Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Ita Rulina, mengungkap strategi pertama yang dilakukan adalah memperkuat ekosistem yang ada, di mana terdiri atas pemerintah, asosiasi, pelaku usaha, dan industri kreatif.
“Mereka harus saling bahu-bahu. Kita harus kompak, jangan sampai yang satu pengennya ke kanan, yang satu pengennya ke kiri, kita tidak sampai sampai di tujuan. Itu yang pertama, kita ingin memperkuat ekosistem modest fashion kita,” ujar Ita Rulina dalam agenda Kick-Off Indonesia International Modest Fashion (IN2MF) 2024, Kamis (24/10/2024).
Kedua, Bank Indonesia akan mendukung kreativitas dan inovasi. Melalui pagelaran IN2MF, akan menargetkan ke depannya sebagai wadah kolaborasi peningkatan ekosistem-ekosistem terkait.
“IN2MF ke depan itu akan memberikan semacam daya tarik yang berbeda. Kita ingin nanti teman-teman yang ada di situ saling berdiskusi, ada saling bisnis matching, buyer dari luar juga datang, kita ingin seperti itu. Kita juga ingin nanti anak-anak muda ikut (terlibat) lebih banyak lagi,” tutur Ita Rulina.
Kemudian strategi ketiga adalah mewujudkan keinginan go global dengan menghadirkan modest fashion yang unik dan berbeda dari negara lain. Misalnya, dengan mengusung konsep wastra nusantara yang menjadi kekuatan dan menonjolkan identitas Tanah Air.
“Wastra kita itu jutaan kali motifnya ya. Saya hampir tidak mengerti wastra, tapi saya penikmat wastra. Kita bayangkan kalau semua desainer pakai wastra yang jutaan tadi, itu sudah tidak ada yang meliriknya negara lain,” jelas Ita Ratuliu.
“Jadi, tiga strategi ini, kita lakukan supaya Indonesia bisa menjadi rujukan modest fashion dunia,” imbuhnya.
Baca Juga: Soloputri Tampilkan Keindahan ‘Negeri di Timur’ di Panggung Jakarta Fashion Week 2025
Bank Indonesia percaya bahwa ekonomi syariah adalah jenis ekonomi baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Salah satu bagian dari ekonomi syariah tak lain adalah modest fashion.
Dengan menggerakkan industri modest fashion, Bank Indonesia percaya Indonesia dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian dari ujung Sabang hingga Merauke.
“Ketika kita bergerak di sektor modest fashion ini, ada efek positif yang saling terkait, yang bisa kita sebut sebagai trickle down effect. Ini berarti bahwa ketika satu sektor tumbuh, sektor lainnya juga terpengaruh secara positif,” jelas Ita.
“Sebagai contoh, kain timur yang mungkin belum se-terkenal batik di Jawa, bisa menjadi lebih dikenal jika para desainer mulai menggunakannya. Hal ini dapat meningkatkan ekonomi di daerah Timur, membantu pengrajin kain mendapatkan penghasilan yang lebih baik, dan pada akhirnya memperbaiki ekonomi wilayah tersebut,” tukasnya.