2009 silam, Satoshi Nakamoto berhasil menciptakan aset kripto yang begitu menarik bagi dunia perekonomian global, di mana tak lain adalah bitcoin. Bitcoin merupakan mata uang kripto pertama yang menggunakan teknologi blockchain. Adapun tujuan penemuan aset kripto ini tak lain adalah memungkinkan transaksi keuangan digital tanpa perlu adanya peran perantara, seperti bank atau lembaga pemerintah lainnya.

Bitcoin juga menjadi aset kripto yang begitu dipercaya oleh Mantan Menteri Perdagangan RI periode 2011-2014, Gita Wirjawan. Menurut Gita, secara filsuf, bitcoin merupakan manifestasi yang dapat menyambungkan lintas ruang dan waktu.

“Sesuatu yang lintas ruang itu adalah duit kan, bisa ditaruh di kantong, kita bisa jalan dari titik A ke titik B. Atau bahkan kita bisa pencet sekarang bisa dari Kabul ke Liverpool. Nah yang satu lagi adalah lintas waktu  itu adalah dia tidak terdeflasi, nilainya gak berkurang. Yang paling tidak berkurang itu adalah emas kan. Dari ribuan tahun sampai sekarang itu lintas waktu. Jadinya mereka atau itu nilainya tidak berkurang, dan sangat abadi,” ujar Gita Wirjawan seperti Olenka kutip, Kamis (31/10/2024).

Menurut Gita, bitcoin dapat memenuhi interseksi antara sesuatu yang lintas ruang dan lintas waktu lantaran pasokannya yang terbatas, yakni sekira 21 juta unit. Hingga saat ini, sekitar 18 hingga 18,5 juta unit telah terjual dan diperkirakan membutuhkan waktu 7 hingga 10 tahun untuk mencapai batas 21 juta unit tersebut. Sehingga, pertumbuhan pasokan bitcoin per tahun hanya sekitar 1 hingga 1,4 persen. 

Baca Juga: Gita Wirjawan Ungkap 4 Faktor Rendahnya Pertumbuhan PDB Indonesia Dibandingkan Tiongkok

“Itu hampir sama dengan pertumbuhan pasok emas. Sedangkan pertumbuhan pasok uang atau dolar itu 14 persen per tahun, dalam 60 tahun terakhir,” tutur Gita.

“Nah sekarang saya mau kasih gambaran atau contoh. Kalau pasoknya semakin banyak nilai intrinsik per unitnya makin naik atau makin turun? Makin turun kan? Nah dolar itu makin hari makin banyak karena dicetak terus. Jadi nilai intrinsik per unitnya itu makin turun. 'Wah ini pada jual dolar besok'. Enggak.  Emas pasoknya itu segitu-segitu aja karena pertumbuhannya 1,4 persen. Sedangkan mata uang itu pertumbuhannya 14 persen per tahun,” tambah Gita menjelaskan.

Namun, tidak dengan bitcoin. Kata Gita, bitcoin tidak mengalami pertumbuhan melebihi emas dan tetap di angka 21 juta unit.

“Apalagi 10 tahun lagi, itu dia gak akan bertambah. Mulai dari 10 tahun lagi dia gak akan bertambah pasoknya. Dia hanya dipatok di 21 juta. Jadinya secara filsuf, secara ekonomi saya melihat ini adalah proposition yang kuat sekali,” terangnya.

Gita juga beranggapan, bitcoin sangat dapat dipertanggungjawabkan secara teknologi, di mana menggunakan sistem blockchain yang memastikan semua transaksi aman dan tidak dapat diubah.

“Sedangkan kripto-kripto lainnya apakah itu doge, apakah itu ethereum, apakah itu selena dan lain-lain. Itu dia perlu dirut. Harus ada dirut, harus ada direktur ini, direktur itu, untuk mengawal semenjak awal mulanya pendirian kripto ini,” kata Gita.

Melihat fenomena tersebut, Gita menilai bahwa uang semakin banyak dicetak maka nilai intrinsiknya ikut berkurang. Pun dengan kondisi pasar emas, membuat banyak anak muda saat ini mencari alternatif lain dan beralih ke bitcoin.

Baca Juga: Jawab Kebutuhan Nasabah Lewat Octo Mobile, CIMB Niaga: 90% Transaksi Dilakukan Lewat Digital Banking

Penggunaan blockchain dengan sistem desentralisasi pada bitcoin, Gita menilai juga dapat dipertanggungjawabkan dan membuahkan tiga hal. Di antaranya adalah adanya transparansi ketika melakukan transaksi dengan menggunakan blockchain.

“Si penerima sama pengirim itu tahu. Dan yang kedua, real time, instant. Tapi kalau kita transfer duit, mau RTGS kek, mau transfer dan segalanya, kadang-kadang ada delay beberapa menit, kadang-kadang beberapa hari kan. Nah itu yang bikin gak transparan,” jelas Gita.

“Mereka lebih suka sistem yang desentralistis, dan membuahkan akuntabilitas, transparansi, dan real time. Selama dolar dan mata uang lainnya itu terus-menerus dicetak, selama tidak ada transparansi, selama tidak ada akuntabilitas, selama tidak ada real time, saya rasa bitcoin itu akan semakin laku ke depan,” imbuhnya.