Memimpin untuk Membangun Manusia, Bukan Sekadar Perusahaan

Ciputra juga berpandangan bahwa kepemimpinan bukan sekadar tentang membawa perusahaan menuju puncak kejayaan. Lebih dari itu, ia melihat peran seorang pemimpin sebagai pembangun manusia, yakni membentuk pribadi-pribadi tangguh yang siap menghadapi tantangan hidup.

“Sebagai pemimpin, cita-cita itulah yang selalu menghidupkan saya. Bukan hanya perusahaan saya yang maju, tapi juga segenap karyawan saya,” tukasnya.

Karena itulah, Ciputra menerapkan disiplin yang tegas dan memberikan tugas-tugas penuh tantangan. Ia percaya bahwa perkembangan sejati lahir dari medan sulit, bukan zona nyaman.

“Hampir semua anak buah saya pernah merasakan diceburkan ke kawah Candradimuka. Mereka saya tugaskan di proyek-proyek yang sulit, menghadapi masalah pelik dan rumit. Tidak ada yang saya biarkan bekerja di arena yang mulus. Situasi sulit memaksa kita mengerahkan kemampuan terdalam, sementara kenyamanan justru mudah mengurung talenta kita,” tegasnya.

Namun, perjalanan membangun manusia tidak selalu mulus. Ciputra menyadari, menjadi pemimpin berarti siap menemukan berbagai tipe orang, ada yang memberi semangat dengan kerja kerasnya, tapi ada pula yang menusuk dari belakang.

“Selalu ada Judas di setiap perusahaan. Anda tak perlu meratapinya,” ujar Ciputra.

Bagi Ciputra, pengkhianatan adalah ujian bagi pemimpin. Ia lebih memilih untuk tidak menyimpan dendam, melainkan tetap menanamkan nilai-nilai positif selama masa kepemimpinannya.

“Saya tak pernah dendam pada siapa pun yang membalas rangkulan tulus saya dengan sikap yang tak baik. Yang penting bagi saya, selama menjadi pemimpinnya, saya sudah mengalirkan nilai-nilai yang baik. Jika ia memilih menikam semua itu, itulah sekolah kehidupan yang dipilihnya. Semesta memiliki responsnya sendiri,” tandasnya.

Baca Juga: Transformasi Gaya Kepemimpinan Ciputra, dari Tegas dan Galak Jadi Sabar dan Inspiratif