Konglomerat pendiri Bank Mayapada, Dato Sri Tahir bisa menginspirasi banyak orang bukan dari uang yang dimilikinya, tetapi dari perjalanan hidupnya.
Seperti diketahui, sebelum menjadi salah satu orang terkaya di Tanah Air dengan total kekayaan mencapai US$5,9 miliar atau setara Rp89,6 triliun, Tahir berasal dari keluarga tidak mampu hingga berproses menjadi seperti sekarang ini.
Menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia, pria yang memiliki nama asli Ang Tjoen Ming yang lahir di Surabaya, 26 Maret 1952 ini ternyata memiliki filosofis bisnis yang luar biasa. Hal tersebut pun ia ceritakan dalam buku karya Alberthiene Endah yang bertajuk Living Sacrifice.
Dalam buku biografinya tersebut, Tahir pun membahas pentingnya menjaga kepercayaan dalam industri perbankan.
Kepercayaan, menurutnya, memiliki kualitas yang sangat baik. Dia juga bilang, sebuah bank tidak mungkin bisa stabil dan berkembang jika pemiliknya tidak bisa diandalkan atau memiliki reputasi buruk.
Lantas, seperti apa filosofi bisnis yang dianut Tahir, terutama dalam bisnis perbankan yang dijajalnya? Berikut Olenka ulas kisahnya.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Merintis dan Membesarkan Bank Mayapada
Junjung Tinggi Kepekaan dan Kejujuran
Tahir mengatakan, menjalankan bisnis sama halnya dengan menjalani hidup. Keduanya membutuhkan kepekaan. Menurutnya, dengan mengasah kepekaan, maka kita akan tahu bagaimana memilih pendekatan yang tepat dalam hidup.
"Terutama dalam mengambil peran sebagai pemimpin, kita membutuhkan kepekaan yang dibutuhkan untuk memberi contoh kepada orang-orang yang kita sayangi," tutur Tahir.
Lebih lanjut, Tahir pun mencontohkan bentuk kepekaan yang ia maksud, yakni ketika ia menasihati anak-anaknya agar selalu memupuk rasa kekeluargaan dalam rumah.
"Saya selalu bilang ke anak-anak, kalian harus memupuk kekeluargaan dengan saudara-saudara kalian semua. Namun, jika di sisi lain saya sering bertengkar dengan saudara saya sendiri, misalnya, maka anak-anak saya akan melihat bahwa ada yang salah dengan nasihat saya. Mereka pun gak akan percaya kata-kata saya lagi, apalagi menuruti saya, begitu," ungkap Tahir.
Oleh karenanya, berdasarkan semua pengalaman tersebut dan proses pendewasaan yang terjadi setiap hari, kata Tahir, menjadi orang baik merupakan syarat mutlak bagi seorang pebisnis seperti dirinya untuk mempertahankan usaha.
"Seseorang yang menjalani kehidupan yang kacau, maka tidak akan pernah bisa menjalankan usahanya dengan baik. Sangat tidak mungkin," ujar Tahir.
Ia pun menegaskan, seorang pebisnis itu memiliki sifat baik dan jujur, yang menjalankan usahanya dengan menerapkan norma-norma kehidupan. Sebaliknya, orang yang menjalankan usaha dengan tidak tepat, tidak akan pernah bisa menjalankan aspek kehidupan lainnya dengan memuaskan.
"Jadi, menjadi baik dan jujur itu keduanya saling terkait. Para pebisnis harus punya kedua sifat itu," tegas Tahir.
Baca Juga: Prinsip Bisnis Dato Sri Tahir dalam Membangun Bank Mayapada
"Seseorang Harus Menjadi Orang Baik Dulu Sebelum Memulai Bisnis"
Lebih lanjut, Tahir pun mengambil contoh George Soros, pengusaha dan filantropis terkemuka di dunia, dalam filosofi bisnisnya tadi.
Menurut Tahir, setiap harinya George Soros selalu memenuhi kepadanya dengan rencana-rencana jahat dan selalu terus berusaha menghancurkan orang lain. Ia pun kerap menargetkan kehancuran ekonomi suatu negara dan membahayakan kondisi moneter suatu negara.
George Soros, kata Tahir, juga selalu menyimpan niat-niat jahat di kepala dan pikirannya. Bahkan, jika kemudian ia menghabiskan banyak uangnya untuk beramal.
"Lantas, dengan begitu, apakah itu membuatnya menjadi orang yang baik? Tidak. George Soros tidak akan pernah bisa memulihkan reputasinya sendiri, bahkan ketika ia menyumbangkan miliar dollar untuk amal. Dia akan tetap dicap buruk," tegas Tahir.
Karenanya, kata Tahir, seseorang harus menjadi orang baik sejak awal sebelum ia mengembangkan bisnis agar tumbuh makmur dan penuh berkah. Seseorang juga harus punya ambisi untuk menjadi orang baik.
"Itulah target utama saya, karena hal itu akan membentuk jenis kehidupan yang saya jalani secara keseluruhan dalam bisnis, kehidupan keluarga, dan pribadi," beber Tahir.
Tahir juga bilang, cukup banyak orang yang bercita-cita menjadi terkenal, fantastis, fenomenal, dan spektakuler. Namun, sangat sedikit dari orang-orang tersebut yang memiliki niat untuk menjadikan diri mereka orang yang baik.
"Bill Gates menurut saya termasuk dalam kategori yang terakhir. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukannya memiliki dampak yang positif," tukas Tahir.
Lebih jauh, Tahir pun mengatakan, seorang pemilik bisnis juga harus bisa mengelola rumah tangganya sendiri. Menurutnya, Konfusius - seorang filsuf Tiongkok- pun pernah berkata bahwa dalam mengelola negara, maka seseorang harus terlebih dahulu mampu mengelola rumah tangganya sendiri.
"Bagaimana seseorang bisa mengelola negara atau bisnis jika ia gagal mengelola keluarganya sendiri? Jadi seorang pemimpin itu jelas haruslah orang baik dan saleh," tegas Tahir.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Terjun ke Bisnis Perbankan dan Mendirikan Bank Mayapada