"Dengan makin banyaknya orang-orang yang memilah sampah, dampak positif yang dihasilkan juga makin besar. Pertama, dampak ke people, para pekerja sampah mendapatkan suplai sampah yang lebih banyak sehingga pendapatan mereka meningkat. Kedua, dampak ke lingkungan: makin banyak orang yang memilah sampah, sampah yang terbuang sia-sia jadi makin sedikit karena makin banyaknya sampah yang dapat didaur ulang dengan baik," terang Ernest.

Yang ketiga, lanjutnya, kesadaran masyarakat akan pentingnya memilah sampah juga berdampak positif pada aspek bisnis karena makin banyaknya nilai ekonomis dari sampah yang dihasilkan. "Jadi, dampaknya besar, baik ke orang-orang, society atau lingkungan, dan baik ke nilai ekonomi," tegas Ernest.

Baca Juga: Hadapi Tantangan Tech Winter, Startup Perlu Fokus 3 Aspek Ini untuk Raih Pendanaan Investor

Rekosistem masih berfokus sebagai solusi pengelolaan sampah di kawasan pemukiman dan kolaborasi dengan pemerintah atau perusahaan swasta di area Pulau Jawa. Di tahun ini, Rekosistem berencana memperluas layanan dan meningkatkan daerah cakupan untuk meningkatkan efisiensi, keberlanjutan, dan dampak lingkungan. Selain itu, Rekosistem akan terus meningkatkan teknologi pengelolaan sampah dengan menggunakan sistem pengelolaan sampah terintegrasi, yaitu penerapan Internet of Things (IoT) dan Machine Learning (ML) untuk menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi pengumpulan sampah. Tujuannya, bisa membangun kapasitasi pengelolaan sampah hingga 20.000 ton per bulan di 2025.