Negarawan Gita Wirjawan mengaku gemas dengan kuota penerimaan mahasiswa baru Universitas Stanford yang hanya menerima satu mahasiswa Indonesia setiap tahunnya untuk program S1.

Hal ini berbanding terbalik dengan kuota yang dibuka untuk  Singapura, dimana kampus tersebut memberi jatah hingga 25 mahasiswa baru setiap tahunnya. 

Baca Juga: Menanti Perubahan Nasib Guru di Era Prabowo

“Setiap tahun Stanford itu paling banter nerima hanya satu orang Indonesia, program S1. Yang diterima dari Singapura per tahun tuh 25 orang,” kata Gita dilansir Olenka.id Kamis (7/11/2024).  

Menurut Menteri Perdagangan periode 2011-2014 itu, minimnya kuota untuk mahasiswa dari Indonesia bikin kesal banyak pihak,mereka merasa ada diskriminasi sebab peluang untuk belajar di lembaga pendidikan terbaik di dunia itu sangat sempit. 

“Mereka (calon mahasiswa) sampe bingung sama saya, komplain kok gue gak dapet aplikasi banyak banget,” ujarnya. 

Lantaran hanya menerima satu mahasiswa dari Indonesia, maka Universitas Stanford praktis tak membuka orientasi di Indonesia, mahasiswa yang diterima di kampus tersebut terpaksa terbang ke Singapura untuk mengikuti orientasi di sana.

Atas perilaku tersebut, Gita juga mengakui bahwa universitas tersebut memang sedang melakukan diskriminasi secara terselubung untuk mahasiswa Indonesia. 

“Nah begitu si Indonesia ini datang kesana dia ngobrol sama orang Singapura disana. Orang Singapuranya tuh cerita bahwa temen-temennya itu ratusan yang gak diterima. Padahal kualifikasinya mereka sama,” tuturnya. 

“Setelah saya investigasi, ternyata Stanford tuh juga agak peka untuk tidak menerima terlalu banyak. Karena mereka nggak mau keliatan diskriminatif terhadap negara-negara lain seperti Indonesia. Nah ini yang seringkali saya sebut reverse discrimination,” tambahnya. 

Kendati kesempatan belajar di universitas tersebut lumayan sempit, namun menurut Gita, mahasiswa Indonesia tak perlu berkecil hati,  masih banyak  lembaga pendidikan dengan kualitas jempolan baik di dalam dan luar negeri yang bisa mencetak generasi muda berprestasi. 

Baca Juga: Pertemuan Prabowo-Jokowi Hanya Pertemuan 2 Bestie Biasa

“Nah gimana supaya kita tuh bisa menge-supply produk-produk pendidikan dengan skala yang luar biasa ke sekolah manapun lah. ITB, UI, UGM, Udayana, ITS, tapi juga di sekolah-sekolah di luar. Supaya mereka tuh jadi ya kalau menurut saya duta, syukur-syukur enabler, syukur-syukur kreator untuk masa depan kita,” pungkasnya.