Arif P. Rachmat merupakan anak kedua TP Rachmat, pendiri Triputra Group yang masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Dalam Indonesia's 50 Richest tahun 2023, TP Rachmat menduduki peringkat ke-19.

Sosok Arif P. Rachmat makin dibicarakan publik usai resmi menjadi komisaris baru PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) pada tahun 2022. Sebelumnya, dia dikenal sebagai pebisnis yang fokus di industri sawit dengan menjadi Co-Founder & CEO PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).

Baca Juga: Sosok Franky Widjaja, Anak Konglomerat Eka Widjaja yang Ikut Berinvestasi di IKN

Perjalanan Karier

Pria kelahiran 1 Juli 1975 tersebut berhasil menyelesaikan pendidikannya di Cornell University, Ithaca, New York dengan meraih gelar Magister Teknik Riset Operasi dan Teknik Industri pada tahun 1998.

Setelah lulus, Arif berkiprah di General Electric Company (GE) dari 1998 hingga 2005 dengan menduduki berbagai jabatan, yakni Operation Management Leadership Program (OMLP) pada 1998–2000; Six Sigma Black Belt Quality Initiative (2000–2001); Manajer Operasi & Fasilitas di Euclid Lamp Plant, General Electric Company (2001–2003); dan Corporate Audit (2003–2005). Selama kariernya di GE, Arif sempat menjadi manajer pabrik termuda di usia 26 tahun.

Selanjutnya, Arif mulai fokus ikut mengembangkan bisnis Triputra Group dengan menjadi Presiden Direktur di PT Triputra Persada Rachmat dan Direktur di PT Triputra Permata Rachmat sejak tahun 2007. Baru pada tahun 2008, dia ikut mendirikan PT Triputra Agro Persada (TAPG) yang kini menjelma salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia.

Keputusannya terjun di industri sawit didasarkan pada filosofinya soal membangun bisnis yang diibaratkan menerbangkan layangan. Menurut Arif, bermain layangan harus dilakukan di tempat yang arah anginnya kencang. Oleh karena itu, sawit merupakan alasan yang tepat karena menjadi salah satu kekuatan Indonesia.

Dengan keyakinan bahwa sawit dapat memajukan sektor perekonomian, Arif P. Rachmat mampu mengembangkan lebih dari 20 ribu hektare kebun plasma dan mempekerjakan lebih dari 10 ribu kepala keluarga di sekitar area perkebunan. Selain memberi dukungan dan pembinaan kepada petani plasma sawit, TAPG juga berperan menjaga wilayah sekitar perkebunan dari kebakaran, dengan menekan titik api, lewat program desa bebas api.

TAPG juga telah menjalin kerja sama dengan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS Foundation) di Kalimantan Timur sejak 2008 dalam program restorasi habitat orang utan. Sementara itu, sebagai komitmen perusahaan dalam menerapkan pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, TAPG telah menerapkan nilai-nilai high conservation value (HCV) sejak tahun 2012 yang bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Baca Juga: Mengenal Sosok Mochtar Riady: Pendiri Lippo Group Sang Dokter Perbankan Indonesia

Berikut jabatan yang Arif P. Rachmat emban hingga saat ini:

  • 2008 – sekarang : Direktur di PT Triputra Investindo Arya;
  • 2010 – sekarang : Direktur di PT Trikirana Investindo Prima;
  • 2016 – sekarang : Direktur di PT Triputra Permata Nusantara;
  • 2016 – sekarang : Komisaris di PT Tridaya Hita Sentosa;
  • 2017 – sekarang : Komisaris di PT Adi Bumi Jaya;
  • 2017 – sekarang : Komisaris di PT Sumber Energi Pangan;
  • 2017 – sekarang : Komisaris di PT Kirana Megatara Tbk;
  • 2017 – sekarang : Komisaris di PT Dharma Satya Nusantara Tbk;
  • 2018 – sekarang : Direktur di PT Dharma Inti Anugerah;
  • 2018 – sekarang : Komisaris di PT Tri Persada Raya;
  • 2020 – sekarang : Komisaris di PT Triple A Jaya;
  • 2020 – sekarang : Komisaris di PT Gema Wahana Jaya;
  • 2021 – sekarang : Presiden Komisaris di PT Triputra Agro Persada Tbk;
  • 2021 – sekarang : Presiden Komisaris di PT Autopedia Sukses Lestari Tbk;
  • 2022 – sekarang : Komisaris di PT ESSA Industries Indonesia Tbk.

Punya Filosofi Kuat

Mengikuti jejak sang ayah, Arif P. Rachmat menjalankan bisnisnya dengan membawa filosofi business first, family second yang selama ini dibawa TP Rachmat. Menurutnya, filosofi tersebut menyimpan misi yang luhur. Bisnis harus jadi nomor satu karena di dalamnya ada puluhan ribu kepala yang menyandarkan hidupnya.

"Yang beliau (TP Rachmat) lihat, banyak family business yang hancur karena terlalu mementingkan kepentingan keluarga. Sama, kalau saya terlalu mementingkan kepentingan sendiri dibandingkan kepentingan sesama, akhirnya saya juga rusak. Itulah filosofi kami!" jelas Arif.

Baca Juga: Berkenalan dengan Sosok Djoko Susanto, Bos Alfamart yang Jadi Orang Terkaya Nomor 10 di Indonesia!

Bisnis yang sang ayah maksud adalah warisan (legacy) berupa nilai-nilai kehidupan yang sifatnya berkesinambungan, bukan uang atau materi. Menurut TP Rachmat, perusahaan bukanlah hak, melainkan kewajiban atau amanah.

Yang menarik, menurut pengakuan Arif, ayahnya berpesan agar dirinya tidak suka mengoleksi barang mewah. Daripada barang mewah, lebih baik mengoleksi orang-orang baik sehingga nilai keberlanjutan tercapai. "Ayah saya berpesan, jangan mengoleksi barang mewah, tetapi koleksilah orang-orang bagus!" ujarnya.