Revolusi Industri 1.0: Era Mesin Uap
Pada revolusi industri pertama terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi dan teknologi. Jika pada masa itu masih banyak pekerjaan yang mengandalkan tenaga manusia dan hewan meskipun memiliki banyak kendala yang cukup besar akibat keterbatasan ketersedian tenaga-tenaga yang dihasilkan.
Namun, setelah adanya revolusi industri 1.0 semuanya berubah ketika ditemukannya sebuah alat penenun benang mekanik pada tahun 1784 oleh James Watt. Hal ini menyebabkan tenaga manusia maupun tenaga hewan tidak lagi dibutuhkan yang mengakibatkan banyaknya pengangguran meski jumlah produksinya meningkat. Penemuan mesin uap ini meningkat penghasilan perkapita negara menjadi enam kali lipat.
Perubahan pada moda transportasi, seperti transportasi laut yang menggunakan tenaga angin meski angin tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Maka dengan penemuan mesin uap James Watt, kapal dapat berjalan 24 jam dengan mengandalkan mesin uap.
Revolusi Industri 2.0: Era Produksi Massal
Kemunculan revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20 yang dikenal dengan revolusi teknologi. Revolusi industri yang terjadi ini ditandai dengan adanya penemuan tenaga listrik yang membuat mesin uap yang tadinya sering digunakan dalam proses produksi semakin lama digantikan dengan adanya tenaga listrik tersebut.
Namun kendala lain ditemukan dalam proses produksi, yaitu proses transportasi. Untuk memudahkan proses produksi di dalam pabrik yang umumnya cukup luas, alat transportasi untuk pengangkutan barang berat seperti mobil sangat diperlukan.
Dampak dari revolusi industri 2.0 ini yang lain dapat kita lihat dengan adanya kejadian Perang Dunia II, dimana pada hal tersebut terjadi berbagai kendaraan perang seperti pesawat tempur, tank, hingga senjata lainnya melakukan proses produksi dalam skala yang besar.
Pada era revolusi industri ini juga terjadinya perkembangan pada manajemen bisnis yang membuat semakin besarnya kemungkinan untuk meningkatkan efektifitas serta efisiensi berbagai fasilitas yang ada di industri.
Revolusi tersebut yang membuat terbentuknya berbagai divisi pekerjaan dimana setiap individu ataupun pekerja hanya berfokus pada pekerjaannya di bagian tertentu dari keseluruhan proses produksi yang ada. Sehingga, assembly lines atau proses manufaktur yang ada, dimana setiap divisi memiliki perannya masing-masing dan disusun berdasarkan urutan yang jelas untuk menciptakan sebuah produk dari proses yang berlangsung akan lebih efisien dan cepat.
Revolusi industri 3.0: Era Teknologi Informasi
Kemunculan teknologi digital dan internet menandakan dimulainya revolusi industri 3.0. Sekitar akhir abad ke-20, penemuan dan pembuatan perangkat elektronik memungkinkan otomatisasi mesin secara lebih penuh. Periode ini melahirkan perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras elektronik.
Dalam pandangan sosiolog Inggris David Harvey, revolusi industri 3.0 atau juga disebut revolusi digital adalah proses pemanfaatan ruang dan waktu. Artinya, waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Revolusi ini juga mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer.
Pasca kehadiran revolusi industri 3.0 ini, masa industri juga perlahan-lahan berubah menjadi masa informasi. Selain itu, revolusi ini menjadi revolusi yang sangat penting untuk sektor industri manufaktur. Karena, industri manufaktur sangat memerlukan ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Berbagai penemuan seperti semikonduktor, disusul transistor, dan integrated chip membuat ukuran komputer semakin kecil, kebutuhan konsumsi daya listrik semakin sedikit.
Untuk itu, sebagai upaya pemanfaatan teknologi informasi, saat ini proses produksi sudah mulai di komputerisasi agar bisa menghasilkan produksi yang besar dalam waktu yang singkat.
Revolusi Industri 4.0: Era Digitalisasi dan Kecerdasan Buatan
Revolusi industri 4.0 mulai populer sejak Klaus Schwab, Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF), memperkenalkannya melalui artikel yang diterbitkan di Foreign Affairs, "The Fourth Industrial Revolution". Itu sekaligus menjadi penanda perubahan sistem industri, dari digital menjadi otomatisasi.
World Economic Forum dalam studinya menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 ditandai dengan pembaruan teknologi. Hal itu mampu menghapus batas-batas aktivitas ekonomi dari perspektif fisik, digital, maupun biologi.
Era revolusi industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Era revolusi industri 4.0 telah menjadi topik perbincangan semua kalangan. Mulai dari pemerintah, masyarakat, bahkan perusahaan pun berusaha mengerahkan berbagai macam strategi untuk menghadapinya.
Pada Revolusi industri 4.0 ini, teknologi digital, internet, komputerisasi, microchip, internet of things (IoT), deep learning, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), machine learning, menjadi pemimpin aspek produksi dan manufaktur. Banyak aktivitas manusia, termasuk pekerjaan dan gaya hidup, mengalami perubahan menjadi lebih praktis.
Revolusi industri 4.0 merupakan juga tahap perkembangan perubahan besar-besaran di segala aspek kehidupan manusia. Terjadinya ledakan besar-besaran di bidang teknologi, merubah cara manusia hidup maupun bekerja. Contohnya seperti sensor cerdas, analisis data canggih, dan sistem otomatisasi yang berhasil menghasilkan produksi secara efisien dan terkendali.
Revolusi Industri 5.0
Setelah revolusi industri 4.0, selanjutnya ada revolusi industri 5.0 yang masih dalam konsep perkembangan, karena beberapa negara masih beradaptasi dengan revolusi industri 4.0.
Dikutip dari laman koran tempo, era revolusi industri kelima ini merupakan konsep yang masih dalam tahap pengembangan dan perdebatan. Tapi, secara umum, era ini mengacu pada perkembangan teknologi yang terus meningkatkan otomasi dan digitalisasi dalam industri serta sektor produksi.
Konsep revolusi industri 5.0 ini berfokus pada penggabungan antara teknologi dan manusia, serta kebutuhan untuk mengembangkan sistem yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan dalam lingkungan produksi. Revolusi industri 5.0 juga masih mengedepankan integrasi teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Thing (IoT), dan robotika.
Di negara Jepang, para petani sudah mendirikan Society 5.0, yaitu upaya untuk memberikan pemahaman masyarakat untuk memanfaatkan teknologi pintar.
Baca Juga: Kisah Ignasius Jonan Dorong Digitalisasi dalam Industri Penerbangan Indonesia