Dikatakan Fathya, roda emosi sendiri dibagi berdasarkan warna, posisi, dan lapisan, yang berguna untuk mengidentifikasi emosi tertentu. Semakin terang warnanya, maka semakin kuat emosinya.
“Roda emosi yang berwarna hijau itu lebih gampang dinavigasi. Sementara kalau kuning biasanya emosi yang butuh waktu lagi buat kenalan lagi. Selanjutnya, warna merah itu menandakan emosi yang kalau muncul itu kita gak bisa mengendalikan,” tutur Fathya.
“Jadi sebelum kita melabel emosi, coba dideskripsikan. Ini juga sebenarnya tips ketika kita mau mengenalkan emosi ke anak. Saat mengenalkan emosi ke anak, itu gak apa-apa gak perlu buru-buru di label, tapi bantu buat dideskripsikan. Karena ketika kita mendeskripsikan itu sebenarnya kita mencoba mengenali simptomnya baru kita kasih nama yang tepat,” samsung Fathya.
Fathya melanjutkan, ketika kita mengembangkan kemampuan untuk memahami dan mengekspresikan emosi kita, maka kita mendapat banyak manfaat. Kita dapat mengelola stres dengan lebih baik dan bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan baik pula.
“Emosi itu experience yang terjadi di diri kita, yang menarik adalah lelah dan capek itu bukan emosi, tapi itu yang kita rasain di badan kita. Lebih dalem lagi, rasa capek ini membuat aku merasa apa ya? Karena badan dan emosi itu berdampingan,” tutur Fathya.
“Banyak penelitian yang meneliti bahwa saat kita marah itu di dada kita lebih panas, kalau kita lagi stress itu ada tensi di belakang punggung kita. Dan banyak reaksi tubuh lainnya. Jadi ketika ibu merasa begitu, coba duduk sejenak terus rasain bagian mana capeknya, dan pahami rasa capek itu,” sambung Fathya.
Lebih lanjut, Fathya mengatakan ketika otak kita melihat sesuatu yang perlu kita tanggapi, kita mendapat respons fisik. Banyak dari kita menganggap respons fisik tersebut sebagai emosi itu sendiri. Namun, mereka adalah otak yang mengirimkan impuls untuk kemungkinan tindakan berikutnya,” bebernya.
“Misalnya, saat kita merasa stress, detak jantung kita menjadi lebih cepat. Konteks dan pengalaman kita sebelumnya akan mempengaruhi apakah kita menafsirkan sensasi tersebut sebagai ketakutan, kemarahan, atau ketertarikan. Nah, menggunakan alat seperti roda emosi dapat membantu kita memahami perasaan secara lebih terperinci. Hal ini juga menempatkan kita pada posisi untuk merespons, bukan bereaksi,” tandas Fathya.
Baca Juga: 6 Cara Efektif Meningkatkan Kecerdasan Emosional di Tempat Kerja