Sorot mata Suci Wijayanti terlihat tajam, nada bicaranya tegas. Ia mengatakan, Batik Sakera bukan sekadar bisnis namun usaha untuk mengantarkan batik Madura ke panggung internasional.

Di kediaman Suci Wijayanti berjejer kain batik tulis asal Madura dengan berbagai macam ukuran dan warna. Ketiga anaknya yang masih berusia di bawah lima tahun bermain di antara kain-kain batik tersebut. Sesekali ia membuka lebar beberapa kain agar tim redaksi Olenka bisa melihat dengan jelas keindahan motif batik Madura.

Wanita yang merupakan pendiri sekaligus pemilik brand Batik Sakera ini mengatakan, keindahan dan kualitas batik Madura sudah lama terkubur. Ia mengaku terpanggil untuk mendirikan Batik Sakera pada tahun 2016 silam guna mengangkat kembali masa keemasan dan kejayaan batik Madura yang melegenda.

"Saya lahir di Madura. Saya menyaksikan ruh batik di kebudayaan Madura itu kuat sekali. Saya ingin dunia tahu keindahan batik Madura," katanya kepada tim redaksi Olenka di kediamannya, Jakarta Barat, Minggu (18/5/2025).

Baca Juga: Mengenal 10 Motif Batik Ternama di Indonesia

Suci mengisahkan, pada tahun 2016 ia mendapat kenalan pengusaha asal Singapura bernama Kim yang berminat melakukan kolaborasi untuk mengembangkan Batik Sakera. Kim juga siap mengeluarkan modal untuk pengembangan bisnis.

Hanya saja, pengusaha asal Singapura tersebut lebih berminat menjual produk Batik Sakera di Indonesia. Salah satu konsumen awal Batik Sakera ternyata memang berasal dari Indonesia, yakni salah satu sekolah Islam yang memesan sebanyak 471 lembar kain batik tulis.

"Di awal merintis bisnis itu ternyata aku ditipu. Perajin rekanan curang karena menggunakan teknik cap, bukan teknik tulis. Kualitas warna juga bermasalah karena tidak seragam. Hasil produksi ditolak oleh pembeli. Batik Sakera rugi puluhan juta," kisahnya.

Tak hanya soal produksi, ia juga sempat mengalami kendala di pemasaran. Salah satu cara Batik Sakera menjangkau pasar mancanegara adalah dengan membuka gerai di salah satu bandara di Indonesia. Kala itu Suci turun langsung menjaga toko dan menawarkan produk kepada para pengunjung bandara. Ternyata, pekerjaan keliling bandara buat memasarkan produk itu sangat melelahkan. 

"Tepat setelah satu bulan bekerja di bandara, aku jatuh sakit selama dua minggu," tuturnya.

Selain membuka di bandara, Batik Sakera juga membuka gerai di beberapa tempat premium lain dengan harapan bisa menggaet konsumen mancanegara seperti di Mall Pacific Place, Mall Lotte Shopping Avenue, hingga di Mall Sarinah.

Wanita kelahiran Sumenep Madura ini menyadari, perjuangan mengantarkan batik Madura ke panggung internasional pasti tidak mudah. Perjuangan ini tidak bisa dilakukan dalam hitungan hari, tapi membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

"Semangat saya untuk mengangkat batik Madura tersimbolkan di dalam nama Sakera yang merupakan pejuang asal Madura," ujarnya.

Masuk ke Digital

Suci tak menyangka, konsumen mancanegara pertama Batik Sakera ternyata berasal dari pemasaran digital, tepatnya media sosial. Kala itu ada pengusaha asal Brasil yang sedang berkunjung ke Indonesia dan membutuhkan batik. Sang pembeli mendapat informasi soal Batik Sakera dari media sosial.

"Pengusaha asal Brasil itu datang ke gerai kami dan membeli produk Batik Sakera," katanya.

Wanita kelahiran 1986 ini pun menyadari potensi besar pemasaran digital untuk menembus pasar mancanegara. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat akun media sosial, akun di beberapa platform e-commerce, hingga situs web Batik Sakera.

"Kini produk Batik Sakera sudah menembus pasar Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Amerika Serikat, hingga Irlandia," ujarnya bangga.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengaku sepakat bahwa platform digital khususnya e-commerce bisa memberi peluang besar bagi para pelaku UMKM untuk memperluas pasar dan meningkatkan penjualan, termasuk ke pasar global.

"Apabila pelaku UMKM masuk ke e-commerce pasti akan meningkatkan penjualan dan memperluas pasar," katanya kepada Olenka di Kantor Celios di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (20/5/2025).

Ia meyakini, langkah para pelaku UMKM untuk masuk ke platform digital khususnya e-commerce merupakan pilihan tepat. Berdasarkan laporan Celios bertajuk Outlook Ekonomi Digital 2025 diketahui bahwa nilai transaksi e-commerce pada tahun 2024 mencapai Rp468,6 triliun atau naik tiga persen secara tahunan apabila dibandingkan tahun 2023. Kemudian nilai transaksi e-commerce pada tahun 2025 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 0,5 persen menjadi Rp471 triliun.

Nailul Huda menjelaskan, ada tiga tahapan bagi UMKM untuk memaksimalkan potensi platform digital dengan optimal, yakni (1) menggunakan aplikasi perpesanan, (2) memanfaatkan platform media sosial, dan (3) menggunakan e-commerce. Ia meyakini, UMKM yang menguasai aplikasi perpesanan dan media sosial akan lebih berpeluang untuk sukses di platform e-commerce.

"Ketika sudah memahami seluk-beluk aplikasi perpesanan dan media sosial, saya rasa para pelaku UMKM baru bisa optimal di e-commerce," ujarnya.

Setelah masuk ke platform digital, ia mendorong para pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas produk agar bisa bersaing di pasar global. Ia juga mendorong platform digital dan pemerintah untuk turut serta memberikan pelatihan kepada para pelaku UMKM agar bisa meningkatkan daya saing usaha.

"Dari sisi platform digital itu perlu mengadakan pelatihan, kelas, dan sebagainya kepada para pelaku UMKM," tegasnya.

Terkait peran e-commerce mendukung para pelaku UMKM untuk menembus pasar mancanegara, Head of Public Affairs Shopee Indonesia, Radynal Nataprawira, mengatakan bahwa pihaknya memiliki Program Ekspor Shopee untuk membantu UMKM masuk ke pasar internasional. Ia mengatakan program ini telah dijalankan sejak tahun 2019 lalu.

"Kami bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk pemerintah dan mitra strategis untuk memastikan produk lokal dapat menjangkau pasar global," katanya kepada Olenka dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (21/5/2025).

Dukungan

Platform e-commerce memiliki komitmen kuat untuk mendukung para pelaku UMKM agar bisa bertumbuh dan menembus pasar global. Hal tersebut ditegaskan oleh salah satu platform e-commerce ternama di Tanah Air, yakni Shopee Indonesia.

Direktur Eksekutif Shopee Indonesia, Christin Djuarto, mengatakan pihaknya senantiasa berupaya untuk mendukung para pelaku UMKM melalui berbagai inovasi yang dapat menjadi kunci pertumbuhan bisnis secara berkesinambungan di dalam maupun luar negeri.

Christin Djuarto mencontohkan, beberapa program dan inovasi yang dilakukan oleh Shopee Indonesia seperti Program Sukses UMKM Baru yang memberikan dukungan bagi pengusaha UMKM pemula, pelatihan bagi UMKM melalui Kampus UMKM Shopee-Kelas Online, hingga Program Ekspor Shopee yang membuka peluang bagi UMKM lokal merambah pasar global.

"Shopee akan terus berupaya menghadirkan berbagai inovasi, program, dan fitur yang dapat mendorong pertumbuhan berkelanjutan UMKM dan produk lokal," katanya.

Ia menjelaskan, Shopee Indonesia telah memasarkan lebih dari 50 juta produk UMKM ke berbagai destinasi di Asia Tenggara, Asia Timur, hingga Amerika Latin melalui Program Ekspor Shopee. Ia merinci, kategori produk ekspor teratas yakni fashion muslim, fashion wanita, serta fashion bayi dan anak.

"Jumlah produk lokal yang telah diekspor ke berbagai negara pada tahun 2024 lalu mengalami peningkatan hampir 50 persen dibandingkan tahun 2023," ujarnya.

Ia menambahkan, ratusan ribu UMKM telah mengikuti pelatihan di Kampus UMKM Shopee guna mengembangkan kapasitas dan keterampilan digital. Guna memperluas jangkauan pelatihan, Shopee memperkenalkan kelas online pada tahun 2025 ini.

Kurikulum di Kampus UMKM Shopee membahas tentang modul affiliate marketing solutions (AMS), modul optimalisasi performa toko, modul optimalisasi bisnis melalui kampanye, modul optimalisasi bisnis melalui iklan Shopee, hingga modul optimalisasi eksposur bisnis melalui fitur Shopee.

"Para pelaku UMKM di seluruh Indonesia bisa memilih program pelatihan yang mereka butuhkan dan mengikuti kelas pelatihan tersebut secara online," tegasnya.

Sementara itu, Wakil Menteri UMKM Helvi Yuni Moriza mengatakan bahwa saat ini dukungan yang paling dibutuhkan oleh para pelaku UMKM adalah mewujudkan transformasi digital. Adapun, transformasi digital yang dimaksud adalah mendorong UMKM memanfaatkan platform digital seperti e-commerce.

Berdasarkan data Kementerian UMKM, pada saat ini baru 25 juta pelaku UMKM yang telah terhubung dengan ekosistem digital atau sekitar 39,81 persen dari total 64,2 juta pelaku UMKM. 

"UMKM harus masuk ke platform digital," pungkas Wamen Helvi.