Industri tambang batu bara tanah air, melahirkan para pebisnis mumpuni. Sebut saja seperti Low Tuck Kwong hingga dijuluki sebagai Raja Batu Bara. Bisnis tambang batu baru yang dimilikinya, juga membawa Low Tuck Kwong sebagai salah satu orang terkaya Indonesia dengan total harta kekayaan US$24,4 miliar atau setara Rp368 triliun (Forbes, September 2024).

Low Tuck Kwong merupakan sosok di balik kesuksesan Bayan Resources, salah satu perusahaan pertambangan batubara terkemuka di Indonesia. Di tangan Low Tuck Kwong, Bayan Resources amat berjaya hingga Bayan memiliki empat proyek besar yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Selatan.

Bukan perjalanan mudah bagi Low Tuck Kwong bisa bertahta di bisnis batu bara Tanah Air. Tentu ada banyak tantangan dan persaingan ketat yang harus dihadapi sejak awal merintis karier, hingga mencapai puncak kesuksesan dan menjadi Raja Batu Bara Indonesia.

Berikut ini Olenka rangkum informasi terkait mengenai perjalanan karier Low Tuck Kwong sebagai pebisnis batu bara, seperti dikutip dari sejumlah sumber, Sabtu (28/9/2024).

Baca Juga: Mengintip Perjalanan Karier Reino Barack dengan Gurita Bisnis yang Dimilikinya

Berawal dari Panggung Konstruksi

Pria yang karib dengan nama Dato’ Low Tuck Kwong memulai perjalanan kariernya sebagai seorang kontraktor, mengikuti jejak sang ayah, David Low Yi Ngo, pemilik perusahaan konstruksi di Singapura. Low Tuck Kwong memulai kariernya dengan bekerja di perusahaan sang ayah.

Pada 1972, Low Tuck Kwong pun berhijrah ke Indonesia untuk mendapatkan peluang karier yang lebih baik. Satu tahun di tanah Air, Low Tuck Kwong mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi pada 1973, PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI).

JSI berfokus pada proyek pekerjaan tanah, infrastruktur umum, dan struktur kelautan. Sebagai pelopor dalam pekerjaan pile foundation, JSI dikenal sebagai kontraktor ternama pada era 80-an hingga 90-an.

JSI kemudian memperluas usahanya ke sektor pertambangan batu bara. Di mana, diimulai dengan mengakuisisi PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP) dan PT Dermaga Perkasa Pratama (DPP).

Mulai Mendirikan Bayan Resources

Seiring berjalannya waktu, Low Tuck Kwong pun mendirikan Bayan Resources pada 2004. Bayan Resources merupakan produsen batubara terintegrasi yang menghasilkan berbagai jenis batubara, mulai dari bituminus berkalori tinggi hingga sub-bituminus. 

Perusahaan ini tidak hanya mengelola batubara secara menyeluruh, mulai dari perencanaan tambang hingga pengiriman ke konsumen, tetapi juga mengoperasikan beberapa fasilitas dermaga terbaik di Indonesia untuk mengoptimalkan rantai logistiknya.

Hanya butuh waktu empat tahun, Bayan Resources berhasil mencapai peringkat ke-8 sebagai perusahaan batu bara terbesar di Indonesia, serta mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Baca Juga: Menapaki Jejak Kesuksesan Alexander Tedja: Raja Properti Indonesia, Pemilik Mal-Mal Elite di Jakarta

Di bawah kepemimpinan Dato' Dr. Low, Bayan Group berkembang pesat menjadi perusahaan tambang batubara terintegrasi secara vertikal yang sukses dan memiliki reputasi kuat. Perusahaan ini dibentuk melalui serangkaian akuisisi strategis di sektor batubara, serta memiliki rekam jejak yang solid dalam membuka tambang-tambang baru.

Menukil dari laman resmi Bayan Resources, proyek Tabang/Pakar menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, dari operasi kecil dengan produksi 1,9 juta ton pada tahun 2014 menjadi sekitar 22,7 juta ton pada tahun 2018. 

Perkembangan ini secara cepat memperkuat posisi Bayan di pasar, menjadikannya salah satu dari lima produsen batubara terbesar di Indonesia. Rencana ekspansi lebih lanjut juga telah disiapkan, dengan target meningkatkan produksi Proyek Tabang/Pakar menjadi lebih dari 60 juta ton per tahun pada 2026.

Bayan Group memiliki beberapa infrastruktur batu bara terkemuka di Indonesia  melalui kepemilikannya atas Terminal Batu Bara Balikpapan, Dermaga Perkasa dan Wahana, serta dua Tongkang Transfer Terapung (KFT). Fasilitas-fasilitas ini mencakup kemampuan untuk membongkar tongkang, menimbun batu bara, dan memuat kapal dengan kecepatan berkisar antara 3.000 hingga 8.000 ton per jam. Sebagian besar fasilitas ini dapat mencampur batu bara dari berbagai stok dan kualitas. 

Bayan Group merupakan inovator dalam industri pertambangan batu bara Indonesia dan terus mencari metodologi dan teknologi baru untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen dengan biaya terendah di Indonesia. Mereka telah menerapkan Sistem Manajemen Armada (FMS) di lokasi tambang Tabang untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi operasi tongkang. Teknologi lain yang mendukung operasinya adalah penggunaan radar stabilitas lereng Geoteknik untuk memantau lereng dan memberikan prediksi kegagalan lereng yang akurat.

Bisnis Low Tuck Kwong Lainnya

Selain pertambangan batu bara, Low Tuck Kwon juga menggeluti usaha di bidang energi terbarukan. Salah satunya adalah Metis Energy, perusahaan energi terbarukan yang melantai di bursa efek Singapura. 

Metis Energy merupakan perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan, di mana memiliki tujuan untuk mengurangi emisi karbon. Sebelumnya, bernama Manhattan Property Development Pte Ltd, kemudian berganti nama menjadi Metis Energy pada April 2022.

Selain itu, Low Tuck Kwong juga memiliki peranan di The Farrer Park Company, perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan juga kelompok spesialis medis. Bekerjasama dengan investor asing, The Farrer Park Company kini dikelola oleh sang anak, Elaine Low.

Baca Juga: Mengenal Nanda Widya, Sosok di Balik Kesuksesan Metropolitan Land

Kemudian, ada pula PT Myoh Technology, perusahaan pengelolaan tambang batu bara yang sebelumnya dikenal dengan nama Samindo Resources. Adapun batu bara yang dikelola perusahaan ini adalah batu bara milik PT Kideco Jaya Agung, yang berlokasi di Kalimantan Timur. Low Tuck Kwong diketahui memiliki saham jasa tambang batu bara di Samindo Resources sebesar 14,18 persen atau sebanyak 312.776.250 lembar saham.

Low Tuck Kwong juga memiliki bisnis Voksel Electric, yang berfokus pada pembuatan kabel dan kawat listrik dengan berbagai tingkat tegangan di Indonesia. Dalam perusahaan ini, Low Tuck Kwong tercatat memiliki sebanyak 329.331.640 lembar saham, yang setara dengan 7,93 persen dari total saham. 

Tercatat Sebagai Orang Terkaya Indonesia

Dijuluki sebagai The Coal King alias si Raja Batu Bara, Low Tuck memiliki kekayaan mencapai US$ 24,4 miliar atau setara dengan Rp368 triliun (kurs Rp15.085 per USD). Harta kekayaan tersebut membawa Low Tuck Kwong berada dalam urutan ke-82 orang terkaya di dunia dan urutan ke-4 orang terkaya di Indonesia pada 2024. 

Itulah perjalanan karier seorang Raja Batu Bara Indonesia. Semoga menginspirasi!