PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) bersama Center of Economic and Law Studies (CELIOS), yakni lembaga riset yang bergerak dalam lingkup analisis makro-ekonomi, kebijakan publik, ekonomi berkelanjutan, dan ekonomi digital, meluncurkan Financial Technology (Fintech) Media Toolkit, pada Selasa, 5 Maret 2024.

Chief Risk and Sustainability Officer Amartha, Aria Widyanto, menjelaskan bahwa peluncuran Fintech Media Toolkit tersebut merupakan wujud advokasi perkuat pemahaman publik terhadap fintech sebagai penyedia layanan keuangan mikro berbasis teknologi yang mampu menyejahterakan masyarakat secara merata dan inklusif. Pasalnya, terdapat mispersepsi antara pinjol (pinjaman online) ilegal dengan fintech. Masyarakat diminta tidak takut dengan fintech yang sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), misalnya Amartha.

Baca Juga: Meneropong Peluang Investasi Startup dan Industri Teknologi Tahun 2024

"Penyaluran kredit mikro Amartha bertujuan mendukung segmen akar rumput agar produktif sekaligus mendorong pemerataan kesejahteraan di wilayah rural," ungkap Aria di Jakarta.

Aria menjelaskan, terjadi peningkatan volume penyaluran pinjaman secara digital dari Januari 2020-September 2023 mencapai Rp21 triliun. Fintech yang menyasar masyarakat unbanked, menurutnya, perlu dimanfaatkan masyarakat sehingga informasi yang tepat mengenai fintech perlu sampai ke masyarakat dengan meningkatkan literasi keuangan.

Sementara itu, Fintech Media Toolkit merekomendasikan empat aspek sebagai pedoman penguatan pembiayaan UMKM, meliputi: (1) peningkatan peran dan pemanfaatan fintech, (2) peningkatan resiliensi UMKM khususnya dalam masa krisis, (3) perlunya membantu UMKM dalam transisi hijau, dan (4) perlunya ketersediaan data granular UMKM untuk membantu UMKM mengakses pembiayaan.

Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif CELIOS, menjelaskan bahwa Fintech Media Toolkit merangkum berbagai konsep, inisiatif, strategi, dan kisah lapangan fintech di segmen akar rumput produktif, sebagai alat bantu tingkatkan public awareness.

"Penguatan industri fintech dapat diawali dengan penguatan fase credit scoring sebagai upaya mitigasi risiko untuk menjaga kualitas penyaluran kredit mikro yang sehat. Sebagai contoh, Amartha mengoptimalkan penggunaan risk-profiling berbasis AI (kecerdasan buatan) agar lebih akurat untuk memitigasi risiko, serta menjaga kualitas pinjaman ke UMKM. Hal tersebut merupakan standar yang sangat baik di industri," ungkap Bhima.

Menuju Misi Akhir Mendorong Partisipasi Masyarakat dalam Impact Investing

Misi akhirnya adalah mendorong peningkatan pemahaman publik yang lebih positif dan mengajak turut berpartisipasi dalam gerakan kolektif impact investing. Masyarakat umum, generasi muda, dapat berpartisipasi aktif mendukung fintech segmen akar rumput sektor produktif dengan berpartisipasi melalui impact investing.

Impact investing atau investasi berdampak merupakan salah satu strategi investasi yang tidak hanya memberikan keuntungan finansial terhadap para investor, tetapi juga turut berkontribusi dalam memberikan dampak sosial maupun lingkungan yang lebih luas dan positif. Kemitraan strategis antara sektor swasta, pemerintah, dan lembaga keuangan menjadi landasan penting dalam membentuk ekosistem yang mendukung pertumbuhan impact investing.

Baca Juga: Prediksi Tren Teknologi di 2024: Penerapan Kecerdasan Buatan di Sektor Sosial Makin Menguat

Salah satu case study yang mengemuka adalah perjalanan Amartha mendukung impact investing secara berkelanjutan. Sejak didirikan pada 2010, Amartha berkontribusi pada kelompok-kelompok yang rentan di Indonesia seperti anak-anak dan para perempuan. Amartha menjembatani para pemilik modal baik dari individu hingga institusi berskala global untuk menyalurkan permodalan berkelanjutan kepada UMKM akar rumput di wilayah rural. Tujuannya adalah pemerataan kesejahteraan.

"Melalui bisnis modelnya, Amartha memberikan akses pendidikan di sektor formal maupun informal, mendorong pemerataan digitalisasi untuk sektor pendidikan di wilayah pedesaan, hingga mendorong para perempuan di wilayah pinggiran pedesaan untuk lebih berdaya secara ekonomi dan keberlanjutan," pungkas Aria Widyanto.