Nama Raisha Syarfuan mulai mencuat ke ruang publik setelah ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Sarinah (Persero) pada Mei 2025. Penunjukan ini menandai fase baru bagi Sarinah, perusahaan ritel milik negara yang selama puluhan tahun dikenal sebagai ikon perdagangan sekaligus etalase produk asli Indonesia.
Sarinah bukan sekadar pusat perbelanjaan. Berdiri pada 1962, perusahaan ini merupakan department store modern pertama di Indonesia. Gagasan pendiriannya lahir dari visi Presiden Soekarno yang ingin menghadirkan ruang ritel negara sebagai simbol kemandirian ekonomi dan kebanggaan nasional. Dalam perjalanannya, Sarinah memikul peran ganda: entitas bisnis sekaligus instrumen kebijakan untuk mendukung produk dalam negeri dan pelaku usaha lokal.
Karena itu, pergantian pucuk pimpinan di Sarinah kerap dibaca lebih dari sekadar rotasi manajemen. Ia mencerminkan arah kebijakan negara dalam melihat masa depan ritel, posisi UMKM, serta peran ekonomi kreatif di tengah persaingan global.
Latar Pendidikan dan Cara Pandang Ritel
Raisha Syarfuan menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Ia meraih gelar Bachelor of Business Administration dari Parsons School of Design, institusi yang dikenal menggabungkan bisnis, desain, dan industri kreatif. Selama masa studi, Raisha mendalami desain, manajemen bisnis, serta luxury business, bidang yang menekankan identitas merek, pengalaman konsumen, dan nilai di balik sebuah produk.
Pengalaman akademiknya juga diperluas melalui paparan lingkungan kreatif di Paris. Kombinasi ini membentuk pandangannya bahwa ritel bukan semata soal transaksi jual beli, melainkan ruang pengalaman, tempat cerita, nilai budaya, dan kualitas produk bertemu dengan kebutuhan pasar. Perspektif tersebut kemudian tercermin dalam pendekatan kurasi Sarinah, di mana produk lokal tidak hanya dijual, tetapi diperkenalkan konteks dan identitasnya kepada konsumen.
Rekam Jejak Profesional Lintas Sektor
Sebelum memimpin Sarinah, Raisha memiliki pengalaman lintas sektor. Ia pernah berkarier di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai Senior Manager pada periode 2010–2014, terlibat dalam pengembangan layanan dan strategi pemasaran untuk segmen nasabah.
Setelah itu, ia bergabung dengan PT Swisstime Perkasa International sebagai Senior Manager Corporate Marketing. Perusahaan ini dikenal sebagai distributor jam tangan dan merek fesyen kelas atas di Indonesia. Pengalaman tersebut memperdalam pemahamannya mengenai pengelolaan merek, perilaku konsumen, dan standar ritel premium.
Raisha juga sempat menjabat sebagai Direktur dan Senior Consultant di PT Indo Siber Telematika, terlibat dalam pendampingan strategi bisnis dan pengelolaan organisasi. Latar belakang ini menunjukkan bahwa ia datang dari dunia profesional yang dekat dengan dinamika pasar, bukan dari jalur birokrasi semata.
Masuk Sarinah dan Tantangan Awal
Penunjukan Raisha sebagai Direktur Utama Sarinah dilakukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Ia mulai memimpin pada fase pasca-revitalisasi fisik gedung Sarinah. Tantangan utamanya bukan lagi membangun infrastruktur, melainkan memastikan bangunan dan merek Sarinah benar-benar hidup secara ekonomi.
Di satu sisi, Sarinah dituntut sehat secara bisnis. Di sisi lain, perusahaan ini memikul fungsi sosial untuk memberi ruang bagi UMKM dan produk lokal agar mampu bersaing. Menjaga keseimbangan dua peran tersebut menjadi pekerjaan rumah utama di awal kepemimpinannya.
Baca Juga: Perayaan Sukacita yang Khidmat, Sarinah Gelar Festiloka Panggung Nusantara 2026 serta Doa Bersama
Sarinah sebagai Retail Experience Center
Di bawah kepemimpinan Raisha, Sarinah diarahkan menjadi retail experience center. Konsep ini menempatkan Sarinah bukan sebagai mal konvensional, melainkan ruang kurasi produk lokal dengan nilai budaya. Produk yang ditampilkan diseleksi berdasarkan kualitas, cerita, dan kesiapan pasar, bukan semata harga atau volume penjualan.
Pendekatan ini terlihat dalam pembukaan gerai Sarinah di Jakarta Premium Outlets. Melalui gerai tersebut, merek lokal diposisikan berdampingan dengan brand internasional, sebagai upaya menaikkan persepsi dan daya saing produk Indonesia. Langkah ini menjadi sinyal bahwa produk lokal tidak selalu harus berada di segmen bawah.
Sarinah juga berpartisipasi dalam Osaka Expo 2025, membawa produk unggulan Indonesia sekaligus memperkenalkan pendekatan berkelanjutan dalam ritel dan ekonomi kreatif kepada pasar global.
Penguatan UMKM dan Tantangan Keberlanjutan
Di dalam negeri, Raisha mendorong penguatan UMKM melalui program Sarinah Pandu. Program ini tidak hanya menyediakan ruang jual, tetapi juga pendampingan mencakup manajemen dasar, pemasaran, hingga penguatan merek. Tujuannya agar UMKM tidak berhenti sebagai pengisi etalase, melainkan siap memasuki pasar yang lebih luas.
Namun, tantangan program ini terletak pada kesinambungan dan skalanya, sejauh mana pendampingan dapat menjangkau lebih banyak pelaku usaha dan menghasilkan dampak jangka panjang.
Kepemimpinan dan Sensitivitas Sosial
Dalam sejumlah kebijakan, Raisha juga menunjukkan sensitivitas sosial. Salah satunya terlihat dari keputusan Sarinah meniadakan pesta kembang api saat perayaan tahun baru dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih sederhana dan bernuansa solidaritas. Langkah ini menegaskan bahwa Sarinah tidak hanya mengejar citra komersial, tetapi juga berupaya tetap relevan dengan konteks sosial masyarakat.
Menyebut kepemimpinan Raisha Syarfuan sebagai bab baru Sarinah bukan tanpa alasan. Ia membawa pendekatan pasar, pengalaman internasional, serta fokus pada kurasi dan pengalaman konsumen. Namun, bab ini masih berjalan. Keberhasilannya akan diukur dari kemampuan Sarinah bertahan dan tumbuh secara bisnis, memberi dampak nyata bagi UMKM, serta tetap menjaga identitasnya sebagai etalase karya Indonesia di tengah persaingan ritel yang semakin ketat.