Heartology Cardiovascular Hospital kembali mencatatkan tonggak sejarah penting dalam dunia bedah jantung Tanah Air. Rumah sakit jantung tersebut berhasil melakukan tindakan Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) yang menggabungkan tiga prosedur besar sekaligus: Atrial Septal Defect (ASD) closure, Mitral Valve Repair (MVr), dan Tricuspid Valve Repair (TVr). Kombinasi tiga teknik besar dalam satu operasi ini sangat jarang dilakukan, bahkan di pusat bedah jantung dunia. Heartology kini menjadi pusat ketiga di dunia yang mendokumentasikan keberhasilan ini dengan hasil klinis optimal.

Operasi ini dilakukan pada seorang pasien perempuan berusia 38 tahun yang datang dengan keluhan cepat lelah, jantung berdebar, dan sesak napas progresif. Hasil echocardiography menunjukkan ASD berukuran besar serta gangguan pada dua katup jantung akibat pelebaran ruang jantung kanan.

Baca Juga: Inovasi Pengobatan Jantung, Heartology Jadi Rumah Sakit Pertama di Indonesia yang Menggunakan PFA

Dalam diskusi virtual pada Kamis (11/12/2025), tim dokter Heartology yang terlibat antara lain dr. Dicky A. Wartono, Sp.BTKV, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), dan dr. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA—menjelaskan dinamika medis dari kasus kompleks ini.

“Pasien ini datang dengan keluhan mudah lelah, jantung berdebar, dan sesak yang makin memberat. Setelah diperiksa, ternyata lubangnya cukup besar dan sudah memengaruhi dua katup jantungnya,” jelas Dr. Radityo Prakoso.

ASD dan Pentingnya Deteksi Dini

Menurut Dr. Radityo, ASD merupakan salah satu kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemukan, namun banyak pasien tidak menyadarinya hingga dewasa.

Baca Juga: Nyeri Dada adalah Tanda Serangan Jantung, Mitos atau Fakta?

“Banyak pasien datang terlambat karena gejalanya tidak jelas, bahkan tidak ada gejala pada awal kehidupan. Kalau sudah ditemukan lubang, sebaiknya segera ditutup sebelum komplikasinya menjadi irreversible,” ujarnya.

Komplikasi akibat ASD yang tidak ditangani termasuk pembesaran jantung kanan, kebocoran katup, aritmia, hingga hipertensi pulmonal.

Peran Echocardiography dalam Diagnosis

Ekokardiografi menjadi pemeriksaan utama untuk melihat struktur jantung secara detail. Dr. Ario Soeryo Kuncoro menegaskan bahwa pemeriksaan ini berperan penting dalam deteksi kelainan bawaan.

Baca Juga: Mengenal Sosok dan Kiprah Panjang Dokter Ario Soeryo Kuncoro di Dunia Kardiologi Indonesia

“Jika tahun lalu ekokardiografi normal, itu menyingkirkan penyakit jantung bawaan. Tapi pemeriksaan tetap harus diulang ketika keluhan baru muncul,” jelasnya. 

Ia menambahkan bahwa beberapa kelainan membutuhkan pemeriksaan lanjutan seperti TEE, CT cardiac, MRI, atau kateterisasi jantung.

Teknik MICS

Tindakan MICS pada kasus ini dilakukan melalui sayatan kecil di sisi kanan dada—tanpa membelah tulang sternum. Teknik ini membuat pemulihan lebih mudah bagi pasien.

Baca Juga: Yayasan Jantung Indonesia Peringati 44 Tahun Dedikasi lewat Gerakan 'Don’t Miss A Beat'

“Dengan minimal invasif, luka lebih kecil, penyembuhannya jauh lebih cepat, dan nyerinya berkurang. Bahkan setelah satu bulan, bekas luka bisa hampir tidak terlihat,” jelas Dr. Dicky A. Wartono.

Ia menambahkan bahwa karena tidak ada pemotongan tulang, proses pemulihan jaringan hanya membutuhkan sekitar dua minggu—selama perawatan luka dilakukan dengan benar.

Tantangan Besar

Saat operasi berlangsung, tim menemukan bukan hanya ASD besar, tetapi juga kebocoran pada katup mitral dan trikuspid. Kombinasi tiga masalah kompleks ini membuat operasi menjadi sangat menantang.

Baca Juga: Gak Sempat Olahraga? 6 Latihan Sederhana di Kantor Ini Terbukti Menyehatkan Jantung dan Gula Darah

“Ketika ditemukan multiple pathology seperti ini, biasanya akses tengah yang dipilih. Tapi pasien sangat ingin minimal invasif, dan secara klinis memungkinkan, jadi kami lakukan dari samping,” ungkap Dr. Dicky.

Keputusan tersebut tidak mudah, mengingat teknik MICS untuk tiga prosedur sekaligus sangat jarang dilakukan di dunia.

“Kami mencari publikasi dari 2018 hingga 2025, hanya ada satu paper yang mencatat prosedur minimal invasif untuk kasus kompleks seperti ini,” tambahnya.

Keberhasilan ini menempatkan Indonesia sejajar dengan pusat bedah jantung global dalam hal inovasi.

MICS: Akankah Menjadi Standar Nasional?

Meski menjanjikan, MICS belum dapat diterapkan secara luas.

Baca Juga: Bukan Hanya Junk Food, Ternyata Makanan Sehari-hari Ini Diam-Diam Bisa Merusak Jantung

“Untuk menjadi standar nasional masih butuh 5–10 tahun. Dibutuhkan SDM berpengalaman, diagnosis presisi, manajemen operasi kuat, dan infrastruktur lengkap,” jelas Dr. Dicky.

Ia mengingatkan bahwa memilih pusat jantung yang benar-benar siap adalah kunci untuk meminimalkan risiko.

Indonesia Masuki Babak Baru Bedah Jantung Modern

Keberhasilan Heartology menjadi bukti bahwa Indonesia tidak hanya mengikuti perkembangan dunia, tetapi mampu berada di garis depan inovasi medis. Kombinasi ASD closure dengan dua valve repair melalui pendekatan MICS membuka peluang baru bagi pasien dengan kondisi jantung kompleks yang ingin hasil optimal tanpa trauma bedah besar.

Dengan kerja sama multidisiplin, ketelitian tinggi, dan pemanfaatan teknologi canggih, Heartology semakin memperkuat posisinya sebagai pionir bedah jantung modern di Indonesia.