Sosok Imam Santoso tentu sudah tak asing bagi para pengguna aktif media sosial. Lewat akun Instagram @santosoim, ia kerap membagikan kisah perjuangan mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan tinggi.
Banyak di antara cerita itu menggambarkan perjalanan mereka yang benar-benar berangkat dari nol, sebuah cerminan dari pengalaman hidupnya sendiri. Lahir sebagai anak seorang petani, pria ramah dan murah senyum ini berhasil membuktikan bahwa kerja keras dapat mengubah nasib. Kini, ia sukses mengangkat derajat keluarga dengan menjadi dosen di salah satu kampus bergengsi, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Seperti apa sosok inspiratif Imam Santoso? Berikut ini Olenka sajikan sejumlah informasi terkait yang dihimpun dari berbagai sumber, Rabu (20/08/2025).
Baca Juga: Akademisi ITB Bicara Kiat Hadapi Perjalanan Hidup yang Tak Sesuai Rencana
Dari Kampung Kecil di Jawa Timur
Imam Santoso lahir dan besar di sebuah kampung kecil yang berada di Jawa Timur. Dia dirawat oleh sang nenek yang merupakan seorang petani. Meski hidup dalam asuhan nenek dengan segala keterbatasan finansial, beliau memiliki tekad yang kuat untuk bisa sekolah setinggi-tingginya.
“Alhamdulillah senang walaupun hidupnya seperti itu, sama keluarga selalu diajarkan untuk bersyukur, tapi ingat sekolah tinggi," ujar Imam Santoso dalam YouTube LPDP.
Gagal Jadi Dokter
Imam Santoso pernah bercita-cita menjadi seorang dokter. Impian itu tumbuh sejak kecil, ketika ia melihat ibunya kesulitan berobat karena jarak yang jauh. Demi mewujudkan cita-citanya, ia pun mencoba masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair). Namun, kenyataan berkata lain, ia harus menerima penolakan dari kampus tersebut.
Penolakan itu sempat membuatnya merasa malu. Imam bahkan diungsikan ke rumah pamannya di Trenggalek agar terhindar dari omongan tetangga.
“Sambil jualan kaca, jualan paku di Trenggalek uangnya dikumpulin buat daftar beli formulir SPMB lagi," ceritanya.
Meski sempat gagal meraih impian menjadi dokter, semangat Imam untuk menempuh pendidikan tinggi tidak pernah padam. Justru dari pengalaman itu, arah cita-citanya perlahan berubah.
Inspirasi datang dari sosok satpam perusahaan tambang yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Imam melihat anak satpam tersebut mampu bersekolah dengan baik dan meraih nilai sempurna. Pemandangan sederhana itu justru memotivasi dirinya untuk terus berjuang mencari jalan agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Saya langsung berpikir, "apakah saya harus pindah ke jurusan tambang saja ya? Kok mereka jadi tajir-tajir?",” kata dosen Prodi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Berhasil Masuk ITB
Setelah sempat gap year dan ditolak menjadi mahasiswa kedokteran, Imam akhirnya diterima kuliah di ITB, Program Studi Teknik Metalurgi. Namun, perjuangannya belum berakhir. Hidup di Bandung membuatnya harus berjuang keras untuk tetap bisa kuliah, salah satunya dengan berburu berbagai beasiswa.
Usahanya tidak sia-sia. Imam berhasil mendapatkan banyak dukungan, mulai dari beasiswa perusahaan minyak, Bank BRI, hingga beasiswa Supersemar. Setiap kesempatan itu ia manfaatkan sebaik mungkin, hingga akhirnya berhasil menuntaskan studi dengan hasil gemilang dan lulus dengan predikat terbaik.
“Kita harus proaktif mencari beasiswa karena memang banyak sekali kesempatan. Tapi kita juga harus memantaskan diri untuk mendapatkannya. Saya dulu rajin mencari info beasiswa, baik di dalam maupun luar negeri,” tuturnya.
Kuliah di Luar Negeri
Usai menuntaskan pendidikannya di ITB, pada 2011 Imam kembali membuka lembaran baru dalam perjalanan akademiknya. Ia meraih beasiswa Australian Development Scholarship yang membawanya melanjutkan studi di University of Queensland, Australia, masih di bidang Teknik Metalurgi. Dua tahun kemudian, pada 2013, ia sukses meraih gelar Master.
Tak berhenti sampai di situ, semangat belajarnya kembali membuahkan hasil. Hanya setahun setelah lulus, Imam memperoleh beasiswa dari LPDP untuk melanjutkan studi doktoralnya di bidang Metalurgi di Aalto University, Finlandia.
Baca Juga: Kisah Perantauan, Persahabatan, dan Awal Mula Mimpi Besar Ir. Ciputra di ITB
Jadi Dosen
Perjalanan Imam meraih gelar doktor bukanlah hal yang mudah. Ia harus mendaftar beasiswa LPDP hingga tiga kali dan bahkan sempat gagal tujuh kali dalam tes IELTS. Namun, kegigihannya berbuah manis.
Setelah menempuh studi selama empat tahun di Aalto University, Finlandia, ia berhasil lulus dan meraih gelar doktor. Kini, ia dikenal sebagai Dr. Imam Santoso, S.T., M.Phil, dosen di Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kesuksesan akademiknya tak membuat Imam berhenti berjuang untuk orang lain. Justru, ia semakin giat menjalankan kegiatan “jemput bola” untuk menjaring talenta-talenta muda dari keluarga kurang mampu.
Kini, langkahnya bahkan difasilitasi oleh ITB. Setiap tahun, Imam bersama rekan-rekan dosen rutin mengadakan roadshow ke berbagai daerah, bahkan hingga ke luar Jawa, guna menyebarkan informasi, memberi inspirasi, sekaligus membuka jalan lebih luas bagi anak-anak SMA untuk melanjutkan pendidikan tinggi.