Karier Sebagai Pengusaha

Selepas menyelesaikan kuliah di Banndung, suami Tatty Murnitiatri ini memilih untuk fokus mengembangkan perusahaan milik keluarga. Grup Bakrie dirintis oleh mendiang ayahnya pada 1942 sebagai perusahaan perdagangan umum, usaha dagang umum dan agen komisi bernama Bakrie & Brothers.

Grup Bakrie terus berkembang setelah Aburizal Bakrie ikut turun tangan mengurus usaha keluarga sejak 1992. Perusahaan konglomerat ini mulai bergerak di banyak sektor, termasuk pertambangan, migas, properti, infrastruktur, media, dan telekomunikasi dengan 10 anak usahanya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Di tengah kesibukannya memimpin Grup Bakrie, Aburizal Bakrie atau Ical juga aktif dalam organisasi pengusaha. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) selama dua periode, dari 1994 hingga 2004.

Setelah memimpin Grup Bakrie selama 12 tahun, pada 2004 Ical memutuskan fokus pada dunia politik. Kepemimpinan grup usaha kemudian dilanjutkan oleh anak-anaknya.

Anindya Novyan Bakrie kini menjabat sebagai CEO Bakrie & Brothers dan memegang sejumlah posisi penting lainnya, seperti Presiden Direktur PT Bakrie Global Ventura dan Presiden Komisaris PT VKTR Teknologi Mobilitas.

Sementara itu, Ardi Bakrie menjabat sebagai Co-CEO Bakrie & Brothers serta aktif di beberapa perusahaan media dan infrastruktur di bawah Grup Bakrie. Keduanya juga terlibat dalam kegiatan sosial melalui Yayasan Bakrie Amanah, bersama anggota keluarga lainnya.

Baca Juga: Mengenal Sosok Nirwan Bakrie, Mulai dari Data Diri hinggi Perjalanan Karier

Tercatat Sebagai Orang Terkaya di Indonesia

Berkat kesuksesannya memimpin Grup Bakrie, Aburizal Bakrie sempat masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Pada tahun 2006, ia menduduki peringkat keenam dalam daftar orang terkaya versi Forbes, dengan total kekayaan mencapai US$1,2 miliar.

Setahun kemudian, namanya meroket ke posisi puncak. Forbes edisi 2007 mencatat Aburizal Bakrie sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan sebesar US$5,4 miliar. Bahkan pada 2008, Globe Asia menobatkannya sebagai orang terkaya se-Asia Tenggara, dengan nilai kekayaan yang fantastis mencapai US$9,2 miliar.

Kenaikan tajam ini tak lepas dari lonjakan nilai saham salah satu anak usahanya, yang melejit dari Rp300 per lembar (tahun 2004) menjadi Rp5.900 per lembar pada 2007. Namun, kejayaan itu tak berlangsung selamanya.

Krisis moneter global yang terjadi pada 2008 turut mengguncang posisi Ical. Tahun itu, ia turun ke peringkat sembilan versi Forbes, dan pada 2012, namanya tak lagi muncul dalam daftar konglomerat terkaya di Indonesia.