Istilah revolusi industri mungkin terdengar familiar bagi sebagian orang. Ditambah lagi, belakangan ini banyak pihak yang membicarakan tentang revolusi industri 4.0. Baik itu tokoh nasional maupun tokoh internasional kerap kali berbicara “Bersiaplah menyongsong industri 4.0” atau “Kita harus bisa memanfaatkan fenomena Industri 4.0.” 

Lantas sebetulnya, apa itu revolusi industri? Dikutip dari National Geographic, revolusi industri merupakan sebuah peristiwa yang awal mulanya terjadi di Inggris pada abad ke-18, di mana saat itu terjadi perubahan besar-besaran.

Perubahan tersebut berdampak besar bagi kondisi sosial, ekonomi, hingga budaya di seluruh dunia. Revolusi industri  sudah tercatat dalam sejarah terjadi sebanyak tiga kali dan manusia pada masa kini sedang mengalami revolusi yang keempat atau 4.0.

Istilah perkembangan revolusi industri 1.0 sampai 4.0 itu sendiri adalah penanda bahwasannya perubahan besar dalam dunia industri telah terjadi sebanyak 4 masa sehingga melahirkan 4 era yang berbeda.

Kesemua perkembangan tersebut tentu memiliki dampaknya masing-masing, mulai dari perubahan teknologi produksi karena transformasi industri, perubahan tatanan sosial & ekonomi, masalah lingkungan, bahkan sampai peradaban manusia.

Dan, berikut Olenka ulas perjalanan revolusi industri 1.0 hingga 4.0, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber.

Pengertian Revolusi industri 

Revolusi industri, singkatnya, adalah sebuah proses perubahan ekonomi dari yang berlandaskan kerajinan dan agraris menjadi ekonomi yang berlandaskan industri serta manufaktur mesin. Misalnya, zaman dulu para petani menggarap lahan dengan bantuan kerbau dan alam, sekarang mereka menggunakan mesin-mesin yang lebih cepat dan efisien.

Istilah “revolusi industri” pertama kali dikeluarkan oleh Louis Auguste Blanqui dan Friedrich Engels saat menyaksikan pergantian tenaga manusia dan hewan untuk keperluan produksi menjadi tenaga mesin yang berbasis manufaktur.

Revolusi industri juga menjadi perubahan besar dan mendasar yang ikut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari ekonomi, sosial, hingga budaya. Karena itu, melalui revolusi ini kita diajarkan untuk bekerja secara efektif dan modern dengan memanfaatkan teknologi.

Faktor Pemicu Revolusi industri 

Setidaknya, terdapat 4 faktor utama pemicu munculnya era-era revolusi industri , yaitu:

  1. Faktor Teknologi: Di bidang teknologi, penggunaan sumber energi baru termasuk bahan bakar dan tenaga penggerak, seperti mesin uap dan listrik, ataupun dalam transportasi dan komunikasi seperti penemuan lokomotif uap, kapal uap, pesawat, telegram dan radio.  Adanya perubahan teknologi tersebut memungkinkan penggunaan sumber daya alam yang meningkat, diiringi produksi massal barang-barang manufaktur.
  2. Faktor Ekonomi: Pada bidang ekonomi, terjadi peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur. Sehingga revolusi industri  menghasilkan distribusi kekayaan yang lebih luas.  Revolusi industri menumbuhkan peningkatan usaha industri dan pabrik secara besar-besaran yang menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk secara besar besaran dari desa ke kota yang menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.
  3. Faktor Sosial Budaya: Revolusi industri juga berdampak pada kegiatan sosial budaya yang diterapkan disuatu daerah dan digunakan oleh masyarakat setempat. Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, revolusi industri  membawa transformasi budaya khususnya budaya di negara Inggris.
  4. Faktor Politik: Faktor terakhir yang turut menjadi penyebab terjadinya revolusi industri  adalah faktor perpolitikan suatu negara. Faktor politik ini dapat dilihat dari berbagai hal, seperti ambisi suatu pemerintahan untuk menjadikan negaranya lebih makmur atau menuju kemakmuran; kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah khususnya dalam penataan kegiatan perindustrian; bahkan, keinginan suatu negara yang tidak ingin kalah saing oleh negara tetangga atau negara lawannya, dll.

Baca Juga: Adopsi Kecerdasan Buatan (AI) Bantu Industri Tekan Kerugian Akibat Kebocoran Data

Revolusi Industri 1.0: Era Mesin Uap

Pada revolusi industri pertama terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi dan teknologi. Jika pada masa itu masih banyak pekerjaan yang mengandalkan tenaga manusia dan hewan meskipun memiliki banyak kendala yang cukup besar akibat keterbatasan ketersedian tenaga-tenaga yang dihasilkan.

Namun, setelah adanya revolusi industri 1.0 semuanya berubah ketika ditemukannya sebuah alat penenun benang mekanik pada tahun 1784 oleh James Watt. Hal ini menyebabkan tenaga manusia maupun tenaga hewan tidak lagi dibutuhkan yang mengakibatkan banyaknya pengangguran meski jumlah produksinya meningkat. Penemuan mesin uap ini meningkat penghasilan perkapita negara menjadi enam kali lipat.

Perubahan pada moda transportasi, seperti transportasi laut yang menggunakan tenaga angin meski angin tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Maka dengan penemuan mesin uap James Watt, kapal dapat berjalan 24 jam dengan mengandalkan mesin uap.

Revolusi Industri 2.0: Era Produksi Massal

Kemunculan revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20 yang dikenal dengan revolusi teknologi. Revolusi industri yang terjadi ini ditandai dengan adanya penemuan tenaga listrik yang membuat mesin uap yang tadinya sering digunakan dalam proses produksi semakin lama digantikan dengan adanya tenaga listrik tersebut.

Namun kendala lain ditemukan dalam proses produksi, yaitu proses transportasi. Untuk memudahkan proses produksi di dalam pabrik yang umumnya cukup luas, alat transportasi untuk pengangkutan barang berat seperti mobil sangat diperlukan. 

Dampak dari revolusi industri 2.0 ini yang lain dapat kita lihat dengan adanya kejadian Perang Dunia II, dimana pada hal tersebut terjadi berbagai kendaraan perang seperti pesawat tempur, tank, hingga senjata lainnya melakukan proses produksi dalam skala yang besar.

Pada era revolusi industri ini juga terjadinya perkembangan pada manajemen bisnis yang membuat semakin besarnya kemungkinan untuk meningkatkan efektifitas serta efisiensi berbagai fasilitas yang ada di industri.

Revolusi tersebut yang membuat terbentuknya berbagai divisi pekerjaan dimana setiap individu ataupun pekerja hanya berfokus pada pekerjaannya di bagian tertentu dari keseluruhan proses produksi yang ada. Sehingga, assembly lines atau proses manufaktur yang ada, dimana setiap divisi memiliki perannya masing-masing dan disusun berdasarkan urutan yang jelas untuk menciptakan sebuah produk dari proses yang berlangsung akan lebih efisien dan cepat.

Revolusi industri  3.0: Era Teknologi Informasi

Kemunculan teknologi digital dan internet menandakan dimulainya revolusi industri 3.0. Sekitar akhir abad ke-20, penemuan dan pembuatan perangkat elektronik memungkinkan otomatisasi mesin secara lebih penuh. Periode ini melahirkan perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras elektronik. 

Dalam pandangan sosiolog Inggris David Harvey, revolusi industri 3.0 atau juga disebut revolusi digital adalah proses pemanfaatan ruang dan waktu. Artinya, waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Revolusi ini juga mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer. 

Pasca kehadiran revolusi industri 3.0 ini, masa industri juga perlahan-lahan berubah menjadi masa informasi. Selain itu, revolusi ini menjadi revolusi yang sangat penting untuk sektor industri manufaktur. Karena, industri manufaktur sangat memerlukan ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Berbagai penemuan seperti semikonduktor, disusul transistor, dan integrated chip membuat ukuran komputer semakin kecil, kebutuhan konsumsi daya listrik semakin sedikit.

Untuk itu, sebagai upaya pemanfaatan teknologi informasi, saat ini proses produksi sudah mulai di komputerisasi agar bisa menghasilkan produksi yang besar dalam waktu yang singkat.

Revolusi Industri 4.0: Era Digitalisasi dan Kecerdasan Buatan

Revolusi industri 4.0 mulai populer sejak Klaus Schwab, Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF), memperkenalkannya melalui artikel yang diterbitkan di Foreign Affairs, "The Fourth Industrial Revolution". Itu sekaligus menjadi penanda perubahan sistem industri, dari digital menjadi otomatisasi.

World Economic Forum dalam studinya menyatakan bahwa revolusi industri 4.0 ditandai dengan pembaruan teknologi. Hal itu mampu menghapus batas-batas aktivitas ekonomi dari perspektif fisik, digital, maupun biologi.

Era revolusi industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Era revolusi industri 4.0 telah menjadi topik perbincangan semua kalangan. Mulai dari pemerintah, masyarakat, bahkan perusahaan pun berusaha mengerahkan berbagai macam strategi untuk menghadapinya.

Pada Revolusi industri 4.0 ini, teknologi digital, internet, komputerisasi, microchip, internet of things (IoT), deep learning, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), machine learning, menjadi pemimpin aspek produksi dan manufaktur. Banyak aktivitas manusia, termasuk pekerjaan dan gaya hidup, mengalami perubahan menjadi lebih praktis.

Revolusi industri 4.0 merupakan juga tahap perkembangan perubahan besar-besaran di segala aspek kehidupan manusia. Terjadinya ledakan besar-besaran di bidang teknologi, merubah cara manusia hidup maupun bekerja. Contohnya seperti sensor cerdas, analisis data canggih, dan sistem otomatisasi yang berhasil menghasilkan produksi secara efisien dan terkendali.

Revolusi Industri 5.0

Setelah revolusi industri 4.0, selanjutnya ada revolusi industri 5.0 yang masih dalam konsep perkembangan, karena beberapa negara masih beradaptasi dengan revolusi industri  4.0.

Dikutip dari laman koran tempo, era revolusi industri  kelima ini merupakan konsep yang masih dalam tahap pengembangan dan perdebatan. Tapi, secara umum, era ini mengacu pada perkembangan teknologi yang terus meningkatkan otomasi dan digitalisasi dalam industri serta sektor produksi.

Konsep revolusi industri 5.0 ini berfokus pada penggabungan antara teknologi dan manusia, serta kebutuhan untuk mengembangkan sistem yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan dalam lingkungan produksi. Revolusi industri 5.0 juga masih mengedepankan integrasi teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Thing (IoT), dan robotika.

Di negara Jepang, para petani sudah mendirikan Society 5.0, yaitu upaya untuk memberikan pemahaman masyarakat untuk memanfaatkan teknologi pintar.

Baca Juga: Kisah Ignasius Jonan Dorong Digitalisasi dalam Industri Penerbangan Indonesia

Dampak Revolusi industri 1.0 sampai 4.0

Mengutip laman sasanadigital.com, setidaknya ada berbagai dampak revolusi industri  khususnya di bidang ekonomi & bisnis, lingkungan, politik, dan sosial & budaya. Berikut penjelasannya.

Dampak Positif Perkembangan Industri

  • Dampak Positif di Bidang Ekonomi & Bisnis: Dampak perubahan industri di bidang ekonomi dapat dilihat dari bagaimana pengaruhnya terhadap laju ekonomi suatu negara. Bagi negara-negara yang siap menyambut adanya revolusi industri , tentu perekonomian serta pertumbuhan bisnis & industri di berbagai sektor dapat meningkat secara signifikan. Peningkatan ini terjadi bukan tanpa alasan, tapi dikarenakan tingkat produktivitas di berbagai hal mulai dari hulu sampai hilir telah menjadi lebih efisien dan juga efektif.
  • Dampak Positif di Bidang Lingkungan: Lingkungan merupakan sektor yang akan menerima dampak langsung sekaligus yang terbesar dari adanya revolusi industri. Meskipun pada saat ini dampak negatif revolusi industri  terhadap lingkungan masih saja mendominasi, diharapkan arah perkembangan teknologi di era 4.0 ke depannya mampu mempertimbangkan masalah lingkungan agar terwujudnya keberlanjutan (sustainability).
  • Dampak Positif di Bidang Politik: Dampak revolusi industri  dalam bidang politik dapat dilihat dari penerapan kebijakan-kebijakan strategis oleh pemerintah yang dapat membantu dunia bisnis dan industri menjadi lebih maju. Selain itu secara tidak langsung di bidang politik, revolusi industri  mengakibatkan martabat suatu bangsa dapat naik atau bahkan turun di mata negara-negara lain karena kemampuannya dalam beradaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh revolusi industri.
  • Dampak Positif di Bidang Sosial & Budaya: Revolusi industri juga membawa pengaruh besar terhadap kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat Anda lihat dengan membandingkan bagaimana kehidupan manusia pada era 1.0 sampai 4.0. Pengaruh tersebut dapat membawa kehidupan sosial & budaya masyarakat menjadi semakin maju. Mereka yang dulunya asing dengan kata teknologi, perlahan-lahan akan terbiasa bahkan ikut mengambil peran dalam mengembangkannya.

Dampak Negatif Perkembangan Industri

  • Dampak Negatif di Bidang Ekonomi & Bisnis: Jika revolusi industri membawa angin segar bagi negara-negara yang siap menyambutnya, maka lain halnya dengan perekonomian negara-negara yang masih berusaha untuk berkembang. Alasannya, negara-negara ini butuh upaya lebih agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman untuk mengejar ketertinggalan mereka. Jika dalam jangka panjang negara-negara ini tidak mampu beradaptasi, maka jarak menuju kemakmuran akan jadi semakin jauh.
  • Dampak Negatif di Bidang Lingkungan: Dampak negatif yang timbul karena adanya revolusi industri salah satunya disebabkan karena semakin banyaknya sumber daya yang tereksploitasi, bahkan secara ugal-ugalan. Akibatnya, muncul hal-hal buruk yang berdampak langsung terhadap lingkungan seperti pencemaran, rusaknya alam seperti hutan dan sungai, penumpukan sampah yang sulit didaur ulang, hingga tersebarnya zat-zat terkontaminasi yang berbahaya bagi semua makhluk hidup.
  • Dampak Negatif di Bidang Politik: Dampak negatif yang dihadirkan oleh revolusi industri di bidang perpolitikan contohnya adalah tereksploitasinya negara-negara berkembang (yang belum siap menyambut kehadiran revolusi industri) oleh negara-negara maju. Eksploitasi ini juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan suatu negara karena adanya berbagai tekanan dari luar.
  • Dampak Negatif di Bidang Sosial & Budaya: Yang terakhir, dampak negatif yang muncul dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat contohnya adalah infiltrasi budaya-budaya asing yang bisa saja sebagian besar tidak cocok dengan budaya setempat. Misalnya, budaya-budaya barat yang terlalu bebas dapat masuk mempengaruhi budaya masyarakat Indonesia pada saat transfer ilmu pengetahuan & teknologi berlangsung.

Baca Juga: Multipolar Technology Ungkap Solusi Penangkal Kejahatan Siber di Industri Ritel Tanah Air