5. Kartini Muljadi, Tempo Scan Group

Kartini Muljadi, perempuan kelahiran 17 Mei 1930, merupakan pendiri Tempo Scan Group yang sebelumnya dikenal sebagai The Tempo Group. Konglomerasi bisnis ini bergerak di berbagai bidang usaha dengan bisnis utamanya ada dalam bidang manufaktur & pemasaran produk farmasi. Sebelum memulai usahanya, Kartini dikenal sebagai seorang hakim, pengacara, sekaligus pemilik firma hukum Kartini Muljadi & Rekan yang cukup terkenal.

Perjalanan Kartini membangun Tempo Scan Group bermula dari sebuah perusahaan perdagangan dan distribusi untuk produk farmasi sejak 1953 bernama NV Tempo Trading Company Limited yang pada tanggal 4 Oktober 1961 berubah nama menjadi PT Perusahaan Dagang Tempo, disingkat PT PD Tempo. Pada tanggal 24 Mei 1994, PT Tempo Scan Pacific berhasil mencatatkan sahamnya ke Bursa Efek Jakarta.

Baca Juga: Daftar Konglomerat asal Semarang

6. Marina Budiman, DCI Indonesia

Marina Budiman merupakan salah satu pendiri perusahaan pusat data PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan juga inisiator PT Indointernet Tbk (EDGE). Lulusan University of Toronto pada tahun 1985 ini mengawali karier sebagai bankir dengan posisi account officer di Bank Bali. Saat itulah dia bertemu dengan Otto Toto Sugiri, pengusaha teknologi Indonesia yang juga mendirikan DCI Indonesia.

Otto Toto Sugiri, Marina Budiman, dan Han Arming akhirnya mendirikan DCI Indonesia, perusahaan pusat data, pada 2011. Berkat kesuksesan bisnisnya, ketiganya masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia edisi 2022 versi Forbes. Marina Budiman menduduki peringkat ke-44 dengan jumlah kekayaan US$1,04 miliar atau Rp16,24 triliun dan masuk lagi di tahun 2023 dengan kekayaan US$1,1 miliar atau sekitar Rp16,5 triliun di posisi ke-47. Dia kembali masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia pada tahun 2024 dengan berada di posisi ke-41 lewat kekayaan yang mencapai US$1,32 miliar.

7. Hanifa Ambadar, Female Daily Network

Hanifa Ambadar merupakan perempuan yang sukses membangun Female Daily Network, yaitu jaringan media online berfokus pada fashion dan wawasan unik tentang perilaku wanita di media sosial. Didirikan pada tahun 2005, Female Daily Network atau FDN menjadi bagian tidak terpisahkan dari perkembangan tren kecantikan di Indonesia.

Awalnya, lulusan Southern Illinois dan Maryville University of St. Louis-John E. Simon School of Business, Amerika Serikat ini membangun FDN sebagai blog biasa, bagian dari melanjutkan pendidikannya saat itu. Hanifa lantas berkolaborasi dengan Affi Assegaf, seorang beauty blogger, di tahun 2007 untuk mengelola blog dengan lebih serius hingga Female Daily Network dapat terus berkembang. Hanifa resmi mengundurkan diri dari FDN pada tahun 2024 lalu.

8. Diajeng Lestari, HijUp

Diajeng Lestari merupakan pendiri platform e-commerce HijUP yang berfokus pada brand busana muslim. Diajeng mendirikan HijUp pada tahun 2011, didasarkan pada pengalamannya yang kesulitan mendapatkan busana muslim dengan mode kekinian.

Mendorong pertumbuhan industri fesyen muslim lokal di Indonesia, HijUp sudah merambah ke pasar luar negeri. Tidak hanya itu, perusahaan ini terus berkembang dengan membuka toko offline di berbagai daerah di Indonesia.

9. Shinta Nurfauzia, Lemonilo

Shinta Nurfauzia merupakan salah satu pendiri Lemonilo, merek gaya hidup dan produk konsumen berbasis kesehatan. Produk Lemonilo yang paling dikenal masyarakat adalah mi instan sehat. Bisnis kuliner ini dinilai sukses bermain di ceruk pasar mi instan sehat yang didominasi ibu rumah tangga yang sadar akan isu kesehatan dalam mi instan.

Berdiri pada 1 Oktober 2016, produk pertama yang diluncurkan Lemonilo adalah Lemonilo Mi Instan Rasa Mie Goreng pada September 2017.

10. Catherine Hindra Sutjahyo, Zalora

Di tengah perkembangan bisnis berbasis teknologi, makin banyak perempuan Indonesia yang sadar akan peluang  di industri ini. Catherine Hindra Sutjahyo menambah panjang daftar pebisnis perempuan Indonesia dalam bisnis berbasis teknologi. Dia merupakan pendiri Zalora, toko online yang memasarkan produk gaya hidup dan kecantikan premium.

Perempuan kelahiran Surabaya pada tahun 1983 ini mendirikan Zalora pada tahun 2012. Sebelumnya, dia sempat bekerja di perusahan konsultasi MCkinsey pada tahun 2010.