Bos Mayapada Group, Dato Sri Tahir, diketahui menjadi satu-satunya orang Indonesia yang saat ini ikut menandatangani Giving Pledge. Kampanye filantropi yang diinisiasi oleh orang-orang terkaya di dunia, termasuk Bill Gates dan Warren Buffet, tersebut mengajak anggotanya untuk menyumbangkan sebagian kekayaan mereka guna kesejahteraan masyarakat.
Dato Sri Tahir diketahui menandatangani Giving Pledge untuk menyumbangkan bantuan 50% dari total hartanya kepada masyarakat melalui Gates & Melinda Foundation. Bahkan, pria yang lahir pada 26 Maret 1952 tersebut pernah menyumbang US$75 juta untuk Global Fund yang diperuntukkan bagi penanganan TBC, HIV, dan Malaria di Indonesia.
Baca Juga: Nama Asli Hanya Lima Huruf, Bagaimana Kisah Tahir Mendapat Gelar Dato Sri?
"Saya orang Indonesia yang menandatangani satu-satunya Giving Pledge. Saya commited 50% harta saya sumbangkan untuk masyarakat. Giving Pledge itu Bill Gates yang motori," kata Tahir dalam suatu kesempatan.
Jadikan Ibadah Kunci dalam Kehidupan
Dalam beberapa kesempatan, suami Rosy Riady tersebut selalu menyebutkan pentingnya beribadah dalam hidupnya. Tak heran, membantu orang lain dianggapnya sebagai kewajiban, bukan sesuatu yang perlu dibangga-banggakan.
"Dalam hidup, saya perhatikan tiga masalah ini: satu, saya mau lihat ibadah saya itu pas; kedua, saya mau lihat anak saya baik; ketiga, saya mau lihat sebagian orang Indonesia oleh karena kehadiran saya mereka punya hidup lebih baik," ucapnya.
Dalam kesempatan berbeda, ayah dari 4 anak ini berkata bahwa ada empat pilar yang mendukung hidupnya, yaitu ibadah, keluarga, karier, dan social work atau kegiatan sosial. Keempat hal tersebut, tegasnya, tidak bisa dikotak-kotakkan.
"Artinya, ibadah bisa saya lakukan setiap saat. Kita bisa melakukan ibadah setiap saat, di mana saja, kapan saja. Pekerjaan dan ibadah melekat pada saya dan sudah menjadi darah daging. Tidak bisa dipisahkan. Sambil bekerja, saya beribadah, mengerjakan kegiatan yang baik, dan menafkahi keluarga. Tidak ada pemisahan, tidak ada pengotak-kotakkan," tegasnya.
Merasa Setara dengan Orang Miskin
Tumbuh di keluarga yang berbisnis becak, Tahir merasa dirinya sebagai orang miskin yang beruntung. Oleh karena itu, pria yang mendapat gelar kehormatan Dato Sri dari Sultan Pahang, Malaysia ini merasa tidak nyaman harus mengeksklusifkan diri. Apalagi, menurutnya, masih banyak masyarakat yang berada dalam kondisi keuangan menengah ke bawah.
"Saya adalah orang miskin yang beruntung. Saya tidak merasa habitat saya telah berubah. Saya nyaman bersama orang miskin. Saya pergi ke Irak, ke Libanon, bercampur dengan para pengungsi, saya merasa nyaman di sana. Begitu pula saat saya mengurusi anak-anak autis, sakit, tidak mampu, dan lain-lain," ucapnya.
Bagi Tahir, yang terpenting adalah memiliki tujuan hidup. Tujuan hidup tersebut pun harus disesuaikan dengan kemampuan seseorang. Dia menegaskan dalam wawancara bersama Olenka, "Saya punya tujan hidup: menciptakan nilai tambah untuk keluarga saya. Kalau kapasitas lebih, kita mulai melebar, kepada perusahaan, kepada masyarakat, bila perlu kepada negara. Bila perlu, kepada dunia. Inilah poin saya."