Tahir juga menyoroti pentingnya perilaku yang jujur dan etis dalam berbisnis. Ia menentang keras praktik bisnis yang penuh intrik dan skandal, serta menyerukan perlunya para taipan menjaga kehormatan dan loyalitas mereka kepada Indonesia.

Dalam refleksinya terhadap kerusuhan 1998, Tahir mengingatkan akan pentingnya menyelesaikan ketegangan sosial antara warga asli Indonesia dan Tionghoa Indonesia.

“Perang dingin antara penduduk asli Indonesia dengan warga Tionghoa Indonesia harus diselesaikan dengan dasar kepercayaan dan kemauan,” kata Tahir.

Tahir pun memandang bahwa rekonsiliasi harus dibangun atas dasar kepercayaan dan kemauan yang tulus dari kedua belah pihak. Ia mengkritik sebagian warga Tionghoa Indonesia yang dinilainya masih bersikap dingin dan curiga, padahal mereka telah menerima banyak kesempatan untuk berkembang di Indonesia.

"Permusuhan yang tidak kasat mata itu harus diakhiri dengan kesadaran bahwa kita semua cinta Indonesia," kata Tahir.

Ia menekankan bahwa identitas ras dan keturunan adalah bagian dari takdir, namun cinta terhadap Tanah Air adalah pilihan sadar yang harus diperjuangkan bersama.

“Tidak ada seorang pun yang suka diperlakukan dengan diskriminasi. Saya pribadi tidak dapat memilih cara dan jenis keluarga tempat saya dilahirkan. Itu sepenuhnya tergantung pada Tuhan yang menentukan,” tegas Tahir.

Tahir juga membagikan prinsip yang ia tanamkan kepada anak-anaknya: menjadi orang Indonesia yang baik, berguna bagi masyarakat, dan menilai orang berdasarkan sikap dan perilaku, bukan ras atau keturunan.

“Saya tegas dalam mendidik anak-anak saya. Saya sudah berpesan kepada mereka agar menjadi orang Indonesia yang baik. Bergunalah bagi keluarga, teman, masyarakat, negara, dan dunia. Jangan batasi hidupmu hanya di lingkungan keluargamu sendiri. Banggalah dengan contoh yang menurutmu baik,” papar Tahir.

“Jangan terlalu memuji garis keturunan. Pujilah sikap dan perilaku yang baik. Jangan terbutakan oleh ras atau keturunan atau menggunakannya untuk membuat keputusan yang tidak adil,” lanjut Tahir.

Menutup pesannya, Tahir menyampaikan keyakinannya bahwa meski tantangan besar menanti, Indonesia akan menjadi tempat yang lebih baik jika setiap warga bertekad untuk hidup dengan kebajikan, niat baik, dan dedikasi bagi bangsa.

“Saya percaya bahwa Indonesia akan menjadi tempat yang lebih baik jika setiap anggota bangsa bersedia menjadi orang yang saleh, penuh dengan kebajikan dan niat baik,” tandas Tahir.

Baca Juga: Perjuangan dan Dedikasi Tahir untuk Keluarga Riady: Saya Rela Mati Demi Ayah Mertua