Sebagai provinsi dengan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia, tidak heran jika bisnis berbasis sawit banyak yang berasal dari Provinsi Riau. UMKM asal Dumai yang berasal dari lingkungan pondok pesantren (ponpes), yakni Koperasi Produsen Pondok Pesantren Al Amin, turut mengembangkan berbagai produk turunan sawit dan kini bersiap perluas pasar global.

KH. W Zainal Abidin selaku Ketua Koperasi Produsen Pondok Pesantren Al Amin Dumai menjelaskan, pihaknya tengah menyiapkan diri untuk masuk ke pasar Belanda. Dia menerangkan, dengan dukungan BPDP (Badan Pengelola Dana Perkebunan), Koperasi Produsen Pondok Pesantren Al Amin telah mengikuti ajang Festival Islam Kepulauan di Den Haag, Belanda pada 18-19 Mei 2024 lalu. Festival tersebut diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Belanda dengan mengambil tema The Voices of Archipelago 2024.

Baca Juga: BPDP, Ditjenbun, dan DGL Gelar Pelatihan Budidaya Sawit di Kalimantan Utara

"Melalui peran dan dukungan kuat dari BPDB, kami di tahun 2024 lalu ke Belanda. Di sana ada sekitar 400 rumah makan Indonesia. Dengan bantuan teman-teman PCI NU Belanda, kami sudah memiliki kesepakatan untuk bekerja sama dalam mengembangkan sektor hilirisasi sawit," ujarnya kepada Olenka belum lama ini.

Sebagai bagian dari Program Pengembangan Santripreneur Melalui Usaha Kecil Menengah Koperasi (UKMK) Berbasis Sawit pada tahun 2020 lalu, Koperasi Produsen Pondok Pesantren Al Amin telah memproduksi berbagai produk turunan sawit. Berbagai produk tersebut, di antaranya, adalah cokelat sawit, rawon sawit, keripik singkong pedas, keripik tempe, keripik pisang, lidi sawit, kerajinan dari lidi sawit, sabun, serta hand sanitizer.

"Produk yang siap kami ekspor berupa keripik singkong dan keripik tempe. Hanya butuh pendampingan BPOM terkait HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points, yakni sistem manajemen keamanan pangan yang bersifat sistematis dan berfokus pada pencegahan). Kami sudah punya PIRT serta label halal. Selain itu, kami juga ingin memasok cokelat sawit," tegasnya.

Selain kelengkapan persyaratan ekspor, Zainal menyinggung soal packaging produk turunan sawit yang akan diekspor. Dia menegaskan, pihaknya akan segera melakukan repackaging produk-produknya untuk memasuki pasar Eropa. Setelah mampu menembus pasar Belanda, distribusi produk turunan sawit Koperasi Produsen Pondok Pesantren Al Amin Dumai lebih mudah memasuki negara Eropa lainnya.

Dengan keberhasilan ini, Koperasi Produsen Pondok Pesantren Al Amin akan memperluas pasar mereka. Selain diedarkan di Indonesia, lidi sawit Koperasi Produsen Pondok Pesantren Al Amin telah menarik perhatian pembeli dari Pakistan dan India. Di tahun 2023 lalu, lewat Trade Expo Indonesia, Koperasi Produsen Pondok Pesantren Al Amin mendapat kesempatan untuk mengekspor 42 ton lidi.

"Kami sempat kebingungan karena dapat permintaan ekspor banyak sekali. Saat mengikuti pameran yang difasilitasi BPDP itu, konsul Pakistan meminta kami untuk mengekspor 42 ton lidi dalam jangka waktu satu bulan. Sebelumnya, buyer dari Malaysia juga ada yang tertarik dengan produk-produk kami," tegasnya.

Ke depan, Zainal berharap hilirisasi sawit di Indonesia terus berkembang sehingga berdampak positif bagi perekonomian pondok pesantren maupun masyarakat sekitar. Dengan begitu, kegiatan ini juga akan mendongkrak perekonomian di dalam negeri. Dukungan dari sejumlah pihak seperti BPDP, menurutnya, sangat berarti.