Singkat cerita, misi mendirikan sekolah Tionghoa itu berjalan sesuai rencana, meski gedung sekolahnya hanyalah sebuah rumah sederhana, namun kualitas pendidikannya mampu bersaing, ayah Ciputra berhasil menggaet tenaga pengajar yang mumpuni.
“Bangunannya sederhana saja. Tak beda dengan rumah-rumah kecil penduduk lainnya. Papa mencari guru yang bagus. Saya pun bisa sekolah lagi,” ucapnya.
Masa Keci di Bumbulun
Keputusan pindah ke Bumbulan membuat Ciputara menemukan kehidupan masa kecil yang menyenangkan, keindahaan alam di tempat ini membuat Ciputra jatuh cinta setiap hari pada tempat ini.Bahkan sampai sekarang, bagi Ciputra, Bumbulan adalah surga. Kenangan masa kecilnya masih terasip rapi di dalam pikirannya.
Keindahan Pantai Bumbulan membikin Ciputra sangat betah di sana, laut biru toska dipadu hamparan pasir putih keabuan di bibir pantai Bumbulan yang diteduhkan deretan pohon nyiur yang menjulang masih ia ingat betul.
Nyanyian anak-anak muda di pinggir pantai kala senja datang juga masih terngiang di telinganya, semua kenangan manis itu masih teringat dengan baik.
“Anak-anak muda sering bermain gitar tradisional di pinggir pantai dan menyanyikan lagu Ombak Putih-Putih dengan syahdu. Syairnya masih saya ingat, ombak putih-putih...ombak datang dari laut... kipas Lenso putih tanah Ambon sudah jauh.. Lagu yang sangat indah dan berhasil terbingkai di hati saya,” kenang Ciputra.
Baca Juga: Awan Mendung dan Ujian Mahaberat Pernikahan Orang Tua Ciputra
Bagi Ciputra pantai adalah arena bermain, ia sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya di sana, sesekali ia juga membawa serta tiga ekor anjingnya ke pantai hanya untuk menunggu senja datang.
“Pada sore hari saya mengajak anjing-anjing saya mandi dan bermain di pantai, bersama Ako (sang kakak) dan sejumlah anak lain. Kami biasa menghabiskan senja di pantai hingga langit yang merah berubah jadi gelap,” katanya lagi.
“Anjing-anjing saya ikut berenang. Mereka memburu apa saja yang saya lempar. Sabut kelapa, batu, apa saja. Sore selalu menyenangkan. Pemandangan khas yang tak kalah menarik di pantai adalah saat para nelayan kembali dari laut. Pagi hari biasanya para nelayan kembali dari tengah laut dan membawa banyak ikan. Pasar dadakan pun digelar,” tambahnya mengenang kehidupan masa kecilnya di Bumbulan.