Jutaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Asia Tenggara menyumbang hingga 40% dari ekonomi wilayah ini. Sayangnya, 90% pedagang mikro di Asia Tenggara mengalami hambatan seperti akses kredit yang terbatas; tantangan dalam mendapatkan pinjaman karena jaminan yang tidak memadai dan minim riwayat kredit; serta rendahnya literasi keuangan digital, terutama di daerah perdesaan.

Dalam Money 20/20 yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand beberapa waktu lalu, Andi Taufan Garuda Putra selaku Founder & CEO Amartha menjelaskan pentingnya impact investing bagi pertumbuhan UMKM. Di periode 2020-2022, impact investor telah berkomitmen lebih dari 67% dari total modal yang diinvestasikan dalam periode 10 tahun sebelumnya dari 2007-2016 di Asia Tenggara, menunjukkan percepatan tren aktivitas impact investing di wilayah tersebut.

Baca Juga: Tingkatkan Pemahaman Masyarakat tentang Fintech, Amartha-CELIOS Luncurkan Fintech Media Toolkit

"Kondisi geografis yang luas selalu menjadi fokus utama dalam menyediakan akses permodalan yang merata bagi usaha mikro di Indonesia. Salah satu tantangannya adalah penyaluran modal yang belum merata di luar pulau Jawa. Sebagai penyedia layanan keuangan digital inklusif, Amartha terus berkomitmen menghadirkan teknologi terbaik yang relevan dan ramah pengguna bagi usaha pedagang mikro tradisional, memungkinkan mereka untuk mencapai potensi terbaik mereka," ungkap Andi Taufan, dikutip Senin (6/5/2024).

Dalam memastikan inklusivitas, Amartha telah membangun infrastruktur keuangan digital yang menghubungkan bisnis mikro di kota-kota Tier 2 dan 3 di luar Jawa dengan menawarkan model pendanaan dan pemberian pinjaman yang terintegrasi baik dari sektor institusi maupun ritel. Hal ini memungkinkan para peminjam untuk mengakses modal kerja dengan efisien. Selain itu, infrastruktur mereka menyediakan layanan pembayaran dan sistem skor kredit internal.

Guna menyediakan ketersediaan akses permodalan yang lebih luas, Amartha menggunakan local branchless agents yang memberdayakan mitra bisnis lokal lokal di daerah pedesaan dengan menawarkan layanan keuangan digital seperti transfer peer-to-peer, tabungan mikro, dan pembayaran tagihan. Produk-produk strategis ini memperluas layanan keuangan esensial kepada para pelaku usaha mikro. Melalui pendekatan tersebut, Amartha secara aktif mempromosikan literasi digital dan keuangan dengan menempatkan local branchless agents ke area perdesaan.

Selain mendiskusikan tantangan dan upaya memaksimalkan potensi ekonomi akar rumput di Asia Tenggara, salah satu topik diskusi pada acara Money 20/20 adalah bagaimana perjalanan menuju inklusi akses permodalan bagi usaha mikro turut diiringi dengan meningkatnya tren impact investing. Di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, saat ini menjadi tempat tujuan impact investing yang memungkinkan para investor dan institusi global untuk mendiversifikasi portofolio mereka di pasar yang berkembang serta turut serta memberikan dampak sosial bagi masyarakat.

Pada 2023, Amartha telah mendapatkan institutions facility commitment untuk pembiayaan usaha mikro dari tiga organisasi terkemuka yang mencapai total kontribusi sebesar US$285 juta dari Community Investment Management, International Finance Corporation, dan Credit Saison. Dengan besarnya tren impact investing serta konsisten menghadirkan inovasi teknologi, Amartha memiliki catatan profitabilitas yang baik selama tiga tahun terakhir. Hal ini memperkuat peran Amartha dalam mempromosikan popularitas impact investing di Indonesia.