Keindahan tersebut dilengkapi dengan kehadiran wastra Buna yang dikenal melalui motifnya yang padat dan kompleks. Terinspirasi dari alam dan pengalaman hidup masyarakat setempat, tenun Buna menampilkan visual fauna, flora, hingga bentuk geometris yang kaya tekstur.

Lebih dari sekadar estetika, setiap corak mengandung makna simbolis sebagai penanda identitas daerah, status sosial, serta pandangan hidup masyarakat Timor.

Dalam tradisi setempat, tenun Buna juga memegang peran penting dalam berbagai upacara adat, dikenakan pada momen-momen sakral sebagai lambang kehormatan, persatuan, dan penghormatan kepada leluhur.

Kehadiran Pendopo dalam pagelaran 'Aku, Wastra, Kisah' menjadi wujud nyata komitmen dalam membawa wastra Indonesia ke ruang publik yang lebih luas.

Melalui ruang apresiasi ini, warisan budaya yang tumbuh di tengah masyarakat adat dapat dikenal, dipahami, dan dihargai oleh generasi masa kini.

Setiap karya yang ditampilkan tidak hanya menonjolkan keindahan visual, tetapi juga menegaskan bahwa perjalanan wastra sejatinya adalah perjalanan manusia itu sendiri, tentang ingatan, identitas, serta nilai-nilai yang terus hidup lintas generasi.

Menutup rangkaian partisipasi tersebut, Putu Laura menegaskan bahwa sebagai bagian dari ekosistem yang menaungi ratusan UMKM, Pendopo akan terus membuka ruang bagi para perajin lokal untuk berkarya, berkembang, dan menjangkau masyarakat yang lebih luas.

"Melalui dukungan berkelanjutan ini, Pendopo berharap semakin banyak masyarakat menyadari bahwa membeli, memakai, dan menghargai wastra bukan sekadar pilihan gaya hidup, melainkan juga kontribusi nyata dalam menjaga keberlanjutan budaya Nusantara serta masa depan para pengrajin," tandas Putu Laura.

Baca Juga: Kisah Sukses NEU MEN Merangkai Wastra Indonesia dalam Gaya Pria Modern