6. D'Kriuk Fried Chicken
D’Kriuk Fried Chicken lahir pada tahun 2020 di Bogor di bawah bendera PT Raja Rasa Kuliner, didirikan dan dikelola oleh Iksan Juhansyah, yang awalnya terjun dari pekerja serabutan dan akhirnya menjadi CEO merek yang berkembang pesat.
Konsep utamanya adalah ayam goreng krispi halal dengan harga super terjangkau, mulai dari Rp 4.500, dan berbagai pilihan saus seperti black pepper, geprek, keju, hingga mozarella.
D’Kriuk menerapkan sistem kemitraan efisien dan inovatif, lengkap dengan dukungan stokis dan pelatihan, menjadi magnet bagi wirausahawan kecil yang ingin terjun ke industri kuliner
Sejak itu, D’Kriuk melonjak spektakuler,dari ratusan outlet pada 2021 hingga kini telah melampaui 3.000 cabang tersebar di puluhan kota di seluruh Indonesia per akhir 2024.
7. Moon Chicken
Moon Chicken adalah brand ayam goreng ala Korea yang diluncurkan oleh Hangry Indonesia (PT Modular Kuliner Indonesia) pada tahun 2020, di tengah demam kuliner K‑Wave. Brand ini menawarkan sensasi ‘Flavors of The Galaxy’ lewat enam pilihan saus unik, seperti Big Bang (gochujang pedas), Honey Garlaxy (madu & bawang putih), Gangjeong (manis ala Korea), hingga Louisiana Star dan Smokey Comet.
Seiring pencapaian sertifikasi halal dari BPJPH di Oktober 2024, Moon Chicken menyalakan akselerasi ekspansi dan kini telah mempunyai 85 outlet, mencakup platform online serta satu offline store yang tersebar di Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya, Medan, Bali, dan kota-kota besar lainnya.
Dikutip dari Hypeabis, dengan performa penjualan mencapai 30.000 porsi per hari saat awal 2024 dan dukungan dari hangry multi-brand strategy, brand ini siap terus ‘meluncur’ ke kota-kota seperti Yogyakarta, Malang, Palembang, dan Pekanbaru, menegaskan posisinya sebagai pilihan ayam krispi kekinian yang halal dan kekinian.
8. Olive Fried Chicken
Olive Fried Chicken didirikan pada tahun 2011 di Yogyakarta oleh pasangan suami-istri, Kunardi Sastrawijaya dan Aurora Sri Rahayu, yang sebelumnya melakukan bisnis ayam goreng dengan dukungan investor, lalu memutuskan membangun brand sendiri di Taman Siswa, Jogja.
Brand ini dibuat sebagai bentuk rasa terima kasih kepada kota Yogyakarta, mengusung ayam goreng krispi dengan resep bumbu rahasia yang selalu fresh dan halal tanpa membuka waralaba karena ingin menjaga kualitas, identitas, dan komitmen mereka terhadap konsumen lokal.
Kini, setelah lebih dari satu dekade, Olive Fried Chicken telah tumbuh menjadi jaringan lokal yang solid dengan sekitar 115 cabang yang tersebar di Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Kebumen.
Meski tetap eksklusif di wilayah DIY, Jawa Tengah, popularitasnya tinggi apalagi di kalangan mahasiswa karena membanderol harga ekonomis (sayap + nasi + es teh mulai Rp 8.000) dan rasa kriuk pas, daging juicy yang tak kalah dengan brand fried chicken luar negeri.
9. Hisana Fried Chicken
Hisana Fried Chicken lahir pada tahun 2005 berkat inisiatif pendiri H. Tatang Suharta, yang memulai usaha ayam goreng dari gerobak kecil di Harapan Indah, Bekasi.
Berlandaskan nilai syariah dan kolaborasi dengan Dai kondang AA Gym, Hisana merancang sistem usaha tanpa riba, karyawan bahkan mendapatkan kepemilikan saham sekitar 20%, sekaligus akses modal waralaba terjangkau (sekitar Rp 16–20 juta).
Dikutip dari Tempo, dengan mengusung konsep ‘take‑and‑go’ yang praktis namun higienis, plus inovasi produk seperti katsu, kentang goreng, hingga es krim, membuat brand ini cepat dikenal masyarakat.
Seiring waktu, pertumbuhan Hisana terbilang spektakuler, pada 2016 telah menembus 600 outlet di 11 provinsi, dan dengan target agresif 2.000 outlet pada tahun 2020, saat ini jumlahnya diperkirakan telah mencapai lebih dari 1.000 cabang di seluruh Indonesia.
Mengandalkan strategi word-of-mouth, rasa ayam krispi khas, serta komitmen kualitas halal dari MUI, Hisana sukses menetapkan diri sebagai salah satu raksasa fast-food lokal dengan omset miliaran rupiah per tahun dan ekspansi berkelanjutan hingga daerah-daerah seperti Sulawesi Selatan baru-baru ini.
10. California Fried Chicken (CFC)
California Fried Chicken (CFC) merupakan pionir restoran ayam goreng cepat saji asli Indonesia yang berdiri pada 1983 di Jakarta, di bawah naungan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (sebelumnya PT Putra Sejahtera Pioneerindo).
Pada awalnya CFC adalah waralaba dari Pioneer Take Out (AS), namun sejak 1989 perusahaan bertransformasi menjadi pemegang waralaba mandiri dan meluncurkan merek California Fried Chicken, lengkap dengan menu inovatif seperti ayam goreng, pizza, spaghetti hingga bakso goreng.
Pendiri utama PT Pioneerindo adalah pengusaha lokal, termasuk Suyanto Gondokusumo dan Djoko Susanto, yang mewariskan visi membumikan makanan cepat saji bergaya Amerika dengan sentuhan cita rasa Indonesia.
Hingga akhir 2020, CFC berhasil mengoperasikan 281 gerai dan membawahi tiga merek lain: Sapo Oriental (10 gerai), Cal Donat (23), serta Jepang ramen Sugakiya (4). Lebih lanjut, data per tahun 2022–2024 memperkirakan jumlah gerai CFC berkisar 280–285 outlet di seluruh Indonesia.
11. Jatinangor House
Jatinangor House lahir pada tahun 2020 di Bandung di tangan Azis Ahmad Firman, yang sebelumnya menjalankan kedai kopi bernama Jatinangor Coffee di Sumedang.
Saat salah satu menu ayam gorengnya viral via food vlogger Jogja, kedai ini pun berevolusi dan fokus pada ayam crispy ‘mirip McD’ sebagai menu andalan, lalu bertransformasi menjadi restoran cepat saji di bawah PT Tangguh Cipta Rasa.
Dari satu gerai, kini Jatinangor House telah berkembang menjadi 117 cabang yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Solo, Jogja, Surabaya, Semarang dan kota besar lainnya.
Menariknya, ekspansi ini dilakukan tanpa sistem franchise, namun setiap gerai dikelola langsung oleh pemilik demi menjaga kualitas dan konsistensi rasa. Brand ini juga menunjukkan kepedulian sosial lewat donasi reguler untuk Palestina, menegaskan bahwa bisnisnya tidak hanya berorientasi keuntungan, tapi juga dampak positif bagi masyarakat.
12. D’Besto
D’Besto lahir dari perjuangan drh. Evalinda dan drh. Setyajid, pasangan dokter hewan lulusan IPB yang memulai bisnis ayam goreng kaki lima dengan nama Kentuku Fried Chicken (KuFC) pada 1994.
Dikutip dari Kompas, setelah melewati masa sulit krisis moneter dan flu burung, mereka rebranding dan meluncurkan D’Besto pada 2010, menerapkan sistem manajemen mutu serta standarisasi SOP untuk menjaga konsistensi rasa dan higienitas produk.
Di bawah payung usaha PT Setyanda Duta Makmur, brand ini memadukan inovasi ayam goreng & burger halal, harga bersahabat, dan konsep mini‑resto yang menarik attention dari kelas menengah.
Dalam kurun waktu singkat, D’Besto tumbuh pesat dan kini telah memiliki sekitar 231–300 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Padang, Jambi, Lampung, Banjarmasin, dan kota-kota lain per pertengahan 2024.
Selain itu, mereka meraih berbagai sertifikasi mutu seperti ISO 9001:2015, serta aktif dalam program sosial seperti donasi untuk Palestina. Komitmen terhadap kualitas, rasa konsisten, serta inovasi layanan membuat D’Besto menjadi salah satu pemain lokal unggulan di segmen fast‑food ayam goreng dan burger ekonomis.
Baca Juga: Menelusuri 12 Brand Kuliner Legendaris Indonesia yang Tetap Eksis di Tengah Zaman