Nama Mamat Alkatiri mungkin sudah tidak asing lagi di kalangan pecinta stand up comedy Indonesia. Selalu sukses mengundang gelak tawa, laki-laki bernama asli Muhammad Yusran Farid Alkatiri ini dikenal sebagai sosok yang jenaka, kreatif, dan unik dengan logat khas Indonesia Timur.

Melalui panggung komedi, Mamat tidak hanya menghibur, tetapi juga menyuarakan kritik sosial tentang kehidupan di tanah kelahirannya, Papua Barat.

“Hitam kulit, keriting rambut,” begitu salah satu kalimat yang sering diucapkannya di atas panggung.

Bukan sekadar lelucon, melainkan pernyataan identitas dan kebanggaan sebagai anak Papua. Melalui tawa, ia mengajak publik untuk memahami lebih dalam kehidupan masyarakat Indonesia Timur.

Lantas, seperti apa sosok Mamat Alkatiri lebih jauh? Berikut Olenka ulas profil singkatnya, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, Rabu (8/10/2025).

Latar Belakang dan Pendidikan

Dikutip dari Inilah, Mamat Alkatiri lahir di Papua Barat pada 24 Juni 1992. Ia merupakan pria keturunan Arab yang besar di Fakfak, Papua.

Perjalanannya di dunia hiburan tidak langsung dimulai dari panggung komedi. Mamat merantau ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, jurusan Kedokteran Gigi, dan berhasil lulus pada akhir 2020.

Di kota pelajar inilah ia mulai mengenal dunia stand up comedy dan bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Yogyakarta. Dikutip dari laman p2k.stekom.ac.id, Mamat dikenal sebagai komika multitalenta yang mengembangkan kariernya hingga ke dunia seni peran.

Awal Karier dan Perjuangan

Perjalanan Mamat sebagai komika dimulai sekitar tahun 2014, ketika ia bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Yogyakarta. Awalnya ia rutin tampil di berbagai panggung kecil.

Bersama tiga rekannya, yakni Ali Akbar, Aan Papeda, dan Fathi Djunaedi, Mamat membentuk acara bertajuk “Eastimewa”, yang bertujuan menggalang dana pendidikan bagi anak-anak Indonesia Timur.

Dikutip dari Tempo, keberhasilan acara tersebut menjadi salah satu batu loncatan kariernya. Mamat kemudian dipercaya menjadi komika pembuka dalam tur Pandji Pragiwaksono bertajuk “Juru Bicara” di Yogyakarta.

Namun, perjalanan menuju panggung nasional tidak selalu mulus. Ia sempat gagal dua kali saat mengikuti audisi Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) musim kelima dan keenam. Tidak menyerah, Mamat kembali mencoba pada musim ketujuh tahun 2017, dan berhasil lolos hingga menjadi runner-up.

Dikutip dari Kumparan, keberhasilan ini membuat namanya melejit sebagai komika nasional. Gaya bahasanya yang paradoks, penuh sinisme, dan menggunakan logat Timur yang kental menjadi ciri khas yang membedakannya dari komika lain.

Kritik Sosial dan Ciri Khas Komedi

Materi Mamat kerap menyentuh isu sosial-politik, terutama terkait Papua. Ia kerap menyampaikan keresahan sebagai anak Papua yang merantau, serta ironi tentang daerah kaya sumber daya, tetapi banyak masyarakatnya hidup dalam kesulitan.

Dikutip dari Kumparan, Mamat piawai mengubah keresahan itu menjadi lelucon tajam. Ia bukan hanya membuat penonton tertawa, tetapi juga berpikir.

Gaya bahasanya yang paradoks dan penuh sinisme berhasil mengemas kritik sosial dengan cara yang menghibur namun tetap tajam. Salah satu materi yang kerap dibawakannya adalah tentang ironi di Papua, provinsi lokasi tambang emas terbesar di Indonesia, namun mayoritas masyarakatnya masih hidup dalam kemiskinan.

Baca Juga: Mengenal Sosok Praz Teguh, Komika Ternama Indonesia yang Multitalenta