Sekira 78% anak muda, Generasi Z dan kelompok usia produktif, menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, berdasarkan survei terbaru Lokadata.id. Tak hanya itu, diketahui bahwa 78% generasi muda sudah memiliki perencanaan keuangan dan 54% mengaku melakukan perencanaan rutin setiap bulan.

Suwandi Ahmad, Chief Data Officer Lokadata.id, menjelaskan bahwa ada pergeresan tren belanja di masa sekarang. Jika dulu orang lebih senang berbelanja dalam jumlah besar, kini orang lebih suka berbelanja dalam jumlah kecil dengan intensitas yang lebih sering.

Baca Juga: Meneropong Tantangan dan Peluang Industri Fintech Indonesia di Tahun 2024

"Spending dibuat sesuai kapasitas kemampuan mereka. Misal beli bahan bakar, anak-anak Gen Z tidak membeli full tank, tapi beli per 100 ribu misalnya, sesuai dengan perencanaan keuangannya. Misal, satu pekan harus habis berapa. Mereka tidak membeli langsung dalam jumlah besar, tapi dipecah-pecah," jelasnya dalam Power Lunch "Dunia Baru Fintech: Praktis atau Berbahaya?" di Midaz, Senayan Golf, Jakarta, Rabu (9/10/2024).

Generasi muda mulai terbiasa membagi-bagi dana ke dalam kantung-kantung pengeluaran yang spesifik. Mereka sudah memisahkan tempat penyimpanan yang dikhususkan untuk pengeluaran dan menabung. Bahkan, ada 25% generasi muda yang rutin mengalokasikan dana untuk investasi saham atau reksadana. Sementara, 23% generasi muda mengalokasikan dana untuk membeli emas atau properti.

Tingginya pemanfaatan fintech juga yang mendorong naiknya penggunaan fitur Buy Now Pay Later (BNPL). Diketahui, 67% pengguna fintech memanfaatkan layanan BNPL dengan durasi cicilan yang populer antara satu hingga tiga bulan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembiayaan melalui skema BNPL melonjak hingga 89,20% yoy dengan nilah mencapai Rp7,99 triliun pada Agustus 2024.

Iwan Dewanto, Director PT Indodana Multi Finance, yang hadir dalam kesempatan yang sama mengatakan, fintech bisa menjadi solusi finansial masyarakat Indonesia. Apalagi, populasi unbanked dan underserved di Indonesia tergolong masih tinggi, yakni mencapai 67%. Tinggal, bagaimana seluruh komponen yang terlibat dalam ekosistem keuangan saling bekerja sama, mulai dari regulator, asosiasi, penyedia layanan, merchant, hingga konsumen.

"Apabila digunakan dengan bijak, fintech dapat menjadi salah satu solusi keuangan bagi masyarakat, tanpa harus menimbulkan risiko pembiayaan bermasalah yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan," tegasnya.

Iwan mengingatkan, berdasarkan riset, jumlah maksimal yang ideal dialokasikan untuk membayar cicilan adalah 40% dari total pemasukan. Dengan begitu, dia meminta konsumen fintech bijak dalam mengalokasikan dananya.