Kata Tahir, orang lain mungkin berpikir bahwa dia dan ipar-iparnya itu adalah tim yang solid dan harmonis, yang kerap menghabiskan banyak waktu yang berharga untuk mendiskusikan ide-ide bisnis yang cemerlang.

Namun, faktanya tak seperti itu. Hubungan Tahir dengan ipar-iparnya itu bersifat formal, bahkan seperti hubungan antara orang-orang yang tidak saling mengenal.

“Beberapa kali misalnya saya menelepon James, tapi dia tak pernah mengingatnya. Bagi saya, berarti panggilan itu gak penting bagi dia dan dianggap tidak layak untuk diperhatikan,” ujar Tahir.

“Lalu, suatu waktu saya pernah membuat janji bisnis dengan Stephen di Hong Kong, untuk memperkenalkannya dengan rekan bisnis saya. Dia datang 1 jam kemudian dan dengan singkat berkata di depan rekan bisnis saya itu, “Saya hanya punya waktu 10 menit untuk Anda.” Jujur, itu membuat saya malu,” sambung Tahir.

Tahir mengaku, ia tak bermaksud mengeluh atau protes akan sikap ipar-iparnya itu. Untuk beberapa saat, kata dia, hal itu hanya membuatnya bertanya-tanya apa artinya saya dalam keluarga ini.

Namun yang pasti, Tahir merasa, ia tak pernah merasakan rasa persaudaraan dengan anak laki-laki Mochtar Riady itu. Terlebih, kasus terburuk adalah dalam hal konteks bisnis.

Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Tak Diizinkan Pakai Logo Bisnis Keluarga Riady

Merasa Terhina karena ‘Perlakuan’ Sang Ipar

Tahir menuturkan, saat itu ia pun pernah mencoba bisnis properti yang tak terlalu besar, yang berlokasi di Cipondoh, Tangerang. Untuk memasarkan bisnisnya itu, Tahir pun meminta bantuan tim pemasaran Lippo Group. Saat itu, orang kepercayaan James Riady, yakni Eddy Sindoro pun melihatnya. Dan ia pun setuju untuk membantu Tahir.

Tahir bilang, saat itu Eddy Sindoro berjanji akan mengirimkan puluhan staf pemasaran Lippo Group untuk mensurvey properti Tahir guna melakukan riset pasar. Sontak, Tahir pun langsung mengatur persiapan untuk menyambut tim pemasaran Lippo Group ke Cipondoh. Namun ternyata, tim yang semula dijadwalkan datang ke tempat Tahir pun batal berangkat.

“Padahal saya sudah pesan bus dan makan siang untuk mereka. Tapi, mereka tidak jadi datang. Makanan pun terbuang sia-sia. Manajer saya melaporkan ke saya sambil terisak-isak. Hal ini jelas menusuk hati saya,” ujar Tahir.

Seketika, Tahir pun langsung menelepon Eddy Sindoro dan mengatakan kepadanya bahwa suatu hari dia harus ‘membayar’ atas kejadian ini.

“Saya cukup emosional hari itu. Dan apa yang saya katakan kepada Eddy Sindoro datang langsung dari kekecewaan saya. Saya sangat marah, kok mereka tega melakukan itu ke saya,” tutur Tahir.

Tahir mengaku, selain marah ia pun merasa cukup terhina atas kejadian tersebut. Namun, Tahir pun seketika sadar bahwa perlakuan yang ia dapat merupakan pernyataan yang jelas yang menunjukkan bagaimana keluarga Riady menempatkan dirinya dalam keluarga mereka.

“Akhirnya saya semakin sadar dan bisa menerima perlakuan mereka yang tidak mengenakkan saya itu. Saya semakin mengenal diri saya sendiri, dan pada saat yang sama, saya juga memacu diri untuk bekerja lebih keras lagi. Perlakuan keluarga Pak Mochtar jadi semacam latihan bagi saya,” jelas Tahir.

Selang kejadian itu, Tahir pun bertekad tak akan lagi berurusan bisnis dengan pihak keluarga mertuanya. Meski selalu mendapat perlakukan buruk yang tak mengenakkan, Tahir mengaku tidak akan pernah memperlakukan keluarga mertuanya dengan buruk, dan ia pun tak akan pernah membiarkan anak-anaknya sendiri memperlakukan anggota keluarga Riady dengan tidak pantas.

Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Menjajal Bisnis Hingga Pinjam Rumah Sang Mertua