Founder dan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung, mengatakan, ketahanan pangan merupakan salah satu fondasi utama dalam menjaga stabilitas dan kemandirian sebuah bangsa.
Terlebih, kata dia, bagi negara dengan jumlah penduduk besar seperti Indonesia, ketersediaan dan keterjangkauan pangan menjadi kunci penting dalam memastikan kesejahteraan masyarakat.
“Ketahanan pangan itu menjadi pilar yang bukan hanya pilar, tapi adalah bagian aspek yang sangat penting dalam suatu bangsa. Apalagi seperti Indonesia yang penduduknya banyak. Jadi ketahanan pangan menjadi sangat-sangat penting,” tutur Tungkot Sipayung, saat ditemui Olenka, di Jakarta, baru-baru ini.
Tungkot lantas menuturkan, pihak yang mampu menguasai pangan pada dasarnya memiliki kendali terhadap masyarakat.
Oleh karena itu, kata dia, upaya memperkuat sektor pangan bukan hanya urusan ekonomi, tetapi juga menyangkut kedaulatan negara.
“Siapa yang menguasai pangan itu sama dengan menguasai masyarakat. Hanya pemerintahan Prabowo sekarang sadar betul itu, bahwa ketahanan pangan harus dibangun,” lanjutnya.
Dalam konteks ketahanan pangan Indonesia, kata Tungkot, komoditas kelapa sawit memiliki peran yang sangat signifikan.
Menurutnya, minyak sawit tidak hanya menjadi bahan pangan utama bagi masyarakat, tetapi juga menjadi tulang punggung berbagai industri pengolahan makanan.
“Salah satu penyumbang dalam ketahanan pangan kita adalah sawit. Kenapa? Karena minyak sawit itu sebagian besar digunakan untuk pangan,” terang Tungkot.
Baca Juga: Upaya Pemberdayaan Petani Sawit Kecil untuk Menjawab Tantangan Global
Tungkot melanjutkan, minyak sawit juga memberikan kontribusi dalam berbagai bentuk. Selain sebagai minyak goreng, komoditas ini juga menjadi bahan input penting dalam industri makanan.
“Dari minyak sawit banyak produk-produk pangan yang bisa kita hasilkan. Baik itu yang berbasis minyak, seperti minyak goreng, namun penggunaan secara tidak langsung adalah bagian daripada bahan input atau bahan penolong seperti industri pangan,” jelasnya.
Tungkot pun mengatakan, Industri pangan membutuhkan minyak sawit sebagai emulsifier, serta sumber berbagai komponen nutrisi.
“Minyak sawit juga menghasilkan apa yang disebut dengan nutrisifikal, atau vitamin A, kemudian vitamin E, dan juga quinone, dan juga macam-macam fungsional. Jadi ini sangat dibutuhkan,” tambah Tungkot.
Selain perannya dalam memenuhi kebutuhan industri pangan, kata Tungkot, minyak sawit juga unggul dari sisi ketersediaan dan harga.
Menurut Tungkot, perkebunan sawit tersebar di berbagai wilayah Indonesia, menjadikannya bahan pangan yang mudah diakses oleh masyarakat.
“Sawit ini berada di setiap daerah. Jadi dari segi ketersediaan, minyak sawit sebagai bahan pangan tersedia,” papar ungkot.
Tak hanya itu, sambung Tungkot, minyak sawit juga dikenal sebagai minyak pangan yang paling terjangkau harganya.
“Affordability, minyak sawit adalah minyak pangan, pangan minyak yang paling murah,” tegasnya.
Lebih jauh, kata dia, sawit juga memiliki keunggulan dari sisi keberlanjutan.
“Minyak sawit juga adalah sustainable, di antara yang ada,” pungkasnya.
Baca Juga: Dukung UMKM Sawit Indonesia, BPDP Ikut Berpartisipasi Digelaran INACRAFT 2025