Tidak hanya laki-laki, banyak perempuan hebat Indonesia yang berhasil membangun bisnis besar. Sebut saja merek terkenal seperti Wardah dan Bluebird. Keduanya merupakan perusahaan yang didirikan oleh perempuan. Kesuksesan mereka menjadi inspiratif bagi perempuan Indonesia lainnya.
Berikut daftar beberapa perempuan Indonesia yang membangun bisnis raksasa di Indonesia:
1. Nurhayati Subakat, Paragon Group
Wardah merupakan salah satu merek kosmetik yang diproduksi oleh PT Paragon Technology and Innovation. Selain Wardah, Paragon juga memproduksi merek lainnya seperti Make Over, Emina, Kahf, Laboré, Biodef, Instaperfect, Crystallure, hingga perawatan rambut Putri dan IX. Sosok di balik kesuksesan Paragon adalah Nurhayati Subakat.
Lulusan terbaik S1 Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1975 ini memulai kisah sukses Paragon di tahun 1985 dengan membuka usaha rumahan bernama Pusaka Tradisi Ibu. Kala itu, produk utamanya adalah perawatan rambut bermerek Putri. Perusahaan tersebut resmi berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation (PTI) pada tahun 2011.
2. Mutiara Siti Fatimah, Bluebird Group
Siapa yang tidak mengenal merek Bluebird? Taksi legendaris yang identik dengan warna biru dan logo burung ini merupakan perusahaan yang dirintis oleh Mutiara Siti Fatimah, istri Djokosoetono yang terkenal sebagai pakar hukum dan ilmu negara.
Berawal dari semangat menghidupi keluarganya setelah sang suami meninggal, Mutiara Siti Fatimah resmi mendirikan Bluebird pada tahun 1972. Nama Bluebird terinspirasi dari dongeng Eropa berjudul Bird of Happiness atau Burung Pembawa Kebahagiaan. Perempuan yang akrab dipanggil Bu Djoko ini telah meninggal dunia pada 10 Juni 2000 silam.
3. Martha Tilaar, Martha Tilaar Group
Satu lagi merek kosmetik legendaris yang didirikan oleh perempuan, yakni Sariayu. Perusahaan yang memproduksi Sariayu adalah Martha Tilaar Group yang didirikan oleh Martha Tilaar pada tahun 1970. Saat itu, perempuan kelahiran Kebumen, Jawa Tengah pada 4 September 1937 ini membuka sebuah salon kecantikan Martha di kediaman orang tuanya di Jalan Kusuma Atmaja No.47 Menteng, Jakarta Pusat.
Martha yang merupakan lulusan akademi kecantikan di Amerika Serikat ini resmi meluncurkan Sariayu pada tahun 1977 lewat PT Martina Berto yang didirikan bersama Bernard Pranata dan Theresia Harsini Setiady, pendiri Kalbe Group. Di tahun 1999. Martha Tilaar Group membeli saham PT Martina Berto yang sempat dimiliki oleh Kalbe Group sehingga sepenuhnya berada di bawah manajemen Martha Tilaar Group. Dalam perkembangannya, Martha Tilaar Group terus meluncurkan berbagai merek baru, seperti PAC, Biokos, Caring by Biokos, Rudy Hadisuwarno Cosmetics, Mirabella Cosmetics, dan lain sebagainya.
4. Mooryati Soedibyo, Mustika Ratu
Mooryati Soedibyo merupakan sosok di balik berdirinya perusahaan komestik ternama di Indonesia, yakni Mustika Ratu. Perempuan kelahiran 5 Januari 1928 ini resmi mendirikan PT Mustika Ratu (Persero) Tbk, perusahaan jamu dan kosmetik, pada 14 Maret 1978. Awalnya, dia merintis perusahaannya dari dalam garasi kediamannya sebagai industri skala rumahan (home industry) sejak 1975.
Mustika Ratu berhasil melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 27 Juli 1995 dengan kode saham MRAT. Tidak hanya itu, berkat kepiawaiannya, Mustika Ratu juga sukses melebarkan jalur distribusinya hingga kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, Kanada, Amerika Serikat, Irak, Selandia Baru, hingga Bulgaria. Perempuan yang mencetuskan ajang Putri Indonesia ini meninggal dunia pada tanggal 24 April 2024 lalu.
5. Kartini Muljadi, Tempo Scan Group
Kartini Muljadi, perempuan kelahiran 17 Mei 1930, merupakan pendiri Tempo Scan Group yang sebelumnya dikenal sebagai The Tempo Group. Konglomerasi bisnis ini bergerak di berbagai bidang usaha dengan bisnis utamanya ada dalam bidang manufaktur & pemasaran produk farmasi. Sebelum memulai usahanya, Kartini dikenal sebagai seorang hakim, pengacara, sekaligus pemilik firma hukum Kartini Muljadi & Rekan yang cukup terkenal.
Perjalanan Kartini membangun Tempo Scan Group bermula dari sebuah perusahaan perdagangan dan distribusi untuk produk farmasi sejak 1953 bernama NV Tempo Trading Company Limited yang pada tanggal 4 Oktober 1961 berubah nama menjadi PT Perusahaan Dagang Tempo, disingkat PT PD Tempo. Pada tanggal 24 Mei 1994, PT Tempo Scan Pacific berhasil mencatatkan sahamnya ke Bursa Efek Jakarta.
Baca Juga: Daftar Konglomerat asal Semarang
6. Marina Budiman, DCI Indonesia
Marina Budiman merupakan salah satu pendiri perusahaan pusat data PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan juga inisiator PT Indointernet Tbk (EDGE). Lulusan University of Toronto pada tahun 1985 ini mengawali karier sebagai bankir dengan posisi account officer di Bank Bali. Saat itulah dia bertemu dengan Otto Toto Sugiri, pengusaha teknologi Indonesia yang juga mendirikan DCI Indonesia.
Otto Toto Sugiri, Marina Budiman, dan Han Arming akhirnya mendirikan DCI Indonesia, perusahaan pusat data, pada 2011. Berkat kesuksesan bisnisnya, ketiganya masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia edisi 2022 versi Forbes. Marina Budiman menduduki peringkat ke-44 dengan jumlah kekayaan US$1,04 miliar atau Rp16,24 triliun dan masuk lagi di tahun 2023 dengan kekayaan US$1,1 miliar atau sekitar Rp16,5 triliun di posisi ke-47. Dia kembali masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia pada tahun 2024 dengan berada di posisi ke-41 lewat kekayaan yang mencapai US$1,32 miliar.
7. Hanifa Ambadar, Female Daily Network
Hanifa Ambadar merupakan perempuan yang sukses membangun Female Daily Network, yaitu jaringan media online berfokus pada fashion dan wawasan unik tentang perilaku wanita di media sosial. Didirikan pada tahun 2005, Female Daily Network atau FDN menjadi bagian tidak terpisahkan dari perkembangan tren kecantikan di Indonesia.
Awalnya, lulusan Southern Illinois dan Maryville University of St. Louis-John E. Simon School of Business, Amerika Serikat ini membangun FDN sebagai blog biasa, bagian dari melanjutkan pendidikannya saat itu. Hanifa lantas berkolaborasi dengan Affi Assegaf, seorang beauty blogger, di tahun 2007 untuk mengelola blog dengan lebih serius hingga Female Daily Network dapat terus berkembang. Hanifa resmi mengundurkan diri dari FDN pada tahun 2024 lalu.
8. Diajeng Lestari, HijUp
Diajeng Lestari merupakan pendiri platform e-commerce HijUP yang berfokus pada brand busana muslim. Diajeng mendirikan HijUp pada tahun 2011, didasarkan pada pengalamannya yang kesulitan mendapatkan busana muslim dengan mode kekinian.
Mendorong pertumbuhan industri fesyen muslim lokal di Indonesia, HijUp sudah merambah ke pasar luar negeri. Tidak hanya itu, perusahaan ini terus berkembang dengan membuka toko offline di berbagai daerah di Indonesia.
9. Shinta Nurfauzia, Lemonilo
Shinta Nurfauzia merupakan salah satu pendiri Lemonilo, merek gaya hidup dan produk konsumen berbasis kesehatan. Produk Lemonilo yang paling dikenal masyarakat adalah mi instan sehat. Bisnis kuliner ini dinilai sukses bermain di ceruk pasar mi instan sehat yang didominasi ibu rumah tangga yang sadar akan isu kesehatan dalam mi instan.
Berdiri pada 1 Oktober 2016, produk pertama yang diluncurkan Lemonilo adalah Lemonilo Mi Instan Rasa Mie Goreng pada September 2017.
10. Catherine Hindra Sutjahyo, Zalora
Di tengah perkembangan bisnis berbasis teknologi, makin banyak perempuan Indonesia yang sadar akan peluang di industri ini. Catherine Hindra Sutjahyo menambah panjang daftar pebisnis perempuan Indonesia dalam bisnis berbasis teknologi. Dia merupakan pendiri Zalora, toko online yang memasarkan produk gaya hidup dan kecantikan premium.
Perempuan kelahiran Surabaya pada tahun 1983 ini mendirikan Zalora pada tahun 2012. Sebelumnya, dia sempat bekerja di perusahan konsultasi MCkinsey pada tahun 2010.