Kini kegiatan berburu menjadi salah satu kegiatan rutin yang dilakukan Ciputra di sela-sela kesibukannya sebagai seorang petani. Hasil buruan yang dibawa pulang ke rumah disambut gembira sang ibu yang siap mengolahnya dalam berbagai jenis masakan lezat.
"Mama mengolahnya. Membakarnya sebagian dan mengasapnya agar awet. Ia membuat tungku yang diaturnya agar bisa mengasapi daging babi panggang itu selama berjam-jam. Daging asap itu awet untuk disimpan selama seminggu. Kami bisa makan daging setiap hari,” tuturnya.
Kegiatan berburu membuat Ciputra menjadi candu. Ia kemudian memutuskan untuk menambah anjing peliharaannya menjadi 17 ekor. Mereka menjadi serdadu yang siap membantu Ciptra memenangkan pertarungan.
“Dalam tempo cepat saya segera tersohor sebagai pemburu piawai bersama 17 ekor anjing saya. Kaki saya yang semula lemah dan berlumuran darah tiap kali menerjang perdu kemudian menjadi kuat,” ujarnya. Saya selalu bertelanjang kaki saat berburu.
Baca Juga: Menguak Fakta di Balik Pernyataan Polri Terkait Keaslian Ijazah Jokowi
“Tangan saya membawa tombak. Anjing-anjing saya berlarian dengan tenaga dan gonggongan yang kuat. Kami masuk ke dalam hutan pada pukul enam pagi berbekal sekantong besar ubi rebus, dan baru akan keluar pada pukul enam petang. Selalu dengan membopong babi hutan yang telah tewas,” pungkasnya.
Dari pengalaman berburu pula, Ciptra secara tak sadar mulai belajar menjadi seorang pemimpin, ia memandu kelompok pemburu dan 17 anjingnya. Ciputra belajar banyak dari kegiatan.
“Pengalaman saya berburu dengan belasan anjing itu sungguh mengesankan. Disanalah saya belajar kepemimpinan. Anjing-anjing itu bisa menurut atau membangkang tergantung dari bagaimana saya melatih mereka. Mereka makhluk yang pintar dan setia, sekaligus juga sensitif. Mereka akan menurut pada saya jika saya cukup berwibawa di matamereka,” ucapnya.