Mempercepat Ekosistem Digital dan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan di Indonesia

Ekosistem digital Indonesia berkembang secara pesat, didorong oleh inovasi dan adopsi teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI / Artificial Intelligence), IoT, blockchain, dan jaringan 5G. Teknologi ini merupakan pendorong utama transformasi digital, membantu meningkatkan produktivitas dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih berbasis. Pada tahun 2024, total investasi pada perusahaan startup berbasis AI di Indonesia telah mencapai US$542,9 juta, tumbuh 141,5% dari tahun 2020 hingga 2024.

Sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, East Ventures mengambil peran aktif dalam mendorong pertumbuhan melalui inisiatif dan investasi strategis. Dari sudut pandang investasi, East Ventures bermitra dengan SEEDS Capital dan berkomitmen menggelontorkan S$300 juta untuk mengembangkan perusahaan deep tech di Singapura; sebuah langkah yang diharapkan dapat menghasilkan efek berganda di seluruh kawasan, termasuk Indonesia.

Selain investasi secara regional, East Ventures memainkan peran penting dalam memajukan inklusi digital dan adopsi Ai melalui berbagai inisiatif, seperti IndoBuild AI, dan peranan aktif dari perusahaan-perusahaan portfolio, seperti: 

  • Xendit telah memproses lebih dari 350 juta transaksi pembiayaan dengan mengintegrasikan AI untuk deteksi penipuan dan otomatisasi layanan.
  • Komunal telah mencairkan Rp10,6 triliun dalam bentuk pinjaman UMKM; AI mempercepat dan menyederhanakan penilaian kredit.
  • Stockbit menggunakan AI sebagai co-pilot untuk mendukung perusahaan dalam mengembangkan produk dan layanan.
  • Mekari mendukung digitalisasi lebih dari 30.000 UMKM dengan solusi akuntansi, pajak, SDM, dan CRM berbasis AI.
  • Meeting.ai menggunakan otomatisasi dalam menghadirkan efisiensi administratif untuk lebih dari 300.000 pengguna.

Baca Juga: Mengenalkan Literasi Digital Sejak Dini, Ini Rekomendasi 5 Buku Cerita tentang Penggunaan Internet pada Anak

Indonesia terus berupaya mewujudkan ekonomi digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan dengan meningkatkan daya saing digitalnya, mendorong adopsi AI yang sejalan dengan prioritas nasional, memperkuat ekosistem digital, dan memperluas akses yang merata terhadap peluang digital di seluruh wilayah. Untuk mencapainya, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, komunitas, dan masyarakat.

"Kami yakin laporan ini berfungsi sebagai kompas yang memberikan arahan strategis bagi evolusi digital Indonesia yang berkelanjutan. Kami yakin bahwa kemampuan kolektif dapat membangun masa depan yang cerah bagi ekonomi digital Indonesia, di mana pembangunan yang inklusif menciptakan nilai yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia," tambah Willson.

EV-DCI 2025 mengukur daya saing digital dari 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia, termasuk empat provinsi baru yang dibentuk selama pemekaran daerah pada tahun 2022. Tahun ini menandai tahun ketiga secara berturut indeks ini mencakup 38 provinsi. Untuk provinsi-provinsi baru ini, data diagregasi dari kota/kabupaten menurut indikator EV-DCI, hal ini dikarenakan data tingkat provinsi yang belum tersedia. Metode yang sama telah diterapkan secara konsisten sejak laporan EV-DCI 2023.

Indeks ini terdiri dari tiga indeks: Input, Output, dan Penunjang. Setiap sub-indeks tersusun atas tiga pilar, sehingga menghasilkan sembilan pilar yang menjadi fondasi EV-DCI. Kesembilan pilar ini diwakili oleh 50 indikator, dengan setiap pilar terdiri dari tiga hingga sembilan indikator.