Dalam beberapa tahun terakhir, kecerdasan buatan (AI) telah diakui sebagai teknologi yang dapat mendorong efisiensi, inovasi, dan pertumbuhan di berbagai sektor industri. Namun, Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan dalam penerapan teknologi ini, terutama dari sisi infrastruktur, keterampilan sumber daya manusia, dan kerangka regulasi yang masih berkembang.
Topik tersebut dibahas dalam Virtus Showcase 2024 di Jakarta yang digelar oleh PT Virtus Technology Indonesia (Virtus), penyedia solusi infrastruktur digital dan anak perusahaan dari CTI Group. Mengusung tema AI-Ready Business: Navigating the Opportunities and Risks for Sustainable Growth, Virtus Showcase Jakarta 2024 menghadirkan pembicara ternama seperti Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA, Ketua Umum Indonesia Artificial Intelligence Society (IAIS); Suwandi Ongko, Domain Consultant, ASEAN of Palo Alto Networks; dan Fardy Umar, Sales Engineer Dell Technologies.
Baca Juga: Adopsi Kecerdasan Buatan (AI) Bantu Industri Tekan Kerugian Akibat Kebocoran Data
"Mengadopsi AI bukan hanya tentang teknologi; perusahaan juga harus menyadari risiko dan peluang yang muncul. Virtus Showcase hadir, memberikan wawasan mendalam dan praktik terbaik bagi para pelaku industri," ungkap Christian Atmadjaja selaku Direktur Virtus Technology Indonesia, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima, Jumat (11/10/2024).
Dalam sesi presentasi, Lukas menjelaskan ada empat elemen utama dari AI, yaitu prosesor (hardware), algoritma (software), data, dan bidang penerapan (use case). Pelaku industri perlu memastikan investasi yang cukup untuk perangkat, menggunakan algoritma yang sesuai, data yang tepat, dan pemahaman yang baik untuk menerapkan AI dalam bidangnya.
"Langkah strategis yang perlu diprioritaskan pelaku bisnis adalah merancang dari awal sistem berbasis AI yang akan digunakan, memperhitungkan ketersediaan data dan developer AI yang mampu membangun model yang optimal, penyiapan dataset, serta rujukan yang benar sebagai fondasi dari model yang dibangun (ground truth). Sementara itu, untuk meminimalkan risiko keamanan data, perlu mengintegrasikan keamanan siber dalam pengembangan aplikasi AI," ujar Lukas.
Dimanfaatkan mulai dari industri kesehatan hingga keuangan, transportasi hingga manufaktur, AI telah membuka berbagai bentuk efisiensi baru. Namun, kemampuan ini juga menghadirkan sejumlah tanggung jawab penting, di antaranya berkaitan dengan proteksi data dan melindungi beban kerja AI dari ancaman serangan siber. Studi Dell Technologies terbaru, Innovation Catalyst, mengungkapkan bahwa 73% responden Indonesia yang diwawancarai menyatakan mereka khawatir teknologi AI akan menghadirkan sejumlah tantangan keamanan dan privasi baru.
"Mayoritas BDM dan ITDM di Indonesia sepakat AI akan menjadi bagian penting solusi keamanan di masa depan. Namun, mereka juga mengakui sifat ganda teknologi ini. Oleh karena itu, mereka menekankan bahwa mereka akan memprioritaskan membeli teknologi/aplikasi TI yang sudah memiliki fitur keamanan yang terintegrasi," papar Erwin Yusran, country lead, Data Center & Compute Solutions, Indonesia, Dell Technologies.
Di sisi lain, AI juga makin dilihat sebagai alat penting dalam upaya meningkatkan keamanan siber. Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi ancaman dengan lebih cepat dan akurat, bahkan sebelum ancaman tersebut berkembang menjadi serangan besar. Melalui analisis data yang mendalam dan otomatisasi, AI dapat membantu mengidentifikasi pola yang mencurigakan serta merespons ancaman siber secara real-time.
"Pertumbuhan eksponensial ancaman dunia maya, yang diperkuat oleh kekuatan transformatif AI, telah mengubah taktik yang digunakan oleh para pelaku ancaman. Untuk mempertahankan postur keamanan yang proaktif, perusahaan perlu melawan serangan yang didukung AI dengan keamanan siber bertenaga AI. Hal ini melibatkan pengintegrasian AI ke dalam perangkat keamanan untuk meningkatkan prediksi, deteksi, dan mitigasi serangan yang canggih," jelas Adi Rusli, Country Manager Indonesia, Palo Alto Networks.
Virtus Showcase Jakarta 2024 didukung oleh vendor IT dunia seperti Palo Alto Networks, Dell Technologies, Hikvision, Huawei, Red Hat, Forcepoint, dan Crowdstrike.