Cepat dikaruniai keturunan, mungkin menjadi harapan bagi banyak pasangan yang baru menikah. Sayangnya, tak semua pasangan cepat diberikan momongan setelah menikah, sekalipun sudah bersenggama secara teratur, tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, serta subspesialis fertilitas endokrinologi dan reproduksi, dr. Shanty Olivia S. J., Sp.OG Subsp F.E.R, dalam diskusi bersama rekan media, Selasa (19/11/2024).
dr. Shanty mengungkap, ada sekira 10-15 persen pasangan yang belum memiliki keturunan di satu tahun pertama setelah bersenggama secara teratur. Kondisi ini biasa disebut sebagai interfilitas atau gangguan kesuburan.
“Penyebabnya apa? Jadi penyebab kalau kita gali, penyebabnya itu bisa berasal dari faktor suami, bisa juga berasal dari faktor istri. Male inter-family, dari faktor suami itu 30 persen. Dari faktor istri, 30 persen. Jadi kalau dipikir-pikir, posisinya sama ya. 20 persen itu unexplained, jadi kalau dari pemeriksaan normal. Kemudian, 20 persen lagi mix bisa dari faktor suam, faktor istri, dan faktor unexplained,” ujar dr. Shanty.
Baca Juga: Manfaat Yoga Prenatal: Solusi Sehat untuk Ibu Hamil di Setiap Trimester
Gangguan kesuburan pada perempuan paling sering disebabkan oleh masalah ovulasi atau hormonal diikuti oleh endometriosis, gangguan pada saluran panggul, dan faktor-faktor lain yang tidak diketahui sekira 10-12 persen.
Penanganan terhadap gangguan kesuburan dapat dilakukan dengan beberapa metode. Selain dengan bantuan obat-obatan penyubur yang digunakan untuk merangsang pematangan telur, bisa juga ditangani dengan menggunakan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB), salah satunya dengan melakukan prosedur inseminasi.
Apa Itu Inseminasi?
Secara garis besar, inseminasi merupakan teknik medis yang membantu proses reproduksi dengan cara memasukkan sperma ke dalam rahim atau saluran telur. Prosedur medis ini sering dipilih oleh pasangan suami istri untuk meningkatkan peluang kehamilan. Dengan kata lain, prosedur ini bisa menjadi solusi bagi pasangan yang sulit memiliki momongan setelah menikah.
Lebih lanjut, dr. shanty mengungkap perbedaan inseminasi dan prosedur bayi tabung yang juga merupakan bagian dari Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB).
Pada inseminasi, pembuahan tetap terjadi di dalam tubuh, sehingga saluran telur harus sehat dan tidak tersumbat. Sementara pada prosedur bayi tabung, pembuahan dilakukan di luar tubuh, sehingga tidak memerlukan saluran telur yang berfungsi.
Kapan Prosedur Inseminasi Harus Dilakukan?
dr. Shanty mengungkap, ada sejumlah faktor yang menjadi indikasi pasangan untuk mempertimbangkan prosedur inseminasi. Di antaranya seperti infertilitas atau gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya, endometriosis ringan, dan faktor pada pria yakni gangguan sperma ringan hingga sedang.
Baca Juga: Sederet Manfaat Yoga dalam Program Hamil, Dapat Meningkatkan Kesuburan Lho!
"Masalah pada sperma sering kali membuatnya sulit mencapai sel telur secara alami, karena sperma harus menempuh perjalanan panjang dari vagina, melalui mulut rahim, rahim, hingga saluran telur. Dengan inseminasi, jarak ini dipersingkat karena sperma langsung dimasukkan ke dalam rahim. Dari sana, sperma akan menuju saluran telur, meskipun sebagian mungkin tidak berhasil. Inseminasi bermanfaat terutama untuk menangani gangguan sperma, seperti masalah jumlah atau pergerakan,” jelas dr. Shanty.
Kemudian, ada faktor gangguan ovulasi pada wanita, di mana ovarium tidak mampu melepaskan telur yang matang. Lalu, ada faktor infeksi tertentu seperti hepatitis, HIV atau hepatitis C.
Syarat Inseminasi
Selain faktor, kata dr. Shanty, ada syarat tertentu yang juga perlu diperhatikan sebelum melakukan prosedur inseminasi. Untuk istri, syarat pertama yang harus dipenuhi adalah memiliki kondisi rahim dan saluran telur yang sehat.
“Karena nanti hasil dari pembuahan itu akan menempel dalam tubuh-tubuh saluran telur yang sehat. Jadi, tidak boleh tersumbat. Jadi, saluran-saluran itu dibutuhkan untuk proses ketemunya sperma sama saluran telur,” kata dr. Shanty.
Kemudian, harus ada ovulasi atau telur yang dilepaskan dari indung telurnya, karena sperma akan membuahkan sel telur yang matang. Syarat selanjutnya adalah sebaiknya inseminasi dilakukan di bawah usia 40 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan, usia ideal inseminasi dilakukan yakni di bawah 38 tahun.
"Sebaiknya di bawah 40 tahun karena selain jumlah, kualitas telur perempuan juga akan menurun drastis setelah usia 40 tahun," jelasnya.
Sementara untuk pria, syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan inseminasi adalah jumlah sperma yang bergerak minimal 5-10 juta/ml setelah pencucian. dr. Shanty menekankan, suami tidak boleh mengalami gangguan sperma berat seperti Azoospermia atau kondisi tidak memiliki sperma sama sekali.
Baca Juga: 10 Makanan Terbaik untuk Meningkatkan Kesuburan Menurut Ahli
Prosedur Inseminasi
Sebelum melakukan inseminasi, pasangan perlu menjalani konsultasi awal dan pemeriksaan untuk mengidentifikasi penyebab masalah kesuburan. Setelah itu, telur dimatangkan dengan bantuan obat atau injeksi hormon.
Inseminasi dilakukan ketika telur sudah matang, biasanya berukuran lebih dari 16 mm), dengan sperma yang sudah diproses dimasukkan langsung ke rahim menggunakan kateter khusus. Setelah prosedur, pasangan perlu menunggu sekitar dua minggu untuk mengetahui hasilnya.
Peluang Keberhasilan Inseminasi
Tingkat keberhasilan inseminasi berkisar 10-15%, jika sperma berasal dari pasangan sendiri. Angka ini memang tidak mencapai kehamilan alami, namun tetap menjadi opsi yang efektif untuk beberapa kondisi tertentu.
Inseminasi intrauterin adalah pilihan yang efektif untuk menangani masalah infertilitas ringan hingga sedang, dengan peluang keberhasilan yang bergantung pada banyak faktor medis dan gaya hidup.