diambil dari gabungan panggilan anak-anaknya, yakni Nuryanti (Ti), Hartanto (To), Susanti (Ti). Dari sebuah gerobak sederhana, Titoti berkembang menjadi warung bakso tetap pertama di Pasar Minggu sebelum berekspansi ke Jabodetabek dan Yogyakarta.

Seiring waktu, Bakso Titoti kini memiliki sekitar 18–23 cabang, dua di Wonogiri sebagai basis, puluhan lainnya menyebar di Jakarta, Yogyakarta, dan kota besar lainnya.

Dikenal karena bakso urat dan bakso spesial yang kenyal dengan kuah kaldu tulang sumsum, Titoti juga pernah menerima sertifikat halal BPJPH pada 6 Mei 2025 yang menandai komitmen kualitas dan konsistensi rasa yang asli.

4. Bakso Lapangan Tembak Senayan

Bakso Lapangan Tembak Senayan didirikan pada tahun 1972 oleh Ki Ageng Widyanto Suryo Buwono, perantau asal Wonogiri, Jawa Tengah, yang memulai usahanya dari pikulan bakso keliling sebelum membuka warung semi-permanen di area Lapangan Tembak Senayan pada 1982.

Widyanto terkenal dengan komitmennya menggunakan daging segar tanpa bahan pengawet dan resep turun-temurun yang menjaga rasa otentik, sehingga menarik pelanggan dari berbagai kalangan.

Hingga akhir masa hidup Widyanto pada 2011, jaringan Bakso Lapangan Tembak telah berkembang pesat, mencapai sekitar 140–150 cabang di berbagai kota di Indonesia.Restoran ini juga pernah dianugerahi Rekor MURI sebagai waralaba bakso dengan jumlah cabang terbanyak, menegaskan reputasinya sebagai ikon bakso nasional.

5. Bakso President

Bakso President berdiri pada tahun 1977 di Malang, dirintis oleh almarhum H. Abdul Ghani Sugito (dikenal Abah Sugito), yang awalnya berjualan bakso pikul keliling sebelum membuka warung tenda pada 1982 di belakang Bioskop President, dari situlah nama President berasal.

Warung ini semakin dikenal karena lokasinya unik, tepat di pinggir rel kereta api, sehingga ketika kereta lewat, meja dan kursinya ikut bergetar, menjadi daya tarik khas layaknya ikon kuliner Malang.

Saat ini, usaha ini dikelola oleh generasi kedua, HM Ali Wahdani, yang membawa peningkatan standar operasional dan inovasi seperti produk frozen food yang bahkan dikirim hingga Singapura dan Australia.

Meskipun hanya memiliki tiga cabang (outlet utama di Jl. Batanghari dan dua cabang di Pulosari & Pandean, Malang), Bakso President tetap mampu menjual hingga 2.000 porsi per hari pada musim liburan.

Dari segi prestasi, warung ini diakui sebagai ikon kuliner Kota Malang, mendapat sertifikat food safety, dan dikunjungi banyak artis, serta disebut sebagai pelopor bakso variasi lengkap dengan banyak penghargaan dan liputan media.

Baca Juga: Menelusuri 12 Brand Kuliner Legendaris Indonesia yang Tetap Eksis di Tengah Zaman