Bahkan, saat menempuh pendidikan SMA di Jakarta Intercultural School, Edward mengaku adalah murid yang malas. Namun, kondisi mulai berubah ketika Edward merantau dan menempuh pendidikan di Amerika Serikat.

Baca Juga: Terus Berinovasi, Ini Upaya Kopi Kenangan Perkenalkan Kopi Lokal Berkualitas ke Masyarakat

Ketika itu, Edward sempat menerima panggilan telepon dari orang tua. Di mana, ia diberitahu bahwa kondisi ekonomi keluarga sedang sulit, bisnis yang dijalani saat itu terdampak krisis ekonomi pada 2008. Hal itu lah yang membuat sang ibu meminta Edward untuk belajar lebih giat dan disiplin memanfaatkan waktu.

Saat itulah Edward mulai tersadar. Terketuk hatinya untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan belajar ekstra untuk menyelesaikan pendidikannya. Usaha Edward membuahkan hasil. Ia berhasil lulus dari dua jurusan yang diambilnya saat itu dan meraih gelar kehormatan magna cumlaude pada 2010.

Awal Karier Edward Tirtanata

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Edward kembali ke Tanah Air dan bekerja di perusahaan tambang batu bara milik keluarganya di Kalimantan Tengah. 

Setelah bisnis tambang batu bara milik sang ayah sempat naik daun, Edward dan keluarga kembali mengalami keterpurukan lantaran bisnis kembali memburuk seiring harga batubara yang semakin anjlok saat itu. 

Keluarga Edward akhirnya terpaksa menjual rumah dan seluruh aset perusahaan mereka untuk melunasi utang ke bank. Dari pengalaman itu, Edward menyadari bahwa menjalankan bisnis akan sulit jika harga ditentukan oleh pasar. 

Edward pun berpikir untuk menjalankan bisnis sendiri tanpa mengikuti harga pasar. Mulai dari mencoba berjualan pakaian, menjadi konsultan, memasarkan produk secara digital, hingga terjun ke dunia komoditas. Namun, satu per satu usahanya mengalami kegagalan dan kembali menutup usahanya.

Hingga akhirnya, Edward pun mencoba peruntungan di industri kuliner. Kala itu, Edward merasa bahwa  bisnis makanan dan minuman lebih mudah untuk mengatur harga, berbeda dengan bisnis batu bara.

Baca Juga: 4 Pengusaha Bisnis Kedai Kopi Tersukses di Indonesia: Omzet Melimpah, Cabang Menjamur, hingga Berekspansi ke Pasar Internasional

Mulai Merintis Kopi Kenangan

2015, menjadi awal bagi Edward menjalankan bisnisnya di industri kuliner. Tak sendiri, Edward menggandeng rekannya, James Prananto, untuk membuka bisnis kuliner teh premium bernama Lewis & Carroll Tea (L&C). Ide ini berawal dari mulai maraknya kedai kopi saat itu.

Namun sayang, bisnis teh premium yang dijual dengan harga relatif itu, membuat Edward & James jalan di tempat hingga harus gulung tikar. Hingga akhirnya, keduanya pun memutuskan untuk merintis bisnis kopi yang diberi nama Kopi Kenangan pada 2017 silam.

Belajar dari masa lalu, James dan Edward menghadirkan menu minuman kopi dengan harga yang ramah di kantong. Meski begitu, keduanya tetap mengedepankan bahan berkualitas. 

Strateginya berhasil. Gerai pertama Kopi Kenangan yang dirintis oleh James dan Edward berhasil menjual hingga 700 gelas kopi per harinya. Kini, Kopi Kenangan menjamur hingga ribuan gerai yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia hingga berekspansi ke pasar internasional.

Bahkan, James dan Edward berekspansi dengan membuka beberapa cabang Kenangan Heritage yang menawarkan konsep berbeda dari gerai Kopi Kenangan pada umumnya. Kenangan Heritage dibuka dengan tujuan menghadirkan pengalaman baru dan spesial dalam menikmati kopi, yakni perpaduan budaya lokal Indonesia melalui aneka menu minuman kopi yang diolah dari biji kopi pilihan dari seluruh Nusantara.