Dalam dunia mode yang kerap didominasi oleh nama-nama besar, sosok Khanaan Shamlan hadir sebagai desainer modest wear yang tak hanya bersinar dengan karya-karyanya, tapi juga menjadi simbol keberhasilan perempuan di ranah wirausaha kreatif.

Dengan pendekatan yang menggabungkan nilai-nilai keislaman, estetika modern, dan sentuhan elegan yang kuat, Khanaan menjadikan busana syar’i bukan hanya sebagai pilihan gaya, tetapi juga sebagai pernyataan jati diri.

Kecintaannya terhadap batik membawa khanaan menjadi salah satu designer Tanah Air yang konsisten mengangkat wastra Indonesia dalam setiap desainnya, karya-karya khanaan selalu memiliki ciri khas budaya Indonesia yang dikemas dengan sentuhan modern.

Lantas seperti apa sosok Khanaan Shamlan dan perjalanannya merintis brand Khanaan? Berikut Olenka rangkum sejumlah informasi terkait dari berbagai sumber, Senin (23/6/2025).

Profil Singkat dan Awal Merintis Karier

Khanaan Shamlan lahir di Pekalongan pada tahun 1990, kota yang dikenal sebagai salah satu pusat batik di Indonesia. Inilah yang membuatnya mantap pindah ke Jakarta dan melanjutkan sekolah mode di ESMOD Jakarta dengan mengangkat batik sebagai materi desainnya, dan lulus pada tahun 2008.

Pada 2009, hanya setahun setelah lulus, ia memberanikan diri membuka butik pertamanya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Saat itu, Khanaan masih mengusung konsep couture dan batik kontemporer.

Dikutip dari Kumparan Woman, awalnya, perempuan yang debut sebagai desainer di usia 19 tahun ini mendesain batik dalam bentuk dress mewah atau adibusana (couture).

Namun setelah mantap menggunakan hijab pada 2013 lalu, perlahan koleksi yang dihasilkan berubah menjadi modest wear namun tetap dengan ciri khas desain batik kontemporer.

Tahun 2016, ia merilis lini ready-to-wear dengan sentuhan modern yang tetap bersahaja, dan sejak saat itu namanya semakin diperhitungkan. Bahkan berkat koleksi batik kontemporernya ini, ibu tiga anak ini berkesempatan memamerkan karyanya pada pameran seni yang digelar oleh de Young Memorial Museum San Francisco.

Tantangan dan Perjalanan Khanaan Menjaga Jiwa Batik dalam Modest Fashion

Di balik kesuksesannya, Khanaan tidak lepas dari tantangan. Pada masa awal membangun brand, ia harus bekerja keras membentuk pasar karena saat itu busana muslim belum sepopuler sekarang.

Saat itu, belum ada kekuatan media sosial seperti hari ini, sehingga ia rajin mengikuti pameran dan fashion show demi mengenalkan produknya langsung ke konsumen. Baginya, proses edukasi konsumen adalah bagian dari perjuangan kreatif yang tak kalah penting.

Selain itu, dalam satu kesempatan, Khanaan mengatakan bahwa menjaga idealisme di tengah arus cepat industri fashion bukan perkara mudah, apalagi ketika menyangkut warisan budaya seperti batik. Inilah tantangan terbesar yang dirasakan olehnya.

Sejak awal, Khanaan adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi nilai artistik dalam karya. Ia mengaku lebih tertarik pada proses kreatif ketimbang aspek komersial.

"Saya hanya membuat baju yang menurut saya baik, itu yang akan saya presentasikan," ujarnya.

Tantangan lain datang saat bekerja sama dengan buyer dan e-commerce. Ia selalu menekankan bahwa produk batik handmade tak bisa disamakan dengan batik printing.

Meski penuh tantangan, Khanaan terus menjaga keunikan dan orisinalitas karya-karyanya. Inspirasi desainnya pun datang dari beragam sumber, mulai dari arsitektur, karena suami dan adiknya adalah arsitek, hingga film-film sejarah kolosal yang menggambarkan transformasi fashion dari era ke era.

Baca Juga: Mengenal Siriz Tentani, Pendiri Si.Se.Sa yang Mengangkat Modest Fashion ke Level Premium

Pencapaian

Sejak merintis pada 2009, Khanaan tak pernah sekadar mengikuti tren. Ia memilih jalan yang berbeda, yakni menghadirkan modest fashion dengan identitas kuat, bahkan ketika pasar belum sepenuhnya terbuka pada pendekatan itu.

Titik balik penting terjadi pada 2016, ketika Khanaan mulai fokus mengembangkan lini ready-to-wear yang tetap mempertahankan unsur batik dan sentuhan handmade khasnya.

Transisi ini membuka pintu lebih lebar bagi publik untuk mengakses koleksi Khanaan, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pionir di segmen fashion yang mengedepankan kualitas dan nilai budaya.

Pencapaian Khanaan tak berhenti di pasar domestik. Brand ini telah mengharumkan nama Indonesia di berbagai panggung internasional, seperti Arab Fashion Week, Qatar Arabian Fashion Night, dan yang paling membanggakan, de Young Fine Arts Museum di San Francisco, Amerika Serikat.

Di museum seni rupa kelas dunia tersebut, koleksi bertajuk ‘Identity’ ditampilkan, yakni koleksi yang menampilkan motif kawung dalam reinterpretasi modern, sekaligus menjadi representasi filosofi Indonesia di mata global.

Tak hanya mengukir prestasi lewat karya, Khanaan juga kerap menjalin kolaborasi strategis dengan brand besar. Salah satu yang mencuri perhatian adalah kolaborasinya dengan EXECUTIVE untuk menghadirkan koleksi Ramadan 2025.

Kolaborasi ini menggabungkan kekuatan desain embroidery mewah dari Khanaan dengan keahlian EXECUTIVE dalam teknik printing modern. Hasilnya adalah koleksi modest wear yang elegan, praktis, dan tetap penuh makna, mewakili semangat Ramadan dengan gaya yang refined.

Kini, selain memiliki butik di Cipete Raya No. 7, Jakarta Selatan, produk Khanaan pun telah merambah ke lima department store besar di Jakarta, memperluas jangkauan modest fashion yang elegan dan lokal.

Dengan segala pencapaiannya, Khanaan membuktikan bahwa fashion bukan sekadar soal tren, tetapi juga tentang identitas, edukasi, dan ekspresi budaya.

Pesan Khanaan Shamlan untuk Perempuan yang Ingin Memulai Bisnis Modest Wear

Memulai bisnis di dunia fashion, khususnya modest wear memang menjanjikan peluang besar. Namun, menurutKhanaan Shamlan, langkah awal yang paling penting bukanlah tren atau modal, melainkan niat yang jelas dan tujuan yang kuat.

“Harus bertanya pada diri sendiri, niatnya seperti apa, goals-nya apa,” ujarnya.

Menurutnya, tanpa pondasi itu, bisnis hanya akan berjalan sebentar, apalagi jika hanya sekadar ikut-ikutan hype. Ia mengibaratkannya seperti tren membuat kue kering saat Lebaran, ramai sesaat, tapi akan hilang jika tidak dibarengi dengan konsistensi dan visi jangka panjang.

Sebagai desainer yang telah 16 tahun berkarya di industri fashion Tanah Air, Khanaan paham betul bahwa perjalanan membangun brand tak pernah instan.

Ia pun lantas mendorong para pelaku bisnis modest wear untuk berpikir lebih jauh, bukan sekadar bersaing di pasar lokal, tetapi juga siap bertarung dengan brand-brand luar negeri yang masuk ke Indonesia.

Karena baginya, kunci untuk bisa bersaing ada pada pemanfaatan kekuatan lokal, baik dalam inspirasi, material, hingga filosofi.

“Tidak harus batik atau tenun. Tapi gali apa yang kita punya di Indonesia, dan kembangkan,” tandasnya.

Baca Juga: Mengenal Jihan Malik, Sosok di Balik Brand Heaven Lights yang Mewujudkan Mimpi Global dari Bisnis Rumahan