Pakar hukum tata negara Bivitri Susanti menyebut Pilkada serentak 2024 diikuti oleh banyak pasangan calon boneka. Dia bilang pasangan calon tersebut merupakan hasil kreasi dari para elite politik untuk melanggengkan kekuasaan.
Banyaknya partisipan boneka di hajatan lima tahunan itu terkonfirmasi dari minimnya ide dan gagasan yang dibawa para calon semasa kampanye.
Baca Juga: Pilkada 2024, KIM Plus Jadi King yang Kehilangan Mahkota
“Bahwa banyak sekali paslon di Pilkada Serentak kali ini adalah sebenarnya kreasi jadi mereka created, calon-calon itu created, kreasi dari gerombolan elit. Yang saya sebut dengan gerombolan elit adalah politikus plus oligarki,” kata Bivitri dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan PARA Syndicate dilansir Olenka.id. Selasa (3/12/2024).
Lantaran para calon itu merupakan hasil kreasi,lanjut Bivitri mereka maju dalam kontestasi Pilkada tanpa ada niatan untuk mensejahterakan rakyat, mereka punya tujuan terselubung.
“Boneka hasil kreasi, mereka nggak akan punya jiwa. Mereka nggak akan punya pikiran sebenarnya. Mereka nggak punya gagasan tentang daerahnya karena banyak diantara mereka,” tuturnya.
“Mereka bukan calon-calon organik. Mereka itu memang hasil dari sebuah kreasi, sehingga untuk menang mereka nggak butuh pikiran, nggak butuh program. Mereka butuhnya support dari kreatornya,” tambahnya.
Herannya, calon-calon boneka ini kata Bivitri punya peluang menang yang sangat besar lantaran mereka diendorese oleh kelompok politisi yang menyokong mereka. Kelompok ini kata dia bahkan tak sungkan melegalkan berbagai cara curang seperti politik uang.
“Caranya itu, verbal. Dan yang kedua, dukungannya adalah logistik alias politik uang. Politik uangnya kita udah tahu ya. Tentu saja uang dalam arti sebenarnya. Kita bisa baca di Bocor Halus Politik maupun di beberapa liputan teman-teman soal bagaimana politik uang ini luar biasa masuknya. Dan yang ketiga, saya nggak tahu apa menyebutnya ya, tapi saya sebutnya power play,” ucapnya.
Apabilan edorse dan politik uang tak mempan ujar Bivitri mereka akan melanjutakan kecurangan mereka dengan menyalahgunakan kekuasaan yang melibatkan instrumen negara.
“Yang saya maksud power play ini adalah mainan-mainan politik mulai dari tekanan, tekanan kasus misalnya, atau misalnya yang saya baca di salah satu media masa, bohirnya dijegal, katanya sama parcok (partai coklat). Saya nggak tahu lah, tapi saya menyebutnya itu power play,” katanya lagi.
“Ini tiga itu, verbal, politik uang, sama power play. Hanya dengan cara-cara itulah mereka bisa menang. Jadi bahwa kita berharap ada pikiran brilliant, ya harapan kita terlalu tinggi mungkin,” tambahnya.
Bivitri melanjutkan, ketika sudah mendapat kemenangan, kelompok bakal mengincar berbagai kekaayan alam di daerah. Mereka sama sekali tak memikirkan kesejahteraan rakyat.
Baca Juga: Politik Uang dan Aksi Endorse Terang-terangan Jadikan Pilkada 2024 Pemilu Terburuk Sepanjang Sejarah
“Bagi mereka, urusannya itu bukan urusan menyejahterakan, membahagiakan warga daerahnya, tapi memang mencaplok sumber daya. Karena mereka adalah kreasi dari si gerombolan yang memang tujuannya adalah mencaplok sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah itu. Pokoknya nggak ada urusannya dengan manusia-manusia di dalamnya harus sejahtera, harus bahagia,” bebernya