Negarawan Gita Wirjawan ikut menyoroti fenomena hijrah ke luar negeri yang belakangan dilakukan sejumlah orang Indonesia. Dimana fenomena tersebut dilakukan oleh orang-orang dengan SDM unggulan, mereka ogah tinggal di negara ini untuk sementara waktu dan memilih menetap di negara orang. Keputusan pindah dari Indonesia ini disayangkan banyak pihak. 

Menurut Gita, fenomena brain drain sebetulnya tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan, sebab hal ini tentu saja sudah dipikirkan baik-baik oleh para pelaku human capital tersebut, mereka pasti punya pertimbangan khusus terkait keputusan ini. Toh kata dia, mereka yang memilih minggat untuk sementara waktu dari Indonesia suatu saat bakal kembali ke negara ini jika kondisinya sudah lebih baik dari sekarang.

Baca Juga: Prabowo Ancam Depak Menteri Tak Patuh dari Kabinet Merah Putih, NasDem Merespons

“Kita tuh seringkali khawatir mengenai brain drain. Saya percaya bahwa brain ini kalau pindah dari sini ke sini, karena disini ada tempatnya yang sangat harmonis, sangat kondusif, brain ini semakin gede. Mau 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun,  dia ngeliat disini tempatnya udah siap, dia balik lagi kesini,” kata Gita dilansir Olenka.id Sabtu (15/2/2025). 

Menurut Gita, ketika orang-orang ini kembali ke Tanah Air, maka berbagai pengalaman mereka selama tinggal di luar negeri dapat diaplikasikan di sini. Jadi menurutnya fenomena brain drain tak selalu berdampak buruk, justru sebaliknya ia punya banyak banyak sisi positifnya yang dapat berguna bagi bangsa ini ke depannya. 

“Dan ilmu dan kebijaksanaan yang diraih selama 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun itu sangat eksponensial dalam aplikasi untuk tempat barunya di sini,” ujarnya.

Meski memberi banyak manfaat, namun kata Gita masih banyak masyarakat Indonesia yang salah kaprah terkait fenomena ini. Mereka membenturkan hal ini dengan rasa nasionalisme. Menurut Gita perbenturan itu sama sekali tidak dibenarkan, mereka yang menyoal fenomena human capital adalah mereka yang terjebak dalam definisi sempit mengenai nasionalisme. 

“Nah, ini seringkali terjebak dengan konsep mengenai nasionalisme. Nasionalisme tuh menjebak kita dengan definisi bahwasannya brain drain itu nggak boleh. Saya sih kurang sepakat. Nasionalisme tuh bukan mengenai siapa yang memiliki. Nasionalisme tuh lebih mengenai siapa yang menikmati,” tegasnya. 

Gita menegaskan, apabila mereka yang hijrah ke luar negeri ternyata lebih menikmati hidupnya di negara orang, maka itu adalah definisi nasionalisme yang sesungguhnya. Mereka bisa hidup nyaman di negara lain tanpa adanya tekanan yang berarti. 

Jadi untuk mencegah fenomena ini agar tidak terus berlanjut, kata Gita pemerintah mesti mencari jalan keluarnya dengan melakukan pembenahan di segala lini, lewat cara ini pula, Gita yakin masyarakat Indonesia yang telah lama tinggal di luar negeri bisa memutuskan segera kembali ke Tanah Air. 

Baca Juga: Prabowo Klaim Efisiensi Anggaran Sudah Berhasil Menghemat Rp300 T

“Kalau rakyat itu lebih menikmati itu nasionalis. Jadi saya melihat ini kita harus ubah secara struktural mengenai konsep brain drain menjadi brain linkage atau brain circulation. Nah, kalau itu lebih bisa diperkenankan, mungkin kita lebih ada kesadaran untuk membangun infrastruktur disini agar ini bisa pulang lebih cepat,” tutupnya.