Harapan dan Impian: Sumber Kekuatan Sejati dalam Hidup Ciputra

Apa yang paling berharga dari sebuah impian? Bagi Ciputra, jawabannya adalah harapan. Menurutnya, orang yang tak lagi bisa berharap adalah orang yang sangat menderita.

“Harapan membuat kita merasa hidup. Dan harapanlah sesungguhnya yang menjadi alasan terbesar kenapa seseorang mau terus hidup,” ungkapnya.

Bagi Ciputra, harapan dan impian menjadi sumber kekuatan. Dari keduanya, kata dia, manusia melahirkan energi untuk terus bergerak maju, apa pun rintangannya. Ciputra sendiri tak pernah berhenti menggenggam mimpi, meskipun kerap ditertawakan orang-orang di sekitarnya.

“Hidup telah mengajari saya bahwa di dalam diri kita ada power yang sungguh luar biasa. Hanya kita yang bisa menyalakan kekuatan itu. Keyakinan kita. Kesungguhan kita. Kemauan kita untuk mendorong diri sendiri agar bergerak. Kerja keras. Berprestasi,” terangnya.

Menurut Ciputra, orang-orang mengenalnya sebagai pribadi ambisius, pemburu pencapaian, dan visioner tanpa lelah. Namun bagi dirinya sendiri, ambisi bukanlah keangkuhan, melainkan penghormatan atas karunia Tuhan.

“Saya tidak merasa diri saya buruk dalam obsesi untuk terus mencetak prestasi yang sesuai dengan passion saya. Tidak sama sekali. Saya justru sedang menghargai karunia yang datang kepada saya. Anak miskin dusun terpencil yang mampu membangun sesuatu yang berarti di ibukota Indonesia,” papar Ciputra.

Ya, siapa sangka anak kecil dari dusun terpencil, tanpa jalan beraspal, tanpa pipa air, listrik, maupun telepon, kelak menyalakan cahaya yang menerangi wajah Jakarta Selatan dan berbagai kota lain di Indonesia.

Apalagi, pada usia 12 tahun itu, ia harus menanggung kehilangan besar ketika ayahnya ditangkap polisi penjajah. Namun, trauma itu tidak memadamkan apinya. Justru menjadi bara yang membakar semangatnya untuk bangkit.

“Saya telah membuktikan bahwa power di diri saya berhasil saya nyalakan dan tetap hidup. Tak akan mau saya padamkan itu, selagi diri saya masih kuat dan berenergi. Power itu lahir dari impian atau cita-cita yang luhur, dan semuanya berasal dari Tuhan yang Mahakuasa,” tegas Ciputra.

Baginya, orang-orang ambisius yang terus menciptakan karya dan manfaat bagi banyak orang bukanlah manusia sombong, melainkan manusia yang berusaha menumpahkan karunia Tuhan dalam bentuk prestasi.

“Saya tak pernah berpikir negatif terhadap orang-orang ambisius yang selalu ingin menciptakan hal yang baik, yang bermanfaat bagi banyak orang. Mereka tidak sedang menyombongkan dirinya. Mereka sedang ingin membuktikan bahwa ada karunia di diri mereka yang bisa mereka tumpahkan dalam bentuk prestasi yang bermanfaat,” ungkapnya.

Baca Juga: Pelajaran Hidup Ciputra dari Proyek Senen: Kesuksesan Besar yang yang Menorehkan Luka Batin

Ketika Prestasi Lebih Berarti daripada Keuntungan

Bagi Ciputra, karya dan prestasi selalu menjadi prioritas utama dalam hidupnya. Sejak awal kariernya di PT Pembangunan Jaya, fokusnya bukanlah pada seberapa besar keuntungan pribadi yang bisa ia raup, melainkan pada kontribusi nyata yang dapat ia hasilkan.

“Sejujurnya sepanjang berkarya di Jaya, saya tidak pernah meributkan berapa besar keuntungan pribadi yang saya peroleh dari perusahaan itu. Yang selalu saya pikirkan adalah apa saja yang bisa saya kerjakan di sana. Pikiran saya selalu fokus pada karya yang bisa dihasilkan. Itulah yang men-drive diri saya. Prestasi,” ungkap Ciputra.

Baginya, prestasi terbesar seorang developer adalah ketika ia mampu membangun sesuatu yang belum terpikirkan orang lain, sesuatu yang membawa kebaikan bagi banyak orang.

Saat Metropolitan Development berdiri, Ciputra ingin perusahaan ini melaju cepat menaklukkan tantangan besar di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Namun, berbeda dengan Jaya yang memiliki dukungan kuat dari Pemda DKI Jakarta, Metropolitan berjalan mandiri tanpa payung kekuasaan mana pun.

“Tak usah khawatir. Kita memang tidak dipayungi orang kuat mana pun,” kata Ciputra kepada Sofyan dan Brasali.

“Tapi kita punya reputasi dan prestasi. Apa yang kita buat di Pasar Senen dan Ancol adalah identitas kita,” sambungnya.

Dipaparkan Ciputra, pada awalnya, mereka kesulitan menemukan proyek yang bisa dikerjakan. Inisiatif murni tanpa dukungan pemerintah bukanlah perkara mudah. Namun, Ciputra tak pernah kehilangan asa. Metropolitan mulai mengerjakan proyek-proyek kecil di berbagai sudut Jakarta sambil terus mencari peluang besar.

Dalam proses itu, Ciputra mengandalkan insting tajamnya untuk membaca masa depan. Ia membeli lahan-lahan strategis dengan visi jangka panjang, termasuk tanah luas di Bintaro yang kemudian terpaksa dijual kepada Jaya karena kebutuhan modal, meski ia menyadari betul prospeknya yang luar biasa.

Dan ketika kesempatan lain muncul, matanya tertuju pada sebidang tanah di Jakarta Selatan. Sebuah kawasan yang bagi orang lain tak memiliki nilai apa-apa. Terlihat sebagai hamparan tanah biasa, tak tersentuh pembangunan, dan tak terlihat menjanjikan.

Namun, di situlah letak kehebatan seorang Ciputra. Ia justru melihat peluang di tempat yang bahkan tak dipandang orang lain. Karena baginya, prestasi bukanlah tentang memetik buah yang sudah ranum. Prestasi adalah tentang menanam benih di tanah yang gersang dan menyulapnya menjadi taman kehidupan bagi banyak orang.

Baca Juga: Bersama dalam Keterbatasan: Kisah Tahun Pertama Pernikahan Ciputra