Kanker kolorektal, yang juga dikenal sebagai kanker usus besar adalah jenis kanker yang berkembang di jaringan usus besar atau rektum. Kanker ini merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum di seluruh dunia dan penyebab kematian akibat kanker kedua terbanyak di Amerika Serikat. Obesitas dan konsumsi alkohol telah menjadi penyebab utama meningkatnya angka kematian akibat kanker ini di kalangan dewasa muda.

Sebuah studi tahun 2023 yang diterbitkan dalam Annals of Oncology menandai pertama kalinya kematian akibat kanker usus (kanker kolorektal) di kalangan anak muda—generasi milenial dan Gen X berusia 25-49 tahun—diprediksi meningkat di beberapa negara lain dan mengonfirmasi tren yang pertama kali dicatat oleh para peneliti pada tahun 2021.

Alasan di balik kanker kolorektal

Kanker kolorektal dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Mutasi atau varian genetik yang diwariskan dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. Kondisi genetik tertentu, seperti sindrom Lynch dan poliposis adenomatosa familial (FAP), juga dapat meningkatkan risiko.

Selain itu, pilihan gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal. Pola makan yang rendah buah dan sayuran, tinggi lemak, dan rendah serat, serta tinggi daging olahan berkontribusi terhadap jenis kanker ini.

Kelebihan berat badan atau obesitas dan kurangnya aktivitas fisik secara teratur juga merupakan alasan yang jelas untuk kanker kolorektal pada generasi milenial dan Gen X.

Kebiasaan seperti merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan juga memicu kanker jenis ini. Konsumsi alkohol telah dikaitkan dengan kanker usus yang muncul lebih awal, yang cenderung lebih agresif dan mematikan, jika dibandingkan dengan jenis yang didiagnosis pada orang yang lebih tua.

Menurut dokter, kelebihan berat badan atau obesitas—dan kondisi kesehatan terkait seperti hiperglikemia dan diabetes—adalah faktor utama yang bertanggung jawab.

Pada akhir tahun 1990-an, kanker kolorektal merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak keempat pada pria dan wanita yang berusia di bawah 50 tahun. Sekarang, menurut American Cancer Society, kanker kolorektal merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak di antara pria dan wanita tersebut.

Menurut sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam Journal of the National Cancer Institute, generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 dan 1996 memiliki risiko dua kali lipat terkena kanker kolorektal jika dibandingkan dengan orang yang lahir pada tahun 1950. Penelitian yang sama menemukan bahwa orang yang berusia di bawah 55 tahun hampir 60% lebih mungkin didiagnosis dengan penyakit stadium lanjut daripada orang dewasa yang lebih tua, sehingga membuat kelangsungan hidup menjadi tantangan yang lebih besar.

Baca Juga: 5 Latihan Fisik Terbaik untuk Mengurangi Risiko Kanker

Gejala kanker kolorektal

Kanker kolorektal dapat memiliki berbagai gejala, termasuk:

  • Perubahan usus: Diare, sembelit, atau perasaan buang air besar yang tidak tuntas
  • Darah dalam tinja: Darah berwarna merah terang atau cokelat tua atau hitam di dalam atau di atas tinja
  • Nyeri perut: Kram, nyeri, atau rasa sakit di perut, punggung, bokong, atau kaki
  • Penurunan berat badan: Penurunan berat badan yang tidak diinginkan
  • Gejala kanker kolorektal lainnya termasuk kelelahan, kelemahan, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kembung, gas, atau benjolan di perut atau rektum. Jika kanker menyebar ke bagian tubuh lain, gejala tambahan mungkin muncul seperti penyakit kuning, yang menyebabkan kulit dan bagian putih mata menguning. Pembesaran hati, yang dapat dirasakan selama pemeriksaan, juga merupakan tanda yang sama. Kesulitan bernapas atau batuk dalam waktu lama juga dapat mengindikasikan kanker kolorektal.

Pengobatan kanker kolorektal

Kanker kolorektal mungkin tidak menimbulkan gejala pada awalnya, jadi pemeriksaan rutin penting dilakukan. Deteksi dini dapat mempermudah pengobatan kanker. Pengobatannya sendiri bergantung pada stadium kanker, kesehatan pasien secara keseluruhan, dan preferensi mereka.

Pengobatan utama untuk banyak stadium kanker kolorektal adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat kanker dan merekonstruksi usus. Diberikan dalam beberapa siklus, biasanya setiap 2–3 minggu, dengan waktu istirahat di antaranya, kemoterapi dapat diberikan di kantor dokter, pusat infus, atau rumah sakit.

Terapi radiasi juga dapat digunakan untuk mengobati kanker kolorektal, tergantung pada stadiumnya. Selain itu, terapi target, imunoterapi, ablasi frekuensi radio, dan bedah beku juga digunakan untuk mengobati kanker kolorektal, tergantung pada stadiumnya.

Pengobatan kanker rektum mungkin berbeda dari kanker usus besar karena risiko kekambuhan yang lebih tinggi dan prognosis yang lebih buruk. Uji klinis adalah studi penelitian yang menguji perawatan atau prosedur baru. Uji klinis merupakan salah satu cara untuk mendapatkan akses ke perawatan kanker terkini.

Semoga informasinya bermanfaat, ya!

Baca Juga: Berawal dari Sebesar Biji Kopi, Kenali Ini Jadi Tanda Awal Kanker Payudara