PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) dan perusahaan afiliasinya, PT Gunung Garuda (GRD), mengumumkan keberhasilan penyelesaian proses penjualan yang melibatkan gabungan 95% saham di anak perusahaannya, PT Nusantara Baja Profil (NBP), kepada Yamato Kogyo Corporation (YKC), Siam Yamato Steel (SYS), dan Hanwa Indonesia (HWI), anak perusahaan Hanwa Co., Ltd (Hanwa), sebagaimana disepakati dalam perjanjian definitif yang dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2023 lalu.

Keselarasan visi dan tujuan strategis di antara semua pihak yang terlibat dalam transaksi ini menjadi sinyal fase pertumbuhan dan ekspansi baru bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Bersamaan dengan akuisisi yang sukses, NBP juga mengubah nama dan identitasnya menjadi Garuda Yamato Steel (GYS).

Baca Juga: Bank Saqu Dukung Indonesia Kembali Menabung Lewat Fitur Menabung Otomatis Pertama di Industri Perbankan

”Penyelesaian transaksi ini merupakan puncak dari perjalanan transformasi GRP. Melalui transaksi ini, kami telah mencapai penciptaan nilai yang signifikan bagi pemegang saham, memperkuat kekuatan keuangan GRP, dan memberdayakan manajemen untuk fokus terhadap pengembangan bisnis baja lembaran," jelas Kelvin Fu, Strategic Advisor GRP, dikutip Selasa (11/6/2024).

Ringkasan Transaksi 

GYS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha baja struktur dengan kapasitas produksi baja sebesar 1 juta ton per tahun dan kapasitas rolling sebesar 900.000 ton per tahun. Sebelum penjualan, GRP dan GRD masing-masing memegang 81,07% dan 18,93%. Setelah penjualan, GRP akan mempertahankan 5% saham, YKC memegang 45%, SYS memegang 35%, dan HWI memegang 15% saham di GYS.

Investasi yang dilakukan di GYS mewakili langkah strategis yang dilakukan oleh YKC, SYS, dan HWI untuk memperluas cakupan bisnisnya di Asia Tenggara. Transaksi tersebut, dengan valuasi GYS sebesar US$450 juta, menggarisbawahi potensi dan daya tarik pasar baja Indonesia yang sangat besar. Transaksi ini telah memberikan premi yang signifikan terhadap kapitalisasi pasar GRP dan pemegang saham.

Kolaborasi Kuat Bersama

Akuisisi yang dilakukan oleh YKC, SYS, dan HWI terhadap GYS menekankan visi strategis untuk memperluas kehadiran mereka di pasar domestik yang mencerminkan visi bersama untuk pertumbuhan dan kemakmuran di wilayah tersebut. Upaya kolaboratif tersebut sejalan dengan proyeksi pertumbuhan konsumsi baja nasional yang diperkirakan mencapai 18,3 juta ton pada tahun 2024 dengan peningkatan 5,2%, apalagi dengan 41 proyek prioritas strategis di sektor konstruksi, termasuk pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Secara kolektif, para investor tersebut akan fokus pada pertumbuhan kehadiran mereka di Asia Tenggara dan dapat membawa sinergi melalui keahlian mereka dalam bisnis baja struktural, pengadaan global dan pemasaran, serta kekuatan finansial.

Bagi GRP, transaksi ini merupakan puncak dari perjalanan transformasional yang dimulai sejak awal tahun 2020. Dengan komitmen untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka di industri baja, GRP menjalankan berbagai inisiatif strategis dalam hal transformasi digital, strategi ESG, dan transisi energi sehingga dapat membuka jalan bagi pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Urgensi Penerapan Dekarbonisasi dalam Industri Semen

Masa Depan Hijau untuk Bisnis Baja Lembaran

Dengan telah diselesaikannya transaksi ini, GRP akan berfokus kepada bisnis baja lembaran serta memiliki rencana besar untuk bertransformasi menjadi produsen baja dengan emisi karbon terendah di wilayah ini. Ini termasuk menginvestasikan modal yang signifikan untuk mengadopsi cara pembuatan baja rendah karbon yang paling terdepan, hemat energi, dan terbukti secara teknologi.

"Visi kami untuk masa depan GRP terletak pada baja rendah emisi, serta menandakan komitmen dan dukungan kuat kami kepada inisiatif Pemerintah Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060," ujar Kimin Tanoto, Chairman Executive Committee GRP.

"Bertransisi ke rendah emisi merupakan strategi bisnis kami, yang dapat membawa kepada peningkatan keuntungan, mendatangkan talenta-talenta sumber daya terbaik, serta daya saing di pasar," pungkasnya.