Semua Bisnis Tahir Mengalami Kebangkrutan

Pada akhir tahun 1980-an, Tahir pun akhirnya mencapai kesuksesan dalam bisnisnya. Dengan rasa syukur yang melimpah, Tahir mengatakan bahwa ia tidak mengalami kendala berarti dalam melunasi utang di bank tempat ia meminjam dana. Bisnisnya berjalan lancar dan arus kas perusahaannya cukup baik.

Lambat laun, ia pun mulai bisa memperbaiki ‘harga dirinya’ di hadapan sang mertua. Setiap kali Mochtar Riady dan anak-anaknya bertanya tentang apa yang ia lakukan, Tahir pun bisa menjawabnya dengan rasa yakin.

Meski secara tak langsung keluarga Riady tidak memberikan pujian, Tahir tak mempermasalahkannya. Ia tetap memandang keluarga Riady, khususnya sang mertua, sebagai guru dan sekolah kehidupannya.

“Tidak pernah ada pujian atau penghargaan dari mereka. Dan itu hal yang gak mungkin. Dari Bahasa tubuh mereka, saya tahu bahwa mereka tidak pernah melihat saya sejajar dengan mereka. Tapi, saya tidak mempermasalahkannya. Saya sangat berhutang budi pada mereka karena telah membentuk saya jadi pengusaha yang tangguh,” jelas Tahir.

Sayangnya, angin perubahan dalam bisnis terkadang membawa badai yang tak terduga. Seseorang bisa jatuh kapan saja tanpa peringatan. Hal tersebut pun dialami oleh Tahir sekitar tahun 1989. Saat ia sedang asyik-asyiknya menikmati bisnisnya yang sukses, sebuah berita yang sangat mengejutkan dirinya pun datang.

Saat itu, Anthony Salim berniat membubarkan semua dealer Suzuki miliknya tanpa terkecuali. Pasalnya, saat itu dealer Suzuki utama milik Anthony Salim sedang dilanda masalah. Dealer tersebut pun telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bisnis inti keluarga otomotif Liem Sioe Liong, yang dikenal sebagai Salim Group.

Mereka memutuskan untuk menutup bisnisnya tersebut. Kabarnya, Anthony Salim melihat bahwa kegagalan dealer utama tersebut dapat berakibat fatal bagi seluruh bisnis keluarga.

“Saya terkejut bukan main. Beberapa showroom yang saya dan milik orang lain pun akhirnya tutup karena kami tidak memiliki hal sebagai dealer. Tidak ada yang bisa ditawarkan dengan penghentian pasokan mobil Suzuki oleh Salim Group,” ujar Tahir.

Tahir pun mengaku, dampaknya pun cukup fatal. Semua mobil yang ia jual melalui sistem kredit, otomatis jika dealernya tutup maka debiturnya tidak akan membayar cicilan mobil lagi.

“Suasananya kacau dan saya panik sekali. Debitur yang tidak membayar tidak mengganggu saya, tapi ekspansi bisnis saya sudah tidak ada,” tukas Tahir.

Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Tak Diizinkan Pakai Logo Bisnis Keluarga Riady

Terlilit Utang Puluhan Juta Dollar

Tahir mengatakan, modal dia untuk membangun dealer mobil Suzuki ini pun memakan dana yang tak sedikit. Adapun, sumber dananya sendiri saat itu ia ambil dari bank di Singapura. Jangka waktu pembayarannya pun, kata Tahir, masih cukup lama.

Sebelumnya Tahir sangat yakin untuk melunasinya tepat waktu tanpa penundaan, namun dengan gangguan mendadak seperti itu, secara otomatis semua yang telah ia rencanakan menjadi kacau balau.

“Utang saya untuk pelunasan bisnis itu sangat besar. Jumlahnya mencapai puluhan juta dollar. Bahkan, jika semua aset saya digabungkan, saya tidak akan pernah bisa melunasinya. Itu skakmat bagi saya,” papar Tahir.

Saat itu, Tahir sama sekali tak mempunyai jalan keluar untuk menyelamatkan bisnis mobilnya. Anthony Salim pun, kata dia, sempat meminta maaf kepada dirinya, dan mengatakan bahwa ia harus memahami kerumitan masalah yang mereka hadapi.

“Saya hancur, bangkrut tidak berdaya. Bisnis saya kolaps. Banyak debitur yang kabur dari kewajiban pembayaran. Dan bank-bank penyedia utang terus-menerus menuntut pembayaran pinjaman. Akhirnya, saya pun harus melepaskan semua bisnis saya. Duralex diberikan kepada orang lain, dan Ulferts pun tutup,” ungkap Tahir.

Tahir menuturkan, saat itu merupakan situasi yang sangat pahit bagi dirinya. Tahir berkilah, selama menjalankan bisnisnya ini ia telah melakukan semua yang ia bisa dengan hati-hati dan penuh perhitungan.

Namun, siapa yang mengira bahwa bisnis dealer mobil akan dihentikan tiba-tiba. Ia pun hanya bisa menerima nasib buruk itu. Meski sebenarnya nasib buruknya itu bukan disebabkan oleh kesalahannya sendiri, namun karena kegagalan orang lain.

“Saya memetik pelajaran sangat berharga dari kejadian tersebut. Manusia diuji untuk bertahan hidup dalam pasang surut kehidupan yang skenarionya berada di luar kapasitas manusia untuk diubah,” ujar Tahir.

Baca Juga: Cerita Dato Sri Tahir Soal Kecakapan Mochtar Riady dalam Mengelola Perbankan