Warisan dan Wejangan di Akhir Hayat

Sukamdani Sahid Gitosardjono wafat pada 21 April 2018 dan dimakamkan di Pondok Pesantren Modern Sahid, Bogor. Ia meninggalkan warisan besar berupa jaringan Hotel Sahid, universitas, rumah sakit, media, hingga pesantren.

Dikutip dari Kompas, sosoknya akan terus dikenang sebagai pengusaha visioner yang berangkat dari kesederhanaan, pejuang ekonomi bangsa, dan teladan dalam kerja keras serta dedikasi.

Dikutip dari Tempo, putri pertama almarhum, Wiryanti Sukamdani, mengatakan bahwa ayahnya selalu berpesan kepada keluarga untuk tidak pernah berhenti berjuang dan mengabdi kepada negara, karena hal itu merupakan bentuk tanggung jawab seorang pengusaha terhadap bangsa.

“Beliau mengatakan, berjuang itu tak selalu harus angkat senjata, tetapi juga melalui bidang ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan. Beliau adalah seorang pengusaha sejati,” kata Yanti.

Selain itu, ayahnya juga berpesan agar dirinya tidak melakukan hal-hal tercela sebagai pengusaha. Menurut Sukamdani, pengusaha berhak berspekulasi, tetapi tidak boleh melakukan manipulasi.

“Dan jangan lupa, beliau juga seorang wartawan. Beliau sangat akrab dengan Bisnis Indonesia (surat kabar harian ekonomi). Di hari-hari tuanya justru banyak sekali berhubungan dengan dunia pers. Beliau sangat memperhatikan perekonomian Indonesia,” ucap Yanti.

Sementara itu, dikutip dari Kompas, wejangan lain yang melekat dari Sukamdani adalah prinsip menjadi pengusaha yang santun, yakni boleh berspekulasi, tapi tidak boleh manipulasi. Motto hidupnya pun sederhana, namun mendalam, “Saya tak pernah berputus asa. Mengerjakan sesuatu selalu sampai tuntas.”

Sukamdani pun selalu menekankan lima kunci sukses, yaitu kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, serta prestasi yang diridhoi Tuhan dan didukung orang lain. Baginya, bisnis adalah jalan untuk membuka lapangan kerja, menghidupi orang lain, dan menghadirkan kesejahteraan.

Baca Juga: Mengenang Bob Sadino, Pengusaha Nyentrik yang Hidup dengan Filosofi Sederhana